1 / 24

KONSEP SEHAT SAKIT

KONSEP SEHAT SAKIT. Krishnanda Wijaya-Mukti Dharmaclass Ekayana Buddhist Centre Jakarta, 18 Oktober 2009. NILAI KESEHATAN. Kesehatan adalah keberuntungan yang paling utama (Dhp. 204) Perjuangan memerlukan lima penopang: (1) keyakinan (2) kesehatan (3) ketulusan dalam kesucian

wyanet
Download Presentation

KONSEP SEHAT SAKIT

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KONSEP SEHAT SAKIT Krishnanda Wijaya-Mukti Dharmaclass Ekayana Buddhist Centre Jakarta, 18 Oktober 2009

  2. NILAI KESEHATAN • Kesehatan adalah keberuntungan yang paling utama (Dhp. 204) • Perjuangan memerlukan lima penopang: (1) keyakinan (2) kesehatan (3) ketulusan dalam kesucian (4) semangat berpegang pada apa yang baik (5) pengertian tentang timbul dan lenyapnya penderitaan dalam hidup ini (A. III, 64)

  3. DEFINISI SEHAT • Sempurna baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO) • Mengandung 3 karakteristik: Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal & eksternal Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif & produktif • Sehat bukan suatu kondisi, melainkan penyesesuaian, bukan suatu keadaan melainkan proses. Proses adaptasi individu tidak hanya terhadap fisik mereka melainkan juga terhadap lingkungan sosialnya

  4. KONSEP SAKIT Sebagian orang percaya bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dan tidak ada yang terjadi tanpa kehendak Tuhan. Mereka menganggap penyakit itu kalau bukan peringatan atau cobaan, tentu adalah hukuman dari Tuhan. Pandangan semacam ini membuat penderita kusta di masa lalu dikucilkan dari masyarakat dan penderita sakit jiwa dipasung.

  5. SIAPA SAJA BISA SAKIT • AIDS di zaman modern ini pun sempat dianggap sebagai penyakit kutukan Tuhan, padahal banyak ibu baik-baik dan bayi yang belum tahu apa-apa kena tertular HIV • Flu babi (virus A-H1N1) seperti flu lain menyerang siapa saja, termasuk presiden: Oscar Arias dari Costa Rica, pemenang hadiah Nobel Perdamaian tahun 1987 (11/8/09), dan Alvaro Uribe dari Kolombia (30/8/09)

  6. FENOMENA ALAMI • Pandangan Buddhis: Penyakit bukan kutukan Tuhan • Sakit merupakan fenomena alami, bagian dari penderitaan hidup di dunia ini. Kelahiran, menjadi tua, terkena penyakit dan kematian adalah satu paket yang tidak terpisahkan. Seperti juga kesedihan, keluh-kesah, kesengsaraaan, ketidaksenangan dan keputusasaan, berkumpul dengan yang tidak disenangi, berpisah dengan yang disenangi, tidak memperoleh apa yang diinginkan, semuanya akan dialami di dunia ini. Itulah yang Kebenaran Mulia tentang duka (S. V, 421)

  7. PENGERTIAN DUKA • Duka dalam bahasa Pali dukkha, dapat dikonotasikan sebagai dislokasi. Bagai tulang yang keluar dari letak yang seharusnya, sehingga menyakitkan dan menghalangi gerak. Du artinya sulit, dan kha artinya menahan. • Sakit sebagai salah satu bentuk duka merupakan penderitaan biasa. • Duka itu sendiri juga dimengerti sebagai ketidakpuasan akibat dari perubahan-perubahan dan konsekuensi dari keadaan yang berkondisi. • Duka melekat pada keberadaan makhluk apa pun.

