1 / 44

LOGIKA MATEMATIKA

LOGIKA MATEMATIKA. SIGIT SUKO BISONO (06411.146/4A). TITIK DWI LESTARI (06411.167/4A). OLEH :. ZULFA ROHMATUL MUBAROKAH (06411.189/4A). Jadi penting itu baik, tapi jadi baik jauh lebih penting. Logika Matematika. - Pernyataan, Nilai Kebenaran, dan Kalimat Terbuka. - Pernyataan Majemuk.

wan
Download Presentation

LOGIKA MATEMATIKA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. LOGIKA MATEMATIKA SIGIT SUKO BISONO (06411.146/4A) TITIK DWI LESTARI (06411.167/4A) OLEH : ZULFA ROHMATUL MUBAROKAH (06411.189/4A) Jadi penting itu baik, tapi jadi baik jauh lebih penting

  2. Logika Matematika - Pernyataan, Nilai Kebenaran, dan Kalimat Terbuka - Pernyataan Majemuk - Konvers, Invers, dan Kontraposisi - Kuantor Universal dan Kuantor Eksistensial - Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor - Penarikan Kesimpulan - Penyusunan Bukti Kembali Klik salah satu

  3. Pernyataan, Nilai Kebenaran dan Kalimat Terbuka - Pernyataan - Lambang dan Nilai Kebenaran Suatu Pernyataan - Ingkaran atu Negasi Suatu Pernyataan - Kalimat Terbuka Kembali Klik salah satu

  4. Pernyataan Adalah kalimat yang hanya benar saja atau salah saja, tetapi tidak dapat sekaligus benar dan salah. Contoh: • Menara itu tinggi. • Jumlah hari ada 7. • Tangkaplah orang itu! • Berapa Umurmu sekarang? (Pernyataan) (Pernyataan) (Bukan Pernyataan) (Bukan Pernyataan) Kembali

  5. Lambang dan Nilai Kebenaran Suatu Pernyataan Lambang Suatu pernyataan dilambangkan dengan memakai huruf kecil, seperti a, b, c,…,p,q,r,…dan seterusnya. Contoh: Pernyataan “4 adalah bilangan genap” dapat dilambangkan dengan memakai huruf p. Ditulis: P : 4 adalah bilangan genap. Kembali

  6. Nilai Kebenaran Suatu Pernyataan Nilai benar atau salah dari suatu pernyataan dapat ditentukan memakai: Dasar Empiris: Menentukan benar atau salah dari sebuah pernyataan berdasarkan fakta yang ada atau dijumpai dalam kehidupan sehari-hari Contoh: 1. “Ibukota jawa Timur adalah Surabaya”, meupakan pernyataan benar. 2. “Air adalah benda padat”, merupkana pernyataan salah. Dasar Tak Empiris: Menentukan benar atau salah dari sebuah pernyataan dengan memakai bukti atau perhitungan-perhitungan dalam matematika. Contoh: 1. “Akar persamaan 3x – 1 = 5 adalah 2”, merupakan pernyataan benar. 2. “Jika x > 1, maka x > 2” merupakan pernyataan salah. Lanjut

  7. Contoh: Pernyataan yang benar dikatakan mempunyai nilai kebenaran B (benar), Sedangkan untuk pernyataan yang salah dikatakan mempunyai nilai kebenaran s (salah). Kata nilai kebenaran dilambangkan dengan memakai huruf Yunani τ (dibaca: tau) 1. τ(p) = B dibaca “niali kebenaran pernyataan p adalah B” atau “pernyataan p mempunyai nilai kebenran B”. 2. q: 10 kurang dari 5, merupakan pernyataan yang salah, ditulis τ(q) = S. Kembali

  8. Ingkaran Atau Negasi Suatu Pernyataan Adalah pernyataan yang menyangkal atau mengingkari pernyataan awal Dari suatu pernyataan p dapat dibentuk “ingkaran p” atau “negasi p”, dilambangkan oleh ~p, dengan cara menambahkan kalimat “tidak benar bahwa” di depan pernyataan p, atau jika mungkin dengan menyisipkan perkataan “tidak” atau “bukan” di dalam pernyataan p. Tabel Kebenaran Ingkaran suatu pernyatan menyatakan kebalikan dari pernyataan itu sendiri berari nilai kebenarannya adalah terbalik Jika p bernilai benar, maka ~p bernilai salah Jika p bernilai salah, maka ~p bernilai benar. Lanjut

