html5-img
1 / 25

Epilepsi

Epilepsi. Epilepsi. suatu gangguan saraf kronik, dimana terjadi kejang yang bersifat reccurent Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron cortical yang berlebihan di dalam korteks serebral dan ditandai dengan adanya perubahan aktifitas elektrik pada saat dilakukan pemeriksaan EEG.

katy
Download Presentation

Epilepsi

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Epilepsi

  2. Epilepsi • suatu gangguan saraf kronik, dimana terjadikejang yang bersifatreccurent • Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron corticalyang berlebihandi dalam korteks serebral dan ditandai dengan adanya perubahan aktifitas elektrik pada saat dilakukan pemeriksaan EEG. • Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi tergantung dari daerah otak fungsional yang terlibat

  3. Epidemiologi • Setiap tahun terjadi sekitar 125.000 kasus epilepsi baru di United States. • 30%nya terjadi pada usia muda kurang dari 18 tahun pada saat terdiagnosa. • Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy  pada kondisi tanpa serangan, pasien terlihat normal dan semua data lab juga normal, selain itu ada stigma tertentu pada penderita epilepsy  malu/enggan mengakui

  4. Etiologi • Epilepsi --- gangguan/abnormalitas dari pelepasan neuron. • Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya abnormalitas pelepasan neuron, seperti : • Birth trauma • Cedera kepala • Tumor otak • Penyakit cerebrovaskular • Genetik • Idiopatik

  5. Patofisiologi Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak terjadi karena : • Kurangnya transmisi inhibitori • Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin) • Meningkatnya aksi eksitatori meningkatnya aksi glutamat atau aspartat

  6. Fisiologi Normal

  7. Diagnosis • Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami serangan kejang secara berulang • Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik : • EEG • CT-scan • MRI • Lain-lain

  8. Klasifikasi epilepsi • Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi menjadi : • kejang umum (generalized seizure) jika aktivasi terjadi pd kedua hemisfere otak secara bersama-sama • kejang parsial/focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak

  9. Kejang umum terbagi atas: • Tonic-clonic convulsion = grand mal • merupakan bentuk paling banyak terjadi • pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur • bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah • terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur

  10. Abscense attacks = petit mal • jenis yang jarang • umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja • penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala terkulai • kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari • Myoclonic seizure • biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur • pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba • jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal • Atonic seizure • jarang terjadi • pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot  jatuh, tapi bisa segera recovered

  11. Kejang parsial terbagi menjadi : • Simple partial seizures • pasien tidak kehilangan kesadaran • terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh • Complex partial seizures • pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran

  12. Sasaran Terapi • Mengontrol (mencegah dan mengurangi frekuensi) supaya tidak terjadi kejang - beraktivitas normal lagi • Meminimalisasi adverse effect of drug Strategi Terapi • Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf yang berlebihan  melalui perubahan pada kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter

  13. Prinsip pengobatan pada epilepsi • Monoterapi • Menurunkan potensi AE • Meningkatkan kepatuhan pasien • Hindari / minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif • Jika monoterapi gagal, dapat diberikan sedatif atau politerapi • Pemberian terapi sesuai dengan jenis epilepsinya • Mulai dengan dosis terkecil (dapat ditingkatkan sesuai dengan kondisi pasien)

  14. Prinsip pengobatan pada epilepsi • Variasi individual -- perlu pemantauan • Monitoring kadar obat dalam darah - penyesuaian dosis • Lama pengobatan tergantung jenis epilepsinya, kondisi pasien dan kepatuhan pasien • Jangan menghentikan pengobatan secara tiba-tiba (mendadak)

  15. Penatalaksanaan Terapi • Non farmakologi: • Amati faktor pemicu • Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll. • Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi

  16. Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+: • Inaktivasi kanal Na  menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan muatan listrik • Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik: • agonis reseptor GABA  meningkatkan transmisi inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA  contoh: benzodiazepin, barbiturat • menghambat GABA transaminase  konsentrasi GABA meningkat  contoh: Vigabatrin • menghambat GABA transporter  memperlama aksi GABA  contoh: Tiagabin • meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien  mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool  contoh: Gabapentin

  17. glutamat Pre-sinaptik tiagabin GAD - gabapentin GABA Berdifusi menjauh Transporter GABA + 2 GABA-transaminase Re-uptake Metabolit GABA GABA 3 1 - Post sinaptik Reseptor GABA vigabatrin EFEK DEPRESI CNS

  18. Farmakokinetika Obat

  19. Epilepsi pada Kehamilan • the possibility ofincreased maternal seizures, • pregnancy complications, • adversefetal outcome. • Approximately 25% to 30% of women haveincreased seizures during pregnancy • Increased seizure activity may result from either adirect effect on seizure threshold or a reduction in AED concentration. • Barbiturates and phenytoin are associated with congenital heartmalformations, orofacial clefts, and other malformations. • Valproicacid and carbamazepine are associated with spina bifida (neural tubedefect) and hypospadias.

  20. Lamotrigin dan Gabapentin : tidak ditemui efek teratogen pada hewan uji, tetapi data pada manusia belum cukup kuat. • Pemberian suplemen asam folat dan vitamin Kdiperlukan selama wanita hamil yang mengkonsumsi obat-obat antiepilepsi.

  21. TERIMAKASIH

More Related