1 / 32

PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB. BAGAIMANA MENANGANI LAHAN KRITIS ?. PEMBANGUNAN = f (Lahan, ….). SUMBERDAYA LAHAN MERUPAKAN FAKTOR UTAMA KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN EKONOMI MASYARAKAT KUALITAS SUMBERDAYA LAHAN MENENTUKAN HASIL PEMBANGUNAN

umay
Download Presentation

PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB. Soemarno, 2005

  2. BAGAIMANA MENANGANI LAHAN KRITIS ? Soemarno, 2005

  3. PEMBANGUNAN = f (Lahan, ….) SUMBERDAYA LAHAN MERUPAKAN FAKTOR UTAMA KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN EKONOMI MASYARAKAT KUALITAS SUMBERDAYA LAHAN MENENTUKAN HASIL PEMBANGUNAN PENGGUNAAN LAHAN DALAM PEMBANGUNAN MEMPUNYAI EFEK EKSTERNALITAS YANG SANGAT LUAS Soemarno, 2005

  4. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKARANG MEMBANGUN = BESOK MEMBANGUN BESOK MEMBANGUN = LUSA MEMBANGUN LUSA MEMBANGUN = TERUS BANGUN SEKARANG MEMBANGUN = ANAK-CUCU JUGA BANGUN Soemarno, 2005

  5. ASAS DAN TUJUAN Tanggung Jawab Keber-lanjutan Manfaat Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan: Kelestarian Fungsi Ekologi-Ekonomi dari Sumberdaya Lahan Soemarno, 2005

  6. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 1. …. Proses yg secara berkelanjutan mengoptimalkan manfaat SDL melalui penyerasian aktivitas ekonomi sesuai dg kapabilitas dan daya dukungnya Peningkatan Kesejahteraan MASYARAKAT PRODUKSI-DISTRIBUSI-KONSUMSI Konservasi Rehabilitasi Penghematan Soemarno, 2005

  7. ISU-ISU STRATEGIS Kerusakan SDL semakin mengancam keberlanjutan pembangunan sosial-ekonomi Lemahnya penegakan hukum Krisis Ekonomi Rendahnya Kepedulian Lingkungan Rendahnya komitmen, IPTEK, dan penaatan hukum Hambatan Hak Pemilikan Soemarno, 2005

  8. ISU-ISU STRATEGIS Kualitas hidup manusia di daerah miskin / kritis semakin menurun , indikatornya: Penyakit akibat kesehatan lingkungan Keterbatasan income rumah-tangga Pudarnya Budaya- Kearifan Masyarakat Gizi Anak BALITA Kualitas Kawasan Konservasi/ Lindung Soemarno, 2005

  9. ISU-ISU STRATEGIS Perubahan lingkungan ekologi dan ekonomi global semakin mengancam kualitas lingkungan lokal, indikatornya: Suhu bumi meningkat Kerusakan keaneka-ragaman hayati Bencana alam semakin sulit diprediksikan Perubahan pola iklim dan musim Gangguan hama-penyakit tanaman Soemarno, 2005

  10. ISU-ISU STRATEGIS Pengelolaan SDL telah berkembang menjadi isu-isu politik yg dapat mengancam sinergisme antar daerah Sumberdaya Air: Permukaan Bawah tnh Banjir, Longsor, Erosi, Sedimentasi, Pencemaran air Kuantitas Kualitas Distribusi Sumberdaya Lahan & Hutan Sumberdaya mineral/ bahan galian Soemarno, 2005

  11. KEBERLANJUTAN USAHA PENANGANAN LAHAN KRITIS Ekspor / Luar daerah HASIL Usaha Domestik Eksternal input SIAPA YG berusaha (Masyarakat) APA yang digarap ? (Lahan usaha) KEBERDAYAAN Soemarno, 2005

  12. SISTEM USAHA PRODUK UNGGULAN SISTEM DISTRIBUSI LOKAL s/d INTERNASIONAL Kaidah - kaidah PERDAGANGAN : Kesepakatan Sistem Perdagangan Standar mutu Soemarno, 2005

  13. TIPOLOGI LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR Ragam kondisi lahan kritis di Jawa Timur Kritis Hidrologi Kritis Hidrologi-Ekonomi Kritis Ekonomi Upper Vulcanic: ------------------------------- 1. Lahan subur 2. Curah hujan tinggi 3. Produktivitas tinggi 4. Eksternalitas sangat luas 5. Ancaman bencana hidrologis 6. Daya tarik sangat tinggi Lahan kering dataran rendah: ------------------------------- 1. Lahan tidak subur 2. Ancaman kekeringan dan ancaman genangan bajir 3. Produktivitas rendah 4. Daya tarik sangat rendah Limestones area: ------------------------------- 1. Lahan tidak subur 2. Ancaman kekeringan, dan tanah longsor 3. Produktivitas rendah 4. Aksesibilitas terbatas 5. Daya tarik sangat rendah Soemarno, 2005