  9. Contoh: p : 2 + 3 = 5 (τ (p) = B) ~p : 2 + 3 ≠ 5 (τ (~p) = S) q : Semua bilangan prima adalah ganjil (τ (~q) = S) ~q : Tidak benar bahwa semua bilangan prima adalah ganjil (τ (~p) = B) atau ~q : Ada bilangan prima yang tidak ganjil (τ (~q) = B) Kembali

  10. Kalimat Terbuka Adalah kalimat yang memuat peubah/variabel, sehingga belum dapat ditentukan nilai kebenarannya ( benar atau salah ). Tetapi apabila variabel diganti nilai tertentu akan menjadi suatu pernyataan. Contoh: 2x + 3 = 11 (kalimat terbuka) Y – 3 < 4 (kalimat terbuka) Perhatikan contoh!! Jika x diganti 3, diperoleh “2(3) + 3 = 11”, merupakan pernyataan salah. Jika x diganti 4, diperoleh “2(4) + 3 = 11”, merupakan pernyataan benar. Nilai pengganti x = 4 mengubah kalimat terbuka “2x + 3 = 11” menjadi pernyataan yang benar. Nilai x = 4 disebut penyelesaian dari kalimat terbuka itu. Lanjut

  11. Kesimpulan: • Kalimat terbuka dapat diubah menjadi pernyataan dengan cara mengganti peubah pada himpunan semestanya. • Penyelesaian kalimat terbuka adalah nilai pengganti pada himpunan semesta yang mengubah kalimat terbuka menjadi pernyataan yang benar. • Himpunan penyelesaian kalimat terbuka adalah suatu himpunan dengan anggota-anggota merupakan penyelesaian dari terbuka itu. Contoh: 1. Himpunan penyelesaian persamaan x + 3 = 8 (x peubah pada himpunan bilangan real R) adalah HP = {5}. 2. Himpunan penyelesaian persamaan x2 – 5x + 6 = 0 (x peubah pada himpunan bilangan real R) adalah HP = {2,3}. Kembali

  12. Pernyataan Majemuk - Kebenaran Suatu Pernyataan Majemuk - Negasi Suatu Pernyataan majemuk Kembali Klik salah satu

  13. Kebenaran Suatu Pernyataan Majemuk - Disjungsi - Konjungsi - Implikasi - Biimplikasi Kembali Klik salah satu

  14. Disjungsi Adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q dengan kata hubung “atau”. Notasinya: Tabel Kebenaran disjungsi p v q Dibaca: p atau q Lanjut

  15. Contoh: Tentukan nilai kebenaran dari: 6 adalah bilangan genap atau 13 adalah bilangan prima. Jawab: Misal: p : 6 adalah bilangan genap q : 13 adalah bilanagn prima p bernilai benar dan q bernilai benar sehingga pernyataan 6 adalah bilangan genap atau 13 adalah bilangan prima bernilai benar Kembali

  16. p q Ù Konjungsi Adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q dengan kata hubung “dan”. Notasinya: Tabel kebenaran konjungsi: Dibaca: p dan q Lanjut

  17. Contoh: 13 bilangan prima dan 132 = 169 Jawab: Misal: p : 13 bilangan prima Q : 132 = 169 p bernilai benar dan q bernilai benar sehingga pernyataan 13 bilangan prima dan 132 = 169 berniai benar. Kembali

  18. Implikasi Adalah pernyataan majemuk yang disusun dari dua pernyataan p dan q dalam bentuk “jika p, maka q”. Notasinya: p  q Tabel kebenaran implikasi: Dibaca: Jika p, maka q Bagian “jika p” dinamakan alasan atau sebab dan bagian “maka q” dinamakan kesimpulan atau akibat. Lanjut

  19. Contoh: Tentukan nilai kebenaran dari implikasi berikut: Jika 3 + 2 = 5, maka 5 adalah bilangan prima Jawab: Misal: P : 3 + 2 = 5 Q : 5 adalah bilangan prima Jika 3 + 2 = 5, maka 5 adalah bilangan prima B B Implikasi ini bernilai benar karena alasan benar dan kesimpulan benar Kembali

  20. Biimplikasi Adalah pernyataan majemuk yang disusun dari dua pernyataan p dan q dalam bentuk “p jika dan hanya jika q”. Notasinya: Tabel kebenaran biimplikasi: p q Dibaca: p jika dan hanya jika q Lanjut

  21. Contoh: Tentukan nilai kebenaran dari implikasi berikut: 161/2 = 4jika dan hanya jika 16log 4 = 1/2 Jawab: Misal: p :161/2 = 4 Q : 16log 4 = 1/2 161/2 = 4jika dan hanya jika 16log 4 = 1/2 B B Merupakan biimplikasi yang benar Kembali

