1 / 39

Oleh: Tatang Muttaqin

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG MELALUI PENGASUHAN EFEKTIF. Oleh: Tatang Muttaqin Disampaikan pada Seminar Pola Asuh Efektif untuk Mengoptimalkan ESQ Anak Usia Dini di Aula Pesantren Persatuan Islam No. 76 Rancabogo Tarogong, Garut, 24 Januari 2010. PENDAHULUAN 1/4.

fynn
Download Presentation

Oleh: Tatang Muttaqin

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG MELALUI PENGASUHAN EFEKTIF Oleh: Tatang Muttaqin Disampaikan padaSeminar Pola Asuh Efektif untuk Mengoptimalkan ESQ Anak Usia Dini di Aula Pesantren Persatuan Islam No. 76 Rancabogo Tarogong, Garut, 24 Januari 2010

  2. PENDAHULUAN1/4 Usia dini merupakan masa emas perkembangan (golden age). Perkembangan kecerdasan anak terjadi sangat pesat pada usia dini. Merupakan fondasi pembentukan karakter manusia  menyumbang porsi yang sangat besar dalam membentuk kepribadian.

  3. PENDAHULUAN2/4 • Paradigma baru mengasu hasil penelitian di bidang neorologi: • Perkembangan Intelektual • sampai dengan 4 tahun = 50 % • sampai dengan 8 tahun = 80 % • sampai dengan 18 tahun = 100 % • Pertumbuhan Fisik Otak • 0 tahun = 25 % • 6 tahun = 90 % • 12 tahun = 100 % • (Osborn, White, Bloom) • Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat.

  4. Gambar Rate of Return Investasi Modal Manusia dengan Asumsi Rate of Return Investasi Modal Manusia Dengan Besar Investasi Awal Yang Sama untuk Seluruh Usia Asumsi Besar Investasi Awal yang Sama Untuk Seluruh Usia Program Pra - sekolah Rate of Return Rate of Return Investasi Investasi Modal Manusia Persekolahan Opportunity Cost Opportunity Cost Pelatihan Kerja Prasekolah Persekolahan Setelah Sekolah Setelah Sekolah 0 0 USIA USIA Sumber : James Heckman, Human Capital Policy, 2003 PENDAHULUAN3/4 4

  5. Gambar PERKEMBANGAN OTAK – PELUANG DAN INVESTASI • Pembentukan Jaringan dan Perkembangan Otak Pengeluaran untuk kesehatan, pendidikan, bantuan penghasilan, pelayanan sosial, dan kriminalitas Otak dapat dibentuk Intensitas Perkembang-an Otak Pengeluaran Publik Lahir Umur Konsepsi Sumber : Bruce Perry, 1996 PENDAHULUAN4/4 5

  6. EKOLOGI TUMBUH KEMBANG1/3 Semua orang tua menginginkan anaknya berkembang secara sempurna, sehat jasmani, rohani dan sosial Perkembangan anak, menurut Bronfenbrenner (1990) dipengaruhi lima sistem:mikro, meso, exo, makro, dan chrono Kelima sistem harus dioptimalkan secara sinergis dalam pengembangan berbagai potensi anak sehingga dibutuhkan pola pengasuhan, pola pembelajaran, pola pergaulan, dan pola kebiasaan yang koheren dan saling mendukung.

  7. EKOLOGI TUMBUH KEMBANG2/3 Ekologi Manusia: Mikro, Mezo, Exo, Makro Sumber: diadaptasi dari Urie Bronfenbrenner, 1979. 7

  8. EKOLOGI TUMBUH KEMBANG3/3 Model Ekologi Perkembangan Anak (Bronfenbrenner, 1990) 8

  9. ASAH, ASIH DAN ASUH1/5 Pola asuh => memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari (perawatan dan perlindungan anak yang sangat menentukan pembentukan fisik dan mental anak). Pola asah => menyuburkankecerdasan majemuk (intelektualitas, kecakapan bahasa, keruntutan logika dan nalar, serta ketangkasan). Pola asih => mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual sehingga mampu menyuburkan rasa kasih sayang (perkembangan afeksi anak: moral, akhlak, emosi dan perilaku).

  10. ASAH, ASIH DAN ASUH2/5 Pola asuh, asah dan asih orangtua dipengaruhi oleh banyak hal, seperti latar belakang budaya, status sosial-ekonomi, kondisi geografis, dan pemahaman nilai-nilai sehingga setiap budaya memiliki pola asuh, asah dan asih yang berbeda-beda. (Tembong, 2006). Umumnya orangtua menerapkan pola asuh, asah dan asih secara turun-temurun dari nenek moyang sehingga muncul teori pengulangan.

