1 / 28

Rasionalisme dalam Kebijakan Publik

Rasionalisme dalam Kebijakan Publik. Dewi Rostyaningsih. Pengertian dan Konsep Dasar.

Download Presentation

Rasionalisme dalam Kebijakan Publik

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Rasionalisme dalam Kebijakan Publik Dewi Rostyaningsih

  2. PengertiandanKonsepDasar Rasionalisme : adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta (bukan melalui iman, dogma atau ajaran agama).

  3. PENGERTIAN RASIONALISME Secara etimologis Secara terminologis

  4. Pengertian Secara Etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata ini berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. Rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran (A.R. Lacey).

  5. Pengertian Secara Terminologis Rasionalisme : aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Rasionalisme menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi. Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah. Akal dapat menurunkan kebenaran dari dirinya sendiri.

  6. Pengalaman dan Akal: Pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas pengetahuan yang diperoleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman.

  7. Rasionalisme dalam Pengambilan Keputusan: Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau masalah-masalah tersebut dapat dinilai dan diperbandingkan satu sama lain. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kepentigannya. Berbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama.

  8. Rasionalisme dalam Pengambilan Keputusan : Akibat (biaya dan manfaat) yang ditimbulkan oleh setiap altenatif yang dipilih diteliti. Setiap alternatif dan akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya. Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibatnya yang dapat memaksimalkan tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang telah digariskan.

  9. LatarBelakangPemilihanTeoriRasionalisme Teori pemikiran rasionalisme menggunakan dasar pemikiran rasional, dimana pola pikir rasional itu dapat diterima semua pihak. Pendekatan rasional merupakan konsep yang harus didasari prinsip-prinsip yang rasional bukan berdasakan emosi dan tebak–tebakan (kira-kira). Kompleksnya permasalahan yang menyangkut berbagai kepentingan membutuhkan dasar pemikiran yang dapat disetujui semua pihak. Dalam menggunakan dasar pemikiran rasional, ada beberapa langkah dasar untuk merasionalkan dan menyamakan dasar pemikiran.

  10. Langkahdalammenentukanperencanaandengandasarrasionalitas: Mengklasifikasi  dan pengorganisasian dari beberapa tujuan, nilai dan sasaran yang berhubungan dengan masalah.                           Mengidentifikasi  alternatif  dari serangkaian kegiatan untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai sasaran. Memperkirakan akibat  dari setiap alternatif dari serangkaian kegiatan yang mungkin terjadi.                                                              

  11. Langkahdalammenentukanperencanaandengandasarrasionalitas: Membandingkan setiap perkiraan akibat alternatif  dari serangkaian kegiatan  dalam hubungan dengan  tujuan dan sasaran yang sfesifik. Memilih dari serangkaian alternatif kegiatan tersebut yang akibatnya  : - paling dekat dengan tujuan dan sasaran - paling bisa menyelesaikan masalah - paling menguntungkan .

  12. KelebihanTeoriRasionalisme Ideal apabila digunakan dalam kegiatan perencanaan Alasannya : perencanaan pembangunan memerlukan penjelasan yang masuk akal, kondisi hasil implementasi rencana dijabarkan sesuai dengan rasio manusia yang dapat memunculkan pola pikir yang komprehensif sebagai upaya pertimbangan segala sesuatu yang terkait dengan dampak perencanaan.

  13. KelebihanTeoriRasionalisme Mempertimbangkan segala aspek yang terkait dalam perencanakan sehingga rencana yang dihasilkan dapat “menyentuh” dan “mewadahi” semua kebutuhan dan kepentingan aspek yang  dilibatkan; Dalam proses perencanaan yang melibatkan banyak tenaga ahli (sebagai expert untuk merumuskan suatu tujuan perencanaan besar atau cita-cita) diharapkan dapat menghasilkan suatu perencanaan yang besar pula.

  14. KelemahanTeoriRasionalisme(Honer and Hunt, dalam Al Munir,2004) : Pengetahuan yang dibangun oleh Rasionalisme hanyalah dibentuk oleh ide yang tidak dapat dilihat dan diraba. Eksistensi tentang ide tersebut belum dapat didukung oleh semua orang dengan kekuatan dan keyakinan yang sama. Kebanyakan orang merasa kesulitan untuk menerapkan konsep Rasionalisme ke dalam kehidupan keseharian yang praktis. Rasionalisme gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia. Banyak dari ide yang sudah pasti pada satu waktu kemudian berubahan pada waktu yang lain.