  8. SEBAB PENYAKIT • Ada duka, ada asal mula dari duka, akhir duka, jalan mengakhiri duka (Empat Kebenaran Mulia) • Sama halnya dengan penyakit, setelah mendiagnosis, dokter mengenali penyebab/etiologinya, prognosis dan cara pengobatannya sehingga mampu menerapkannya untuk penyembuhan dan pencegahan

  9. KASUS GIRIMANANDA • Jiwa dan raga saling bergantung/ memengaruhi, ada sebab-sebab internal, ada yang eksternal • Di antaranya udara pernapasan, perubahan cuaca/ musim, kepanasan/kedinginan, kelaparan, kehausan, gangguan buang air, stres dan matangnya buah karma seseorang • Tubuh jasmani tidak kekal, tidak memiliki substansi keakuan, mengandung kotoran yang menjijikkan, tempat berkembangnya penyakit. • Si sakit dibimbing untuk membersihkan dan mengembangkan batinnya sehingga tidak terpengaruh oleh penderitaan fisik (A. V, 109-110).

  10. SEBAB KARMA • Karena ketidaktahuan atau kebodohan, orang didorong oleh perasaan sendiri melakukan suatu bentuk karma melalui gerak gerik jasmani, perkataan atau pikiran yang menimbulkan hal-hal yang menyenangkan atau menyakitkan pada diri sendiri (A. II, 157) • Doktrin karma menjelaskan perbedaan nasib manusia, termasuk kenapa ada yang pendek/ panjang usia, yang sering/jarang sakit (M. III, 203) • Ada karma individual, ada karma kolektif, akumulatif & memiliki hubungan kausal dengan perbuatan seseorang dalam kehidupan sekarang dan sebelumnya

  11. PERILAKU & LINGKUNGAN • Seluruh dunia memengaruhi sebuah pori dan sebuah pori memengaruhi seluruh dunia. Begitu pula seluruh makhluk memengaruhi satu tubuh dan satu tubuh memengaruhi seluruh makhluk (Sutra Awatamsaka) • Interpenetrasi antara makhluk dengan lingkungan, setiap bentuk kehidupan senantiasa saling bergantung, berinteraksi dengan yang lain • Kemajuan ilmu kedokteran memang sudah banyak menolong mereka yang sakit dan membuat umurnya menjadi lebih panjang, namun bagaimanapun, status kesehatan lebih ditentukan oleh perilaku manusia & lingkungannya

  12. KASUS FLU BABI • Virus A-H1N1 asal Meksiko sudah mengambil korban di Indonesia: bukan lagi orang yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri. Sejak terjadinya kasus pertama (24/6/09) dalam 2 bulan saja jumlah penderita influenza A-H1N1 mencapai lebih dari 1,000 orang di 24 provinsi. • Sekalipun angka kematian hanya 0,4 persen, tidak seganas flu burung (H5N1), dikhawatirkan terjadinya koalisi atau perkawinan silang antara virus A-H1N1 yang memiliki tingkat penyebaran tinggi dan H5N1 yang memiliki tingkat kematian tinggi.

  13. PENCEGAHAN • Penularan karena kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin, atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita • Sepanjang belum bisa mengandalkan imunisasi dengan vaksin, paling tidak penularan penyakit dapat dihindari dengan memanfaatkan sapu tangan atau masker menutup hidung, cuci tangan dengan sabun, menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar, olahraga, istirahat yang cukup dan makan dengan gizi seimbang. Tentu saja, mereka yang merasakan gejala flu harus segera ke dokter dan beristirahat di rumah, menjauhi tempat keramaian.

  14. MENJAGA SILA • Buddha melihat serombongan anak-anak sedang menyiksa ikan-ikan. • Ia bertanya: Anak-anak, tidakkah engkau takut sakit? • Jawab anak-anak: Tentu saja kami takut sakit, kami tidak suka sakit. • Lalu Buddha memberi nasihat: Barangsiapa tidak ingin menderita seharusnya tidak melakukan perbuatan buruk entah secara terbuka atau tersembunyi. Jika kini engkau berbuat buruk, kelak pasti akan menderita, walau bagaimanapun engkau berusaha untuk lari (Ud. 51)

  15. Air Udara Makanan & minuman Istirahat & tidur Olahraga Emosi Genetika Di zaman tata tenteram kertaraharja gemah ripah loh jinawi, harapan hidup manusia panjang, namun masih menghadapi 3 jenis penyakit: gangguan pencernaan, nafsu makan, degenerasi (Cakkavatti-sihanada-sutta D. III, 75). Kebanyakan penyakit berasal dari usus. Sehat sangat bergantung pada apa yang dimakan & kebiasaan hidup sehari-hari. FAKTOR YANG MEMENGARUHI KESEHATAN