  11. ASAH, ASIH DAN ASUH3/5 Keluarga => lingkungan yang pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak karena sejak kelahirannya anak berada di lingkungan dan di bawah asuhan orangtuanya. Pola sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang ditanamkan orangtua kepada anak melalui pengasuhannya itu merupakan landasan fundamental bagi perkembangan kepribadian dan tingkah laku anak selanjutnya. Segall, et al., (1990) menyebutkan bahwa ‘the developmentalniche’ memiliki tiga komponen yang saling terkait, yaitu: (1) konteks fisik dan sosial tempat anak hidup, (2) pengasuhan yang ditentukan secara kultur dan praktek - praktek pendidikan, dan (3) karakteristik psikologis orangtua. Fuhrmann (1990: 108) menyatakan, jika suatu faktor dapat dipisahkan sebagai faktor tunggal yang berpengaruh dalam perkembangan anak, faktor itu jelas faktor keluarga atau orangtua. Unit keluarga, meskipun berubah secara drastis sebagai hasil inovasi teknologi dan sosiologis, tetapi tetap sebagai tempat sosialisasi utama.

  12. ASAH, ASIH DAN ASUH4/5 Cara pandang berpengaruh pada pola pengasuhan. Ada tiga cara pandang orangtua terhadap anak: (1) anak dipandang sebagai obyek, (2) anak dipandang sebagai subyek, dan (3) anak dipandang sebagai obyek sekaligus subyek. Orangtua yang memandang anak sebagai obyek, cenderung menggunakan pendekatan authoritarian dalam mengasuh anak; Orangtua yang memandang anak sebagai subyek, cenderung mengunakan pendekatan permissive atau laissez-faire dalam mengasuh anak; Anak sebagai obyek sekaligus subyek, cenderung menggunakan pendekatan authoritative dalam mengasuh anak(Baumrind dalam Lerner & Hullsch, 1983).

  13. ASAH, ASIH DAN ASUH5/5 Pengasuhan permissive => anak bersifat menurutkan kata hati, mau menang sendiri dan agresif. Akibat lainnya: menentang, tidak mau mengalah terhadap orang dewasa atau orangtua, kepercayaan diri rendah, orientasi untuk berkompetisi dan berprestasi rendah, kontrol diri sangat kurang, cepat marah, tanpa tujuan dan lemah dalam mengarahkan tujuan-tujuan aktivitasnya, serta bersifat menguasai dengan keras sekali. Pengasuhan authoritarian => anak menjadi penakut, cemas atau gelisah, suka murung, tidak bahagia, mudah terganggu dan suka mengganggu, permusuhan secara pasif dan menggunakan tipu daya, mudah stres atau tegang, mudah dongkol dan menarik diri dari masyarakat, serta tidak terarah. Pengasuhan authoritative => anak giat atau penuh semangat dan ramah tamah. Dampak lain dari pola pengasuhan authoritative adalah percaya diri, kontrol atau mawas diri baik, periang atau menyenangkan, mampu bergaul dengan baik antarteman sebaya, mampu mengatasi stres atau tekanan dengan baik, memiliki perhatian dan rasa ingin tahu pada cerita roman, dapat bekerja sama dengan baik dengan orang dewasa, taat atau mudah diatur, mempunyai tujuan tertentu, dan berorientasi prestasi. Baumrind dalam Heterington & Parke (1993)

  14. POTRET PENGASUHAN1/5 Perawatan dan pengasuhan dilakukan melalui stimulasi fisik, intelektual, mental emosional, sosial dan moral spiritual secara seimbang. Peran ibu dan anggota keluarga lainnya dalam perawatan dan pengasuhan anak sangat penting, terutama pada saat bayi baru lahir sampai dengan anak siap memasuki sekolah. Kualitas pola asuh salah satunya dapat dilihat dari pola pemberian air susu ibu (ASI) mengingat ASI merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan bayi. Air susu ibu yang keluar sesaat setelah bayi dilahirkan mengandung kolustrum yang memiliki fungsi memperkuat imunitas. Pemberian ASI juga dipercaya memiliki dampak positif terhadap perkembangan kejiwaan anak karena proses menyusui mendekatkan ikatan batin ibu dan anak. Seiring dengan perkembangan masyarakat, kesadaran ibu untuk menyusui anak semakin menurun. Data tahun 2004, menunjukkan bahwa meskipun hampir 100% bayi yang baru lahir diberi ASI, hanya 20% bayi menyusu ASI secara ekslusif sampai usia 6 bulan. Lebih lanjut hanya sekitar 75% anak usia 1 tahun yang masih mendapat ASI, dan hanya sekitar 25% anak usia 2 tahun yang masih mendapat ASI.

