1 / 25

Randai sebagai konsep teater

Randai sebagai konsep teater. Randai didukung kelompok masyarakat budaya dengan sistem kemasyarakatan yang jelas. Randai merupakan gabungan beberapa bentuk kesenian. Randai selalu berkembang yang memiliki peluang untuk selalu dikembangkan.

chul
Download Presentation

Randai sebagai konsep teater

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Randai sebagai konsep teater • Randai didukung kelompok masyarakat budaya dengan sistem kemasyarakatan yang jelas. • Randai merupakan gabungan beberapa bentuk kesenian. • Randai selalu berkembang yang memiliki peluang untuk selalu dikembangkan.

  2. Dalam masyarakat tradisi Minangkabau, randai termasuk dalam posisi profane. Artinya, randai terbebas dari segala kegiatan yang berhubungan dengan adat dan agama secara langsung. Randai muncul sebagai bentuk dan dalam kategori pamenan ‘permainan’. Permainan di sini dapat berarti ganda: memperagakan keterampilan dan kemampuan serta bermain dalam kata-kata dan imaji. Oleh karenanya, randai bukanlah sesuatu yang suci dan yang disakralkan. Tak ada sangsi agama maupun adat sehingga randai menjadi sebuah bentuk kesenian yang terbuka dan selalu berkembang.

  3. Randai mengandung bentuk demokratisasi kehidupan masyarakat Minangkabau. Diperagakannya randai di gelanggang, menjadikan segala bentuk hukum dan etika adat takluk pada hukum di gelanggang. Gelanggang menempatkan setiap individu dalam kedudukan yang sama.

  4. Pimpinan randai disebut tuo randai yang sewaktu-waktu sekaligus bertindak sebagai guru silat. Tuo randai ini juga bertindak sebagai sutradara, tetapi tidak seperti drama barat.

  5. Konsepsi etika dan estetika dalam masyarakat Minangkabau, secara umum mengacu pada ungkapan nan baik budi nan endah baso. Hal ini juga bisa dihubungkan dengan putiah kapeh dapek diliek putiah hati bakaadaan. Artinya, segala hal yang baik menurut masyarakat Minangkabau adalah segala hal yang jelas ada, dapat bermanfaat, dan berguna. Jika hati memang bersih, harus terlihat dalam tingkah laku dan tindak tanduk.

  6. Etika • Status dan fungsi seseorang tetap dihormati • Harkat manusia tetap dijaga • Semua tokoh adalah “manusia” • Pemaafan

  7. Etika • Status dan fungsi seseorang tetap dihormati Cerita dalam randai bukanlah cerita nyata. Penggunaan nama gelar penghormatan digantikan dengan penyebutan sifat atau kelakuan tokoh.

  8. Etika • Harkat manusia tetap dijaga Harkat manusia sebagai laki-laki dan perempuan tetap dijaga. Pada waktu tertentu, tokoh perempuan diperankan oleh laki-laki, tetapi peran perempuan tetap ada. Pemeran tokoh jahat tetap bermain dalam randai. Jadi, hanya tokoh jahat yang dihilangkan, bukan pemeran.

  9. Etika • Semua tokoh adalah “manusia” Penafsiran cerita dilakukan sesuai keperluan dan citarasa masyarakat setempat.

  10. Etika • Pemaafan Pasambahan pada bagian awal dan akhir pertunjukkan adalah bentuk etika pemain dan penonton randai.

  11. Estetika • Harmoni • Kekuatan kata • Konfigurasi nilai-nilai • Tanpa simbol

  12. Estetika • Harmoni Basis harmoni dalam randai berdasar langkah nan ampekdalam silat. Basis tersebut menyebabkan lingkaran randai mempunyai empat gerakan pula, mengecil dan membesar, maju dan mundur. Pemain juga harus berpasangan sehingga jumlah harus genap.

  13. Estetika • Kekuatan kata Kata dengan pengertiannya dalam randai dipahami bersama oleh pemain dan penonton. Seorang tokoh dalam randai bukan dikenali melalui kostum atau makeup melainkan pada kata yang diucapkan. Misalnya kalimat “Manolahmamakkanduangjanyodenai...” menunjukkan pemain memerankan tokoh kemenakan dengan menyebut mamak kepada lawan bicara. Oleh karena itu, randai tidak membutuhkan properti dan dekorasi panggung secara mutlak.

  14. Estetika • Konfigurasi nilai-nilai Nilai-nilai hukum dan relevansinya dengan kenyataan dijajarkan sebagai sebuah konfigurasi. Randai tidak memberikan arahan terhadap sebuah standar hukum, tetapi resume yang diambil untuk satu bagian dijajar lagi untuk bagian berikutnya.

  15. Estetika • Tanpa simbol Tidak ada unsur yang berhubungan dengan pemujaan karena tidak berhubungan dengan adat dan agama. Semua gerak, musik, dan cerita berangkat dari ekspresi manusia terhadap alam.

  16. Artistik • Keseragaman yang beragam • Tidak bermain dalam permainan • Penonton, pemain, pemeran • Rapport sebagai penjalin

  17. Artistik • Keseragaman yang beragam Walaupun tampak tidak serentak, pada satu momentum pemain akan bergerak serentak dan bersamaan. Seorang pemain akan mengejar momentum tersebut agar bisa serentak dengan pemain lain.

  18. Randai 1938 From youtube

  19. Artistik • Tidak bermain dalam permainan Pemain yang tidak berperan, duduk membentuk sebuah lingkaran. Setiap pemain yang tidak sedang memerankan tokoh akan bergabung dengan pemain lain di situ. Mereka secara bersama-sama berjalan membentuk lingkaran tersebut.

  20. Saluang Randai From youtube

  21. Artistik • Penonton, pemain, pemeran Dalam randai, anak randai memiliki 3 peran sekaligus. Sebagai pemeran ketika dia memerankan seorang tokoh cerita dalam randai. Setelah peran itu selesai, ia menjadi pemain. Sewaktu duduk melingkar bersama pemain yang tidak memerankan tokoh, ia adalah penonton. Tidak semua penonton adalah pemain, tetapi pemain dapat menjadi penonton. Tidak semua pemain adalah pemeran, tetapi semua pemain dapat berperan.

  22. Randai Aswara 1 Randai Aswara 2 Randai Aswara 3 From youtube

  23. Artistik • Rapport sebagai penjalin Bertemunya citarasa pemain dengan citarasa penonton disebut rapport (istilah yang dipilih Dr. Khaidil Anwar dari bahasa Perancis untuk istilah batamurueh jo buku).

  24. Randai selalu menghadirkan dua hal secara bergantian. Bila etika ditampilkan dalam cerita dan penceritaan, estetika berada dalam garis lingkaran. Bila estetika tampil dalam tari dan nyanyian, etika mengurung dalam lingkaran.

More Related