1 / 11

Konfusianisme Pertemuan 5

Konfusianisme Pertemuan 5. Matakuliah : <<Sekarah pemikiran Jepang>> Tahun : <<2009>>. Konfusianisme. Ajaran konfusianisme tiba di Jepang melalui Korea pada sekitar tahun 500 masehi

donat
Download Presentation

Konfusianisme Pertemuan 5

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KonfusianismePertemuan 5 Matakuliah : <<Sekarah pemikiran Jepang>> Tahun : <<2009>>

  2. Konfusianisme • Ajaran konfusianisme tiba di Jepang melalui Korea pada sekitar tahun 500 masehi • Mulai diterapkan dalam sistem pemerintahan di Jepang setelah pangeran Shotoku (572~621) menetapkan Junana Kempo atau undang-undang 17 pasal pada tahun 604. • Pangeran Shotoku menerapkan ajaran-ajaran Konfusianisme dengan maksud menguatkan posisi pemerintah pusat dan menanamkan kepatuhan rakyat terhadap penguasa, serta mengatur keselarasan hubungan timbal balik antara penguasa dan rakyat.

  3. Merupakan filosofi dasar dan alat politik dalam pemerintahan Tokugawa • Konfusianisme merupakan acuan dalam kehidupan, yang bisa disebut “the Way” dan merupakan pengetahuan manusia yang berbudaya untuk diimplementasikan dalam masyarakat melalui pelayanan pemerintah

  4. Dicetuskan oleh seorang filsuf Cina bernama Kooshi • Percaya akan adanya dewa langit/Tenshi • Alirannya yang dijadikan pedoman prilaku masyarakat&pemerintah. • Sebagi pedoman prilaku pemerintah, mereka berpegang pada Gojo atau lima nilai utama yang terdiri atas Jin (kebaikan), Gi (kebenaran), Rei (Kewajaran), Chi (kebijaksanaan), Shin (keyakinan).

  5. Sebagai pedoman prilaku masyarakat, mereka percaya atas Gorin atau lima hubungan dasar antara umat manusia yang meliputi Kun-Shu (hub atasan-bawahan), Oya-Ko (hub ortu-anak), Fufu (hub suami-isteri), Ani-Ototo (hub kakak-adik), Nakama (hub antar teman).

  6. Perkembangan Konfusianisme • Aliran Chushi/Shushigaku (1185~ * Berasal dari pemikiran Chu Shi (1120~1300) seorang filsuf dari dinasti Sung sehingga disebut Sogaku/ilmu pengetahuan dinasti Sung * Ajarannya mencakup teori metafisika tentang asal-usul alam semesta, teori sifat dasar manusia dan etika moral dimana semuanya saling berkaitan.

  7. *. Pada zaman Edo ajarannya dijadikan ideologi untuk menyatukan negara karena: * ajaran ini memantapkan wibawa kekuasaan pemerintah di tengah masyarakat. * para sarjana shushigaku Jepang sangat menekankan pentingnya taigi meibun atau tuntutan moral bagi seseorang untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan fungsi dan tugasnya dalam masyarakat. Dalam konteks zaman Tokugawa, hal itu berarti rakyat harus patuh terhadap pemerintahan militer.

  8. * Shushigaku sangat menjunjung tinggi keselarasan gorin atau lima hubungan antar manusia dimana penekanan moral seperti ini sesuai dengan masyarakat feodal Tokugawa dan dianggap dapat mempertahankan kestabilan sistem sosial masyarakat saat itu.

  9. 2. Aliran Kogakuha (akhir abad 17) • Berasal dari ajaran Yamaga Soko (1622~1685) • Penganut aliran ini meyakini bahwa konfusianisme dapat lebih dipahami secara benar dengan mengacu pada karya-karya tulis konfusianisme lama, bukan pada ajaran-ajaran menurut penafsiran Shushigaku atau filsuf-filsuf lainnya. Yamaga Soko mencetuskan teorinya bahwa keselarasan dalam masyarakat dapat dicapai melalui pembinaan prilaku dan moral yang benar oleh masing-masing individu, menurut ajaran konfusianisme lama.

  10. Cara ini sangat ideal dijadikan teladan bagi pembinaan prilaku dan moral kaum militer. Berdasarkan pandangan itu, ia kemudian menyusun pedoman pembinaan prilaku dan moral kaum Bushi (militer), yang dikenal sebagai Bushido. Etika moral Bushido yang mencakup hal kesiapan untuk mati, sederhana, hemat, rajin, setia dan taat pada orang tua dan atasan serta pengabdian yang maksimal terhadap atasan tidak hanya dianut oleh kaum samurai saja melainkan juga oleh masyarakat luas.

More Related