  15. POTRET PENGASUHAN2/5 Rendahnya proporsi bayi terutama sampai 6 bulan yang disusui secara eksklusif berpengaruh pada proses gagal tumbuh bayi. Selain tidak optimal tumbuh kembang fisiknya, perkembangan otak bayi yang tidak menyusu secara eksklusif juga tidak optimal. Di samping angkanya yang rendah, rata-rata lama pemberian ASI anak juga berbeda antarkelompok masyarakat. Banyaknya perempuan perkotaan yang bekerja di luar rumah diduga sebagai penyebab lebih pendeknya masa pemberian ASI. Ibu yang bekerja di luar rumah kesulitan untuk memberikan ASI eksklusif karena beberapa sebab, seperti: (1) waktu cuti bersalin yang hanya dua bulan; (2) kurangnya dukungan fasilitas untuk menyusui di tempat kerja; (3) kurangnya dukungan baik dari keluarga maupun tempat bekerja untuk memudahkan upaya ibu dalam memenuhi hak bayinya terhadap ASI ekslusif; dan (4) jauhnya jarak antara rumah dan tempat kerja.

  16. POTRET PENGASUHAN3/5 Kualitas pola asuh juga ditentukan oleh pola pemberian makan pada anak usia dini. Pola pemberian makan pada anak sangat menentukan pola konsumsi gizi anak sehingga sangat besar pengaruhnya pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pola pemberian makan di usia dini harus dilakukan secara benar. Namun demikian masih banyak orangtua terutama ibu yang tidak memiliki pengetahuan yang baik dari mulai pemilihan bahan pangan, pengolahan, sampai pemberiannya kepada anak. Proses stimulasi fisik dan intelektual/emosi anak juga sangat penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Proses stimulasi ini tidak hanya menumbuhkan fisik-motorik tetapi juga daya kreasi, imajinasi, dan kemandirian anak. Namun demikian pengetahuan dan kemampuan orangtua dalam memberikan stimulasi pada anak masih terbatas.

  17. POTRET PENGASUHAN4/5 Pola pengasuhan terkait budaya patriarkhi, dimana pengasuhan anak dibebankan hanya kepada ibu karena difahami sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga sehingga menghasilkan pengasuhan yang timpang dan kurang optimal. Budaya patriarkhi berdampak kurang baik pada kesehatan dan gizi anak karena budaya patriarkhi menomorsatukan laki-laki terutama bapak. Status sosial ekonomi seperti kemiskinan juga memiliki pengaruh penting dalam tumbuh kembang anak. Orang tua yang miskin tidak dapat memberikan asupan gizi yang baik untuk anaknya sehingga status kesehatan dan gizinya jauh lebih rendah. Data SDKI menunjukkan bahwa AKB pada kelompok termiskin sekitar empat kali lipat lebih tinggi. Akses layanan kesehatan terhambat kondisi demografis dan ketersediaan fasilitas transportasi publik.Data SDKI 2002-2003 menunjukkan penyebab utama masyarakat tidak dapat mengakses fasilitas kesehatan adalah karena kendala biaya (34 persen), jarak (18 persen) dan transportasi (16 persen).

  18. POTRET PENGASUHAN5/5 Kemiskinan juga salah satu penyebab meningkatnya berbagai bentuk tindak kekerasan, eksploitasi dan perlakukan salah terhadap anak. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah kasus perlakuan salah terhadap anak, baik kekerasan fisik, psikologis, maupun ekonomi terus meningkat. Pada tahun 2003 tindak kekerasan terhadap anak, termasuk anak usia dini berjumlah 481 kasus dan terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2004 mencapai 547 kasus.