  15. Wujudteorirasionalisme : • Wujudteorirasionalismemeliputi : - Development Planning; - Program Planning; - Development & Spatial; - Regional Planning; - Structural Planning; - Spatial Planning. • Wujudproduknyauntuk Indonesia meliputi:        -    Rencana Pembangunan NasionalSemestaBerencana (RPNSB) - RencanaPembangunan Lima Tahun (Repelita)        -      RencanaSosialPengembangan Area (PU + UNICEF)          -     Rencana Pembangunan Daerah (PU + UNCRD)        -      Wilayah PengembanganParsial (WPP/SKP-PU)        -      UU 24/92 (Tata Ruang)        -      SistemHirarkiRencana Tata Ruang.        -      RencanaUmum Tata Ruang Kota        -      RencanaStrategis.

  16. INKREMENTALISME DALAM KEBIJAKAN PUBLIK Dewi Rostyningsih

  17. Latar Belakang • Model ini merupakan kritik terhadap model rasional • Adanya berbagaikeraguantentangpraktek dankegunaanmodel rasional • Adanya usahauntukmengembangkansebuahteoripengambilankeputusanyang lebihdekatdalammemperkirakanperilakuaktualdariparapengambilkeputusan. Situasiinimendorongmunculnyamodel inkremental .

  18. Teori Inkremental • Suatu teori pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti dalam teori rasional) • Memotret pengambilankeputusan kebijakan publiksebagai sebuah proses yangdikarakterisasikan oleh tawarmenawar dan kompromi antaraberbagai pengambil keputusanyang memiliki kepentingannyasendiri-sendiri.

  19. Pokok-pokok Teori Inkremental : Pemilihan tujuan/sasaran dan analisis tindakan empiris dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait Pembuat keputusan dipandang hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah Bagi tiap alternatif, hanya sejumlah kecil akibat yang mendasar saja yang dievaluasi

  20. Pokok-pokok Teori Inkremental : Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan diredefinisikan secara teratur. Menyesuaikan tujuan dengan sarana untuk mempertimbangkan dampak. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi tiap masalah. Pembuatan keputusan bersifat perbaikan kecil-kecil.

  21. Mengapa Model Inkremental dilakukan : Para pembuat kebijakan tidak memiliki waktu, intelektual maupun biaya penelitian untuk landasan bagi perumusan tujuan kebijakan Adanya kekawatiran tentang munculnya dampak sebagai akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya Adanya hasil program dan kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan demi suatu kepentingan Menghindari konflik jika harus melakukan negosiasi bagi kebijakan baru.

  22. Strategi-strategi Inkremental : Pembatasananalisishanyapadabeberapaalternatifkebijakan yang familiar; Melakukananalisistujuankebijakan yang salingberkaitandannilai-nilaidenganberbagaiaspekempirisdarimasalah yang dihadapi; Melakukan strategi yang mengedepankananalisisuntukmencarimasalah yang ingindiselesaikandaripadatujuanpositif yang ingindikejar;

  23. Strategi-strategi Inkremental : 4. Melakukan serangkaianpercobaankegagalan, danpercobaanulang; 5. Menganalisishanyasebagian, bukankeseluruhanaplikasiPengambilanKeputusanKebijakanPublik, konsekuensi yang pentingdarisuatualternatif yangdipertimbangkan; 6. Setiappartisipanmengerjakanbagianmerekadarikeseluruhan domain(Lindblom, 1979: 517).

  24. Langkah yang dilakukan Para Pembuat Keputusan : • Mengembangkan berbagaikebijakan melalui sebuahproses membuat ‘perbandinganterbatas yang berurutan dengankebijakan sebelumnya’, yaitukeputusan-keputusan yang sudahfamiliar bagi mereka. • Bekerja dalam sebuah prosesyang secara terus menerus‘terbangun dari situasi yang adapada saat itu, setapak-demi setapakdan dalam derajad yangkecil. (Lindblom, 1959).

  25. Konsekuensi Inkrementalisme : • Keputusan yang diambil biasanyahanya sedikit berbeda darikeputusan-keputusan yang sudahada (perubahandari status-quo bersifat inkremental) • Program yang dihasilkan konservatif • Pengulangan terhadap program sebelumnya. • Program yang sudah berjalan mudah disetujui

  26. Kelemahan Inkrementalisme : Kebijakan inkremental tidak memadai untuk menyelesaikan persoalan masyarakat yang diakibatkan oleh perubahan yang terjadi. (Arus perubahan yang cepat, pemerintah harus menanggapi perubahan tersebut)

  27. Esensidariinkrementalismadalah: • Mensistematisasikan berbagaikeputusan yang dicapai dengan menekankanpada pentingnya mencapaikesepakatan politik dan belajardari trial-and-error. (Lindblom and Cohen,1979). • Model pembuatan keputusan yang membuahkan hasil yang terbatas, praktis dan dapat diterima.

  28. TERIMAKASIH

More Related