  14. LAND RESOURCES INFORMATION SYSTEMS A computerized LAND resources data base An information processing system A decision analysis system A decision maker. Soemarno, 2005

  15. COMPUTER MAPPING SYSTEMS:Geographic Information System Numeric DataRecording Spatial Data Recording Data Storage & Renewal Data Analysis & Display Soemarno, 2005

  16. Land resources planning: Communities Need Analysis Scenarios Feasibility Analysis Land Suitability Analysis Consumer Analysis &Participation Analysis Public Review Demand Analysis Land Resources Allocation Decision Land Capability Analysis Priority Demand Implementation, Monitoring, Evaluation, & Revision Soemarno, 2005

  17. Nilai keadilan merupakan merupakan prasyarat pokok dalam menjamin keberlanjutan penanganan lahan kritis. Nilai keadilan ini dapat dikaji berdasarkan pertanyaan berikut: (a). Apakah sumberdaya lahan telah terdistribusi secara adil (b). Apakah hasil usaha telah terdistribusi secara adil , (c). Apakah akses terhadap kesempatan/peluang untuk berusaha telah terdistribusi secara adil , dan (d). Apakah kesempatan/peluang berusaha telah terdistribusi secara fair / adil antar strata sosial masyarakat Soemarno, 2005

  18. PENDEKATAN yang perlu dikembangkan: • 1. Penumbuh-kembangan nilai-nilai yang melandasi berkembangnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam (pendekatan ekosistem). • Sumberdaya alam bukan semata-mata sebagai “sesuatu” yang dimanfaatkan bagi kepentingan manusia, tetapi juga menerima kehadiran makhluk lain ciptaan Allah S.W.T. sebagai bagian yang sama seperti halnya manusia. • Nilai ini adalah landasan untuk terbinanya hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungannya (nilai-nilai ekologi). 2. Pemanfaatan social capital seperti local-knowledge, institusi lokal dan sejenisnya sebagai pintu masuk dalam setiap proses pengembangan perkebunan. Hal ini sangat penting untuk ditekankan agar konflik sosial dapat dihindari atau bahkan dicegah. • 3. Pengembangan SDM dan IPTEK yang terkait langsung dengan setiap upaya pengembangan usaha perkebunan primer hingga tersier. Hal ini sangat strategis untuk kepentingan jangka panjang mengingat hanya dengan pengembangan SDM dan IPTEK yang terus menerus meningkat daya saing komoditas perkebunan dapat ditingkatkan. • 4. Penerapan prinsip-prinsip efisiensi dan kreasi nilai tambah dalam setiap keputusan dan tindakan. Dengan perkataan lain hal-hal yang menimbulkan kemubaziran harus dicegah. • 5. Pengembangan kelembagaan/institusi yang mampu meminimalkan ongkos transaksi, membangun kebersamaan dan menghidupkan cara kerja yang dinamis dan efisien melalui pengembangan jaringan (network) yang andal. • 6. Pewilayahan komoditas perkebunan sesuai dengan agroekosistem dan pembatas pembatas ekologis sebagai landasan pengembangan perkebunan yang berkelanjutan. • 7. Pengembangan kawasan industri perkebunan milik masyarakat (KIMBUN) sebagai media (wadah) transformasi masyarakat dari waktu ke waktu melalui pemanfaatan usaha perkebunan yang terintegrasi dengan industri pengolahan produknya. • 8. Pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang perkebunan, khususnya berupa kebijaksanaan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan. • 9. Jaminan keamanan usaha terhadap segala bentuk penjarahan , perambahan atau aktivitas serupa lainnya. Soemarno, 2005

  19. Strategi yang perlu dikembangkan: • 2. Pemanfaatan social capital seperti local-knowledge, institusi lokal-TRADISIONAL sebagai pintu masuk dalam setiap proses pengembangan usaha. Hal ini sangat penting untuk ditekankan agar konflik sosial dapat dihindari atau bahkan dicegah. • 3. Pengembangan SDM dan IPTEK yang terkait langsung dengan setiap upaya pengembangan usaha perkebunan primer hingga tersier. Hal ini sangat strategis untuk kepentingan jangka panjang mengingat hanya dengan pengembangan SDM dan IPTEK yang terus menerus meningkat daya saing komoditas perkebunan dapat ditingkatkan. • 4. Penerapan prinsip-prinsip efisiensi dan kreasi nilai tambah dalam setiap keputusan dan tindakan. Dengan perkataan lain hal-hal yang menimbulkan kemubaziran harus dicegah. • 5. Pengembangan kelembagaan/institusi yang mampu meminimalkan ongkos transaksi, membangun kebersamaan dan menghidupkan cara kerja yang dinamis dan efisien melalui pengembangan jaringan (network) yang andal. • 6. Pewilayahan komoditas perkebunan sesuai dengan agroekosistem dan pembatas pembatas ekologis sebagai landasan pengembangan perkebunan yang berkelanjutan. • 7. Pengembangan kawasan industri perkebunan milik masyarakat (KIMBUN) sebagai media (wadah) transformasi masyarakat dari waktu ke waktu melalui pemanfaatan usaha perkebunan yang terintegrasi dengan industri pengolahan produknya. • 8. Pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang perkebunan, khususnya berupa kebijaksanaan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan. • 9. Jaminan keamanan usaha terhadap segala bentuk penjarahan , perambahan atau aktivitas serupa lainnya. Soemarno, 2005

