1 / 122

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PSIKOLOGI PENDIDIKAN. FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2004. BAB I PENDAHULUAN. PENGANTAR ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN DEFINISI PENDIDIKAN SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN.

winter
Download Presentation

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PSIKOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2004

  2. BAB I PENDAHULUAN • PENGANTAR • ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN • DEFINISI PENDIDIKAN • SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN • KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN • METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

  3. A. PENGANTAR • Manfaat Psikologi Pendidikan • Psikologi Pendidikan = Ilmu Terapan • Long Life Education

  4. B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN • Pendidikan Informal • Pendidikan Formal • Pendidikan Non-formal

  5. B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN1. Pendidikan Informal “Proses belajar yang relatif tak disadari yang kemudian menjadi kecapakan dan sikap hidup sehari-hari” Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah, lapangan permainan, perpustakaan, radio, televisi, dsb.

  6. B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN2. Pendidikan Formal “Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja dengan tujuan dan bahan ajar yang dirumuskan secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas”. Contoh: jenjang pendidikan sekolah (TK, SD, SMP, SMA, PT)

  7. B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN3. Pendidikan Non Formal “Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja tetapi tidak memenuhi syarat untuk termasuk dalam jenjang pendidikan formal”. Contoh: kursus menjahit, memasak, bahasa, musik, dsb.

  8. C. DEFINISI PENDIDIKAN • Definisi Awam • Definisi Psikologi • Definisi Uu Sisdiknas No.2/2003

  9. C. DEFINISI PENDIDIKAN1. Definisi Awam “Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik”. “Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.

  10. C. DEFINISI PENDIDIKAN2. Definisi Psikologi • PROSES “Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat” • HASIL “Mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar

  11. DEMOCRITUS PLATO&ARISTOTELES ARISTOTELES JOHN AMOS COMENICUS ROUSSEAU JOHN LOCKE JOHN HEINRICH PESTALOZZI FRANCIS GALTON STANLEY HALL WILLIAM JAMES CATTEL BINET ABAD KE-20 D. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

  12. E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN • Kontribusi Bagi Proses Pendidikan • Kontribusi Bagi Peserta Didik • Kontribusi Bagi Pendidik

  13. E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan • Penggunaan audio visual aids • Membantu dalam pengelolaan sekolah • Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran • Membantu terhadap produksi buku pelajaran • Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum

  14. E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN2. Kontribusi Bagi Peserta Didik • Mengerti hakekat belajar • Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif bagi siswa • Membantu perkembangan kepribadian siswa melalui kegiatan ekstra/intra kurikuler

  15. E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN3. Kontribusi Bagi Pendidik • Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individu • Mengetahui metode mengajar yang efektif • Memahami permasalahan anak didik • Membantu dalam evaluasi belajar • Meningkatkan kemampuan meneliti • Mengarahkan pendidik dalam menangani anak-anak khusus

  16. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN • Introspeksi • Observasi • Metode Klinis • Metode Diferensial • Metode Ilmiah • Metode Eksperimen

  17. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN1. Instrospeksi Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self observation yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.

  18. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN2. Observasi Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga yang diperoleh merupakan data overt behavior (perilaku yang tampak).

  19. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN3. Metode Klinis • Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku menyimpang. • Studi Kasus Klinis • Studi Kasus Perkembangan • Longitudinal • Cross-Sectional

  20. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN4. Metode Diferensial Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik. Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket,dsb) serta menggunakan statistik untuk menganalisis.

  21. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN5. Metode Ilmiah Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

  22. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN6. Metode Eksperimen Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil penelitian.

  23. BAB II BAKAT & INTELEGENSI • PENDAHULUAN • INTELEGENSI • BAKAT • LINGKUNGAN & HEREDITAS • KELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN • DIKOTOMI DESA-KOTA • JENIS KELAMIN

  24. A. PENDAHULUAN • Bakat & intelegensi merupakan kemampuan mental individu

  25. B. INTELEGENSI • Sejarah Intelegensi • Pengertian Intelegensi • Teori-teori Intelegensi • Pengukuran Intelegensi • Kurve Normal Dalam Intelegensi

  26. B. INTELEGENSI1. Sejarah Intelegensi • Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS) tes untuk anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan kecepatan individu dalam mengerjkan tes. • Pra 1800-an  tes hanya untuk mengukur satu kemampuan • 1880  Ebbinghause menemukan berbagai tes memori • Alfred Binet & Theopile Simon  membedakan intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir  Tes Binet-Simon • Tes Binet  direvisi1916 menjadi Tes Stanford Binet

  27. B. INTELEGENSI2. Pengertian Intelegensi  TERMAN  Suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak.  BINET  Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan.  STREN  Kapasitas umum dari individu yang secara sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah dan kondisi hidup baru.  THORNDIKE  Daya kekuatan respon yang baik dari sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek intelegensi: ketinggian, keluasan dan kecepatan.