  19. PRAKONDISI: DAMPAK KURANG GIZI Gizi kurang & infeksi Gizi cukup & sehat “Otak Kosong” bersifat permanen Tak terpulihkan Anak cerdas dan produktif MUTU SDM TINGGI MUTU RENDAH ASET BEBAN 19 Sumber : FKM UI & Unicef, 2002

  20. PENTINGNYA BERMAIN1/2 Imam Al-Ghazali (1059-1111 M): “Bermain-main bagi seorang anak adalah sesuatu yang sangat penting. Sebab melarangnya dari bermain-main seraya memaksanya untuk belajar terus-menerus dapat mematikan hatinya, mengganggu kecerdasannya, dan merusak irama hidupnya” (Ismail, 2006). Lima manfaat permainan untuk perkembangan anak1) Fisik-motorik; (2) Sosio-emosional; (3) Kognisi; (4) Kepribadian;dan (5) . Kreatifitas (Nikita, 2001; Tedjasaputra, 2001). Permainan=> berimaginasi sehingga mampu mengekplorasi dan memanipulasi yang secara perlahan akan mampu mengasah kemampuan dan kreatifitas anak. Kreatifitas ini berujud dalam dua proses, yaitu : (1) developing new idea, dan (2) exploring idea.

  21. PENTINGNYA BERMAIN2/2 Permainan perlu dirancang menggunakan garis waktu (time line) perkembangan bermain berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak. Sebagai contoh, pada usia 2 tahun perlu berinteraksi dengan banyak benda dengan variasi main yang kaya, a.l. dengan mengenalkan : berbagai tekstur yang dapat diraba, berbagai rasa yang dapat dikecap, berbagai aktivitas yang memperkuat motorik, berbagai suara yang mempertajam pendengaran. Adapun pada usia 3-4 tahun kegiatan bermain perlu diarahkan untuk memperkuat fungsi indra dan mengembangkan fungsi kognitif melalui bermain peran, dan sejenisnya. Pada usia 5-6 tahun (kuat imajinasi) maka perlu diberikan banyak sarana yang dapat digunakan untuk menwujudkan ide-ide dalam pikirannya menjadi karya nyata. (Phelps, berdasarkan teori Erik Erikson, Anna Freud, Jean Peaget).

  22. PERAN TELEVISI1/2 Televisi memadukan kekuatan audio dan visual sehingga orang dapat melihat dan mendengar secara utuh dan menjadi lebih percaya (realitas bermakna). Beberapa penelitian menunjukkan adanya potensi imitasi atau peniruan sebagai efek segera, dan efek jangka panjang berupa habituation, yaitu orang menjadi terbiasa melakukan apa yang dilihatnya di televisi sehingga anak menjadi tidak peka, permisif, dan toleran terhadap kekerasan itu sendiri. Wirodono (2005 mengutip data penelitian di Amerika bahwa anak di bawah dua tahun yang dibiarkan orangtuanya menonton televisi bisa mengakibatkan proses wiring, yaitu proses penyambungan antara sel-sel saraf dalam otak menjadi tidak sempurna, dan virtualisasi berdampak meloncat yang mengganggu konsentrasi anak.

  23. PERAN TELEVISI2/2 Peggy Chairen pendiri Action for Children Televisionmemperingatkan bahwa tidak banyak hal lain dalam kebudayaan kita yang mampu menandingi kemampuan TV yang luar biasa untuk menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara berpikir serta perilaku. Penelitian Sri Andayani & Suranto (1997) terhadap film-film kartun Jepang Sailor Moon, Dragon Ball dan Magic Knight Ray Earth menunjukkan lebih banyak adegan anti sosial ketimbang adegan pro sosial (58,4% : 41,6%). Temuan studi YKAI yang mendapati adegan anti sosial lebih dominan (63,51 %). Bahkan adegan-adegan anti sosial pula yang banyak didapati pada film-film kartun anak-anak yang sedang populer saat ini, seperti Sponge Bob Square Pans dan Crayon Sincan.

  24. TREN PENDIDIKAN ABAD-21 • Japan: 2002: body-mind-soul   a) ‘kokoro-no-kyoiku’: pendidikan hati dan jiwa (inwardness) , b) ‘sogo-gakushyu’: pembelajaran yang holistik dan terintegrasi, c)‘tokushyoku, koseika’: menghargai keunikan sekolah dan individu. • Korea: 21st century: prioritas tertinggi adalah pengembangan kreativitas: bijak, disiplin, hidup layak, cerdas, bahagia, nyaman. • Canada: 2000: mengembangkan manusia seutuhnya, estetika dan kesenian, aspek emosi dan sosial, aspek intelektual, aspek fisik dan kesehatan, aspek tanggung jawab sosial. • Singapore: pendidikan yang holistik: membangun aspek moral, intelektual, fisik, sosial dan estetik anak. • Kesimpulannya: pendidikan tidak cukup semata untuk pemintaran intelektual (kognisi) tetapi juga pada pembentukan karakter (afeksi) yang mampu melahirkan manusia berakhlak mulia. (QS 3:190-191 dan QS58:11).