  16. TUNTUNAN BAGI ORANG SAKIT • “Bilamana badanmu sakit, jangan biarkan pikiranmu juga menjadi sakit. Demikianlah hendaknya engkau melatih dirimu sendiri.” (S. III, 2)

  17. PENGOBATAN • Upaya pengobatan tergantung pada persepsi sakit dan sebab sakit. • Buddha menempatkan ilmu pengobatan sebagai disiplin tersendiri di luar keagamaan. Saat terkena penyakit fisik, Buddha diobati oleh Jiwaka, seorang dokter, yang juga banyak merawat para biksu. Jiwaka menggunakan obat dari bahan-bahan herbal, atau yang berasal dari hewan, mineral sampai pada tindakan bedah dan diet. • Makanan bergizi juga diperhatikan, seperti kelompok bahan obat yang dinamakan pancabhesajjani dalam Kitab Winaya.

  18. DOA/PARITTA/MANTRAM • Bacaan yang disebut paritta atau mantram sering dimanfaatkan untuk mengonsentrasikan dan mendayagunakan kekuatan pikiran. Atau menenteramkan, sebagaimana halnya praktik pemujaan kepada Bhaisajyaguru dan Awalokiteswara.

  19. KESEMBUHAN • Ada orang yang tidak sembuh, apakah ia memperoleh diet, obat, perawatan yang tepat atau pun tidak. • Ada orang yang sembuh, apakah memperoleh semua hal tersebut atau pun tidak. • Bisa jadi orang sembuh walau tidak mendapatkan barang satu pun dari hal-hal tersebut. • Karena terbukti orang sembuh mendapat diet, obat, perawatan yang tepat (tetapi tidak bilamana gagal mendapatkannya), maka orang-orang sakit lain sebaiknya mendapatkannya pula. (A. I, 121)

  20. SYARAT MERAWAT • Menguasai ilmu pengobatan, mampu mengobati • Cakap mempertimbangkan/menggunakan apa yang efektif berkhasiat/bermanfaat • Merawat atas dasar cinta-kasih, tanpa pamrih • Tidak jijik membersihkan kotoran, air kemih, ludah atau muntahan • Cakap memberi petunjuk, menasihati, menghibur dan mendorong semangat si sakit sesuai dengan ajaran agama (Vin. I, 303)

  21. BELAS KASIH Wimalakirti: “Karena semua makhluk hidup terserang penyakit, maka aku juga sakit. Bila semua makhluk hidup tidak lagi sakit, penyakitku akan berakhir. Dengan ikrar untuk menyelamatkan makhluk hidup, seorang Bodhisattwa memasuki alam sangsara yang bisa terserang penyakit. Jika mereka sembuh, Bodhisattwa tidak akan sakit lagi. Sebagaimana ketika seorang anak jatuh sakit, orang tuanya juga merasa sakit dan akan menderita selama anaknya belum sembuh. Demikianlah Bodhisattwa mencintai semua makhluk bagaikan anaknya.” (VN. V)

  22. Terdorong oleh cinta kasih, untuk mencari obat mengatasi penderitaan, Siddharta bertapa hingga berhasil menjadi Buddha. Lalu Ia menolong orang-orang yang menderita bagaikan seorang dokter (It. 100). MENOLONG BAGAI DOKTER

  23. Ketika melihat seorang biksu terserang diare yang berat dan terbaring berlumuran kotoran, Buddha memandikan dan menolongnya • Sabda Buddha kemudian, ”Barangsiapa ingin merawat Tathagata, hendaknya ia merawat orang sakit.” Dengan melayani orang sakit berarti melayani Tathagata (Vin. I, 301-302) MELAYANI ORANG SAKIT

  24. Semoga terhindar dari segala malapetaka Terbebas dari semua penyakit Tiada mara bahaya yang menimpa kita Dirgahayulah kita dan hidup bahagia (Sabb’itiyo Gatha) TERIMA KASIH

More Related