  28. B. INTELEGENSI3. Teori-teori Intelegensi CHARLES SPEARMAN  Dua faktor intelegensi, yaitu:  Faktor G: mencakup semua kegiatan intelektual dan dimiliki oleh semua orang.  Faktor S: mencakup semua faktor khsusus tertentu yang relevan dengan tugas tertentu.

  29. B. Intelegensi3. Teori-teori Intelegensi THURSTONE  Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu :  Perilaku nyata (trial & error)  Perseptual (trial & error)  Ideational  Konseptual  dijadikan acuan bagi pengukuran intelegensi

  30. B. INTELEGENSI3. Teori-teori Intelegensi • KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE: • Verbal Comprehention (V) • Number (N) • Spatial Relation (S) • Word Fluency (W) • Memory (M) • Reasoning (R)

  31. B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi • KUALITATIF  Perbedaan intelegensi disebabkan karena kualitas individu yang berbeda. • KUANTITATIF  Perbedaan intelegensi disebabkan karena terdapat perbedaan kuantitas individu.

  32. B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi ALFRED BINET  TES STANFORD BINET IQ = MA X 100 CA IQ = Intelligence Quotient MA = Mental Age CA = Chronological Age

  33. B. INTELEGENSI4. Pengukuran IntelegensiKlasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet

  34. B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi DAVID WECHSLER  Wechsler-Bellevue Intellegence Scale (1939)  Wechsler Intellegence Scale for Children (1949)  Wechsler Adult Intellegence Scale (1955)

  35. B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Wechsler

  36. B. INTELEGENSI5. Kurve Normal Dalam Intelegensi

  37. C. BAKAT • Sejarah Bakat • Pengertian Bakat • Bakat & Intelegensi • Pengukuran Bakat

  38. C. Bakat1. Sejarah Bakat Pendidikan = Bakat Ideal Aplikasi Bakat pendidikan & lapangan kerja Thorndike Tiga jenis intelegensi : Abstrak Mekanis Sosial Spearman Teori faktor G & faktor S dalam intelegensi

  39. C. Bakat 2. Pengertian Bakat Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu (segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.   

  40. C. Bakat 2. Pengertian Bakat Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus. Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu: 1. Achievement Kemampuan aktual 2. Capacity Kemampuan potensial 3. Aptitude Kualitas  

  41. C. Bakat 2. Pengertian Bakat • Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup • dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual • Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisis • mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek : • aspek tindakan (performance/act) • aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result) • aspek ekspresif   Aspek kedua banyak dibahas terutama bila dikaitkan dengan bakat

  42. C. Bakat 3. Bakat dan Intelegensi • Binet dan Weschler menekankan pada berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu. • Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat. • Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan tentang keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang memerlukan kemampuan mental. • Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan kemampuan yang berhasil dalam bidang khusus.

  43. C. Bakat4. Pengukuran Bakat Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) : a. Analisis jabatan/lapangan b. Deskripsi jabatan/lapangan studi c. Menemukan persyaratan yang diperlukan d. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya berbentuk tes

  44. D. LINGKUNGAN & HEREDITAS • Studi terhadap keluarga • Studi terhadap anak kembar

  45. D. Lingkungan & Hereditas 1. Studi terhadap Keluarga • Galton orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi • Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan • Asumsi sekarang: IQ kemungkinan dipengaruhi faktor lingkungan

  46. D. Lingkungan & Hereditas 2. Studi terhadap Anak Kembar Penelitian Hardy dan Heyes, 1988: • Kembar monozigotik dibesarkan bersama:  IQ hampir sama faktor nature berperan besar  IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan besar • Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah  IQ hampir sama faktor nature berperan kecil  IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan kecil

  47. E. KELAS SOSIAL • Havighurst  kelas sosial & intelegensi, laki-laki & perempuan • Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat intelegensi • Tidak ada perbedaan laki-laki & perempuan

  48. F. DIKOTOMI DESA-KOTA • Crow & Crow (1989)  intelegensi anak kota  anak desa • Colleman, dkk  prestasi anak metropolitan  anak non metropolitan

  49. G. JENIS KELAMIN • Intelegensi laki-laki = perempuan (Cage & Berliner, 1979;Crow & Crow, 1989)

  50. G. JENIS KELAMIN • Perbedaan laki-laki & perempuan (Cage & Berliner, 1979): • Kemampuan verbal (p  l) • Kemampuan matematika (l  p) • Kemampuan spasial (l  p) • Problem solving (l  p) • Orientasi prestasi

More Related