  20. Strategi yang perlu dikembangkan: 3. Pengembangan SDM dan IPTEK yang terkait langsung dengan setiap upaya Pengembangan usaha . Hal ini sangat strategis untuk kepentingan jangka panjang mengingat hanya dengan pengembangan SDM dan IPTEK yang terus menerus, daya saing produk usaha dapat ditingkatkan. Soemarno, 2005

  21. Strategi yang perlu dikembangkan: • 4. Penerapan prinsip-prinsip efisiensi dan kreasi nilai tambah dalam setiap keputusan dan tindakan. • 5. Pengembangan kelembagaan/institusi yang mampu meminimalkan ongkos transaksi, membangun kebersamaan dan menghidupkan cara kerja yang dinamis dan efisien melalui pengembangan jaringan (network) yang andal. Soemarno, 2005

  22. Strategi yang perlu dikembangkan: • 6. Pewilayahan komoditas /produk sesuai dengan agroekosistem dan pembatas pembatas ekologis sebagai landasan penanganan lahan kritis. • 7. Pengembangan kawasan sebagai media (wadah) transformasi masyarakat dari waktu ke waktu melalui pemanfaatan usaha produksi yang terintegrasi dengan industri pengolahan produknya. Soemarno, 2005

  23. Strategi yang perlu dikembangkan: • 8. Pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang poduk unggulan, khususnya berupa kebijaksanaan-pemihakan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan. • 9. Jaminan keamanan usaha terhadap segala bentuk penjarahan, perambahan atau aktivitas serupa lainnya. Soemarno, 2005

  24. 10. Usaha bisnis tdk semata didasarkan atas motivasi keuntungan maksimum individual pelaku usaha, namun harus ada kerjasama, saling percaya dan pengembangan jaringan kerja (networking); 11. Aspek keberlanjutan fungsi lingkungan hidup harus menjadi pertimbangan utama dalam perancangan (desain) usaha bisnis. Soemarno, 2005

  25. REFORMASI TRADISI: Usaha MILIK MASYARAKAT Tradisi: TERGANTUNG Pd ALAM Tradisi: BEKERJA-SAMA dg ALAM Melalui: 1. Rekayasa Teknologi 2. Rekayasa Kelembagaan Produktivitas Efisiensi Stabilitas/ Sustainabilitas Equity Soemarno, 2005

  26. REORIENTASI USAHA MILIK MASYARAKAT Memproduksi “apa-apa yg dpt dihasilkan” Menghasilkan “apa-apa yg diminta pasar ” PASAR : f (taraf hidup, kesejahteraan, selera/ cita rasa, tuntutan pasar, ...) MUTU yg baik WAKTU yg tepat HARGA yg terjangkau Soemarno, 2005

  27. USAHA AGRIBISNIS JARAK MILIK MASYARAKAT Memproduksi “TANAMAN JARAK” yg sesuai dg ekosistem lahan kritis Menghasilkan “minyak jarak” melalui pusat pengolahan dan pengemasan PASAR : f (kuantitas, kualitas, kontinyuitas, diversitas produk, ...) Segmen pasar minyak biji jarak Soemarno, 2005

  28. Ciri-ciri Masyarakat Pelaku Usaha 1. Lahan /lokasi Usaha sngt Beragam 2. Produktivitas umumnya rendah dan sgt beragam 3. Aplikasi teknologi rendah 4. Risiko gagal jual umumnya tinggi 5. Penghasil bahan mentah 6. Nilai tambah rendah 7. Posisi Rebut-Tawar rendah 8. ……………………. Soemarno, 2005

  29. STRATEGI KEMITRAAN 1. Partisipasi Masyarakat 2. Pemihakan pd yg LEMAH 3. PEMBERDAYAAN 4. Transparansi & Akuntabilitas 5. Local specific & Social Capital 6. ……….. Soemarno, 2005

  30. DIMENSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DAERAH KRITIS SIRAMAN ROHANI PENDAM-PINGAN PENYEHATAN BIOFISIK PENYEHATAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN KETRAMPILAN Soemarno, 2005

  31. SIKLUS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PELAKU USAHA Melindungi Mengajak Memberi-tahu Memihaki Melatih Mendam- pingi Soemarno, 2005

  32. SEKIAN ! SEMOGA BERMANFAAT WASSALAM Soemarno, 2005

More Related