1 / 14

ANALISIS POLUTAN DI LINGKUNGAN

ANALISIS POLUTAN DI LINGKUNGAN. Oleh Sudrajat. FMIPA_UNMUL 2010. Sortir Bentos

xylia
Download Presentation

ANALISIS POLUTAN DI LINGKUNGAN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. ANALISIS POLUTAN DI LINGKUNGAN Oleh Sudrajat FMIPA_UNMUL 2010

  2. Sortir Bentos Untuk memudahkan proses penyortiran dan pengambilan benthos, ke dalam substrat diberi garam (metode penggaraman) yang menyebabkan organisma di dalamnya akan mengapung ke permukaan sehingga dapat diambil dengan mudah. Benthos yang sudah berada dalam botol koleksi diawetkan dengan menggunakan alkohol 70% dan diberi label yang berisi data tentang lokasi dan waktu pengambilan sampel. Sampel-sampel yang diperoleh selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku-buku identifikasi yang sesuai.

  3. BIOTA PERAIRAN Secara umum perlu diketahui bahwa hendaknya pengambilan sampel organisma air tidak dilakukan pada saat volume aliran air sangat besar, misalnya pada waktu banjir. Yang paling baik adalah pengambilan sampel yang dilakukan pada saat cuaca dalam keadaan baik (cerah dan tidak hujan).

  4. Plankton. Pengambilan sampel plankton dari suatu ekosistem air dilakukan dengan menggunakan plankton-net yang mempunyai ukuran jaring tertentu. Benthos. ● Surber-net. Untuk perairan yang relatif dangkal dan substrat dasarnya masih dapat dijangkau dengan tangan. Surber-net diletakkan dengan mulut yang menghadap ke arah datangnya arus air. Substrat dasar perairan pada area seluas 30 x 30 cm, di depan mulut Surber-net dikeruk dengan menggunakan kaki (kicksample method) atau dengan tanagn maupun dengan menggunakan alat yang lain berupa sekop kecil sampai pada kedalaman substrat ± 10 cm. Tidak dianjurkan untuk mengeruk substrat pada kedalaman > 10 cm, karena yang akan diperoleh umumnya adalah benthos yang belum dewasa sehingga akan sulit dalam proses identifikasi.

  5. Eckman grabb. Untuk perairan yang dalam, Alat ini diturunkan ke dasar perairan dengan gigi-gigi katup yang dibiarkan terbuka. Setelah alat mencapai dasar, maka pemberat dilepaskan yang menyebabkan katup akan menutup rapat, sehingga substrat yang sudah terpernagkap di dalam rongga Eckman grabb tidak akan lepas lagi. Selanjutnya alat tersebut ditarik ke permukaan. Penggunaan Eckman grabb akan efektif pada substrat perairan berupa tanah, lumpur dan pasir yang bersifat homogen. Substrat yang sudah diperoleh baik disortir, kemudian benthos yang diperoleh dikumpulkan dalam botol koleksi tertentu yang sudah dipersiapkan.

  6. Indeks keanekaragaman (Krebs, 1978). Indeks keanekaragaman (H’) menggambarkan keanekaragaman, produktivitas, tekanan pada ekosistem, dan kestabilan ekosistem. s H’ = - Σ ( pi )(log2 pi ) i=1 H’ : indeks keanekaragaman Shannon-Wiener S : jumlah spesies pi : proporsi jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah individu total contoh

  7. Indeks Keseragaman (Krebs, 1978) H’ H’ J ‘ = ----------- = --------- log2 S H maks J’ : indeks keseragaman (Evenness index) H’ : indeks keanekaragaman Shannon-Wiener S : jumlah spesies

  8. Indeks dominansi (Simpson, 1949) s s C = Σ(ni/N)2= Σ Pi 2 i=1 i=1 Dimana ; Σ C : indeks dominansi (Index of dominance) ni : nilai dari setiap spesies (jumlah jenis individu ke-i) N : nilai total dari seluruh spesies (jumlah individu total yang telah ditemukan) Pi : perbandingan jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah individu total yang telah ditemukan

  9. Tabel Nilai tolok ukur indeks keanekaragaman. H’ < 1,0 Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil 1,0 < H’ < 3,322 Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang. H’ > 3,322 Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi,

  10. INDEKS KEANEKARAGAMAN SHANNON WIENER ( H’)

  11. Tabel. Hubungan antara Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener dengan Kualitas Air

  12. INDEKS KEANEKARAGAMAN SIMPSON ( D)

  13. HUBUNGAN ANTARA INDEKS KEANEKARAGAMAN SIMPSON DENGAN TINGKAT PENCEMARAN AIR

  14. Tabel . Klasifikasi kualitas suatu ekosistem air berdasarkan sistem saprobi

More Related