  25. PERLUNYA KARAKTER (ESQ) 90% kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk (tidak bertanggung jawab, ketidak-jujuran, hubungan inter-personal buruk, dll)? 30% kegagalan bisnis disebabkan perilaku tidak jujur karyawannya? 80% keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh EQ dan hanya 20% oleh IQ?

  26. PERUBAHAN KEBUTUHAN SKILLS

  27. Kecerdasan Majemuk(Multiple intelligences) • Kecerdasan linguistik (cerdas kosakata) • Kecerdasan logika dan matematika (cerdas angka dan rasional) • Kecerdasan spasial (cerdas ruang/tempat/gambar) • Kecerdasan kinestetika-raga (cerdas raga) • Kecerdasan musik (cerdas musik) • Kecerdasan interpersonal (cerdas orang) • Kecerdasan intrapersonal (cerdas diri) • Kecerdasan naturalis (cerdas alam) • Kecerdasan Spritual

  28. Kecerdasan Linguistik

  29. Kecerdasan Logika-Matematika

  30. Kecerdasan Ruang/Gambar

  31. Kecerdasan Kinestetika Raga

  32. Kecerdasan Musik

  33. Kecerdasan Interpersonal

  34. Kecerdasan Intrapersonal

  35. Kecerdasan Naturalis

  36. Penutup • Perlunya optimalisasi berbagai potensi tumbuh kembang anak sejak dini. • Kecerdasan intelektual saja tidak cukup sehingga perlu kecerdasan majemuk => perlu sekolah unggul juga berkarakter. Riset di AS keberhasilan individu ditentukan 80% kemampuan komunikasi (multiple intelligence); 15% kecerdasan akademik (IQ); dan 5% nasib.

  37. “Children Learn What They Live With” (Dorothy Low Nolte) • Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan • Jika anak banyak dimusuhi, ia akan terbiasa menantang • Jika anak dihantui ketakutan, ia akan terbiasa merasa cemas • Jika anak banyak dikasihani, ia akan terbiasa meratapi nasibnya • Jika anak dikelilingi olok-olok, ia akan terbiasa menjadi pemalu • Jika anak dikitari rasa iri, ia akan terbiasa merasa bersalah. • Jika anak serba dimengerti, ia akan terbiasa menjadi penyabar • Jika anak banyak diberi dorongan, ia akan terbiasa percaya diri • Jika anak banyak dipuji, ia akan terbiasa menghargai • Jika anak diterima oleh lingkungannya, ia akan terbiasa menyayangi • Jika anak diperlakukan dengan jujur, dia akan terbiasa melihat kebenaran • Jika anak ditimang tanpa berat sebelah, ia akan terbiasa melihat keadilan • Jika anak dikerumuni keramahan, ia akan terbiasa berpendirian: “Sungguh Indah Dunia Ini!”

  38. …Bagaimanakah Anak Kita? TERIMAKASIH

  39. Daftar Riwayat Hidup Tatang Muttaqin yang dilahirkan di Garut, 22 Februari 1972 menyelesaikan pendidikan di Muallimien Pesantren PERSIS 76 Garut, Manajemen Komunikasi FIKOM UNPAD, dan Curtin University of Technology, Australia. Selama kuliah aktif sebagai salah satu pendiri Biro Kerohanian Islam (BKI), Ketua Umum Senat Mahasiswa Fikom UNPAD, dan Koordinator Presidium Senat Mahasiswa Unpad. Pernah mendapat penghargaan sebagai penerima beasiswa SUPERSEMAR, Mahasiswa Berprestasi ke-1 Fikom UNPAD. Memulai karier sebagai wartawan di MBM GATRA, lalu bekerja di BAPPENAS sejak tahun 1998, dan pernah menjadi konsultan procurement di USAID. Saat ini mendapat amanah sebagai Kepala Subdirektorat Pendidikan Tinggi Bappenas. Aktif sebagai anggota Tim Pengembangan Tata Kelola Kepemerintahan yang baik (Good Governance), anggota Dewan Redaksi Majalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN, dosen luar biasa di beberapa PTS , Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan PP Pemuda PERSIS, serta menjadi pembicara dan mengikuti pelatihan di dalam dan luar negeri, serta menulis buku dan artikel di media lokal dan nasional. 40

More Related