  22. Negasi Suatu Pernyataan Majemuk - Negasi Konjungsi - Negasi Disjungsi - Negasi Implikasi - Negasi Biimplikasi Kembali Klik salah satu

  23. Negasi Konjungsi Negasi dari pernyataan p q adalah ~p v ~q Perhatikan contoh konjungsi berikut. p : saya suka apel. q : saya tidak suka wortel. p q : saya suka apel dan tidak suka wortel. ~( p q) : saya tidak suka apel atau saya suka wortel. Kembali

  24. Negasi Disjungsi Negasi disjungsi dari pernyataan p v q adalah ~p ~q Perhatikan contoh berikut: p : Andi pergi ke supermarket. q : Andi menonton di bioskop. p v q : Andi pergi ke supermarket atau menonton di bioskop. ~p ~(p v q) : Andi tidak pergi ke supermarket dan tidak menonton di bioskop. Kembali

  25. Negasi Implikasi Negasi pernyataan “p q” adalah “p ~q” Perhatikan contoh berikut: p : Nico belajar dengan giat. q : Nico naik kelas. p q : Jika nico belajar dengan giat maka nico naik kelas. p ~(p q) : Jika Nico belajar dengan giat dan ternyata nico tidak naik kelas. Kembali

  26. Negasi Biimplikasi Negasi pernyataan “p q” adalah (p ~q) v (q ~p) Perhatikan contoh berikut: P : Ulangan dibatalkan Q : Diadakan kerja bakti p q : Ulangan dibatalkan jika dan hanya jika diadakan kerja bakti ~(p q ) : Ulangan dibatalkan dan tidak diadakan kerja bakti atau diadakan kerja bakti dan ulangan tidak dibatalkan. Kembali

  27. q p p q konvers invers Kontraposisi invers ~p  ~q konvers ~q ~p Konvers, Invers, dan Kontraposisi Dari suatu implikasi p q dapat dibentuk implikasi lain: q p, yang disebut konvers dari p q. ~p  ~q, yang disebut invers dari p q. ~q  ~p, yang disebut kontraposisi dari p q. Lanjut

  28. Contoh:Tentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi: Jika harga minyak naik, maka harga barang naik. Konversnya (q p) : jika haga barang naik maka harga minyak naik. Invernya (~p  ~q) : jika harga minyak tidak naik mak harga barang tidak naik. Kontraposisi (~q ~p) : jika harga barang tidak naik mak harga minyak tidak naik. Kembali

  29. Kuantor Universal dan Kuantor Eksistensial - Kuantor Universal - Kuantor Eksistensial Kembali Klik salah satu

  30. Kuantor Universal Sebuah pernyataan dikatakan menggunakan kuantor universal jika menggunakan kata setiap atau semua atau yang ekuivalen dengan itu. Contoh: • Semua siswa kelas XA senang olahraga. • Setiap peserta ujian wajib membawa kartu tanda peserta ujian. Kembali

  31. Kuantor Eksistensial Pernyataan dikatakan menggunakan kuantor eksistensial jika menggunakan kata beberapa atau ada atau yang ekuivalen dengan itu. Contoh: • Beberapa siswa kelas XB senang olahraga. • Ada siswa yang senang matematika. Kembali

  32. Inkaran dari Pernyataan Berkuantor - Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor Universal - Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor Eksistensial Kembali Klik salah satu

  33. Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor Universal Ingkaran dari semua p adalah q yaitu beberapa p bukan q. Contoh:p : ”Semua bilangan prima adalah bilngan asli”. Bernilai benar Tentukan ~ p serta nilai kebenarannya. ~ p : ”Tidak semua bilangan prima adalah bilangan asli”, atau ~ p : ”Beberapa bilangan prima bukan bilangan asli”. Jadi, jelas bahwa ~ p bernilai salah. ingkaran dari pernyataan berkuantor universial adalah sebuah pernyataan berkuantor eksistensial Kembali

  34. Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor Eksistensial Ingkaran dari beberapa p adalah q yaitu semua p bukan q. Contoh:p : ”Beberapa bilangan prima adalah bilangan genap” Tentukan ~ p serta nilai kebenarannya ~ p : ”Semua bilangan prima bukan bilangan genap”, atau ~ p : ”Tidak ada bilangan prima yang bilangan genap”, atau ~ p : ”Jika x adalah bilangan prima, maka x bukan bilangan genap”. ingkaran dari pernyataan berkuantor eksistensial adalah sebuah pernyataan berkuantor universal Kembali

  35. Penarikan Kesimpulan - Prinsip Modus Ponens - Prinsip Modus Tolens - Prinsip Silogisme Kembali Klik salah satu

  36. Prinsip Modus Ponens Premis 1 : pq Premis 2 : p Konklusi : q Contoh: Premis 1 : Jika Afra kehujanan, maka Afra akan masuk angin. Premis 2 : Afra kehujanan. Konklusi : Afra masuk angin. Misal: p: Afra kehujanan q: Afra masuk angin Penarikan kesimpulannya: p q p q Penarikan kesimpulan ini menggunakan prinsip modus ponens, berarti kesimpulan yang ditarik adalah sah. Kembali

  37. Prinsip Modus Tolens Premis 1 : pq Premis 2 : q Konklusi : p Contoh: Premis 1 : Jika saya berolahraga teratur, maka saya akan sehat. Premis 2 : Saya tidak sehat Konklusi : Saya tidak berolahraga teratur Misal: p: saya berolahraga teratur q: saya akan sehat Penarikan kesimpulannya: p q ~q ~p Penarikan kesimpulan ini menggunakan prinsip modus tolens, berarti kesimpulan yang ditarik adalah sah Kembali

  38. Prinsip Silogisme Premis 1 : pq Premis 2 : qr Konklusi : pr Premis 1 : jika x bilangan ganjil, maka 2x bilangan genap. Premis 2 : jika 2x bilangan genap, amka 2x + 1 bilangan ganjil. Konklusi : jika x bilangan ganjil, maka 2x + 1 bilangan ganjil. Misal: p: x bilangan ganjil q: 2x bilangan genap r: 2x + 1 bilangan ganjil Penarikan kesimpulannya: p q q r p r Penarikan kesimpulan ini menggunakan prinsip silogisme, berarti penarikan kesimpulan ini sah. Kembali

  39. Penyusunan Bukti - Bukti Langsung - Bukti Tak Langsung - Induksi Matematika Kembali Klik salah satu

  40. Bukti Langsung Bukti langsung mengambil prinsip silogisme sebagai dasarnya. Kebenaran pernyataan pertama berakibat kebenaran pernyataan kedua dan seterusnya samapi pernyataan atau persamaan terbukti. Pada pernyataan berkuantor eksistensial, bukti langsung dilakukan dengan menyebutkan sebuah contoh dari semesta yang menyebabkan pernyataan bernilai benar. Cara substitusi juga termasuk bukti langsung. Buktikan bahwa 3 merupakan akar dari persamaan kuadrat x2 – 4x + 3 = 0 Jika 3 disubsitusikan ke persamaan, maka diperoleh 32 – 4(3) + 3 = 0 3 adalah akar dari persamaan kuadrat x2- 4x + 3 = 0 Kembali

  41. Bukti Tak Langsung Bukti tak langsung dengan kontraposisi mengambil prinsip modus tolens sebagai dasarnya. Membuktikan bahwa sebuah pernyataan berkuantor universal salah cukup dengan mengambil contoh yang menyangkal kebenarannya disebut contoh penyangkal dan membuktikan bahwa pernyataan berkuantor universal benar cukup dibuktikan bahwa ingkarannya salah. Buktikan bahwa  x , x + 2  3. Andaikan  x  A  x + 2 < 3, maka x < 3 – 2 x < 1 Pernyataan terakhir ini salah karena tak ada bilangan asli yang lebih kecil dari satu  x  A, X + 2  3. Kembali

  42. Induksi Matematika Dua langkah pembuktian dengan Induksi matematika: • Buktikan rumus berlaku untuk n = 1. • Dimisalkan rumus berlaku untuk n = k, buktikan rumus berlaku untuk n = k + 1 Apabila langkah 1 dan 2 telah dilakukan dan benar, maka dapat disimpulkan bahwa Sn berlaku untuk setiap bilangan asli n. Lanjut

  43. Contoh: Buktikan bahwa 1 + 3 + 5 + 7 + … + ( 2n – 1) = n2 untuk n anggota A Langkah 1 Untuk n = 1 1 = 12 1 = 1 (benar) Langkah 2 Misalkan rumus Sn berlaku untuk n = k, yaitu: 1 + 3 + 5 + 7 + … + ( 2k – 1) = k2 Akan dibuktikan Sn berlaku untuk n = k + 1 1 + 3 + 5 + 7 + … + ( 2k – 1) + (2k + 1) = k2 + (2k + 1) K2 + (2k + 1) = (k + 1)2 Sk + 1 Lanjut

  44. TERIMA KASIH

More Related