1 / 12

Konsep-konsep yang mendasari: Bank Syariah sebagai salah satu instrumen dalam tata kelola

Konsep-konsep yang mendasari: Bank Syariah sebagai salah satu instrumen dalam tata kelola Ekonomi Islam. Syariah Islam. Aturan atau ketetapan yang Alloh perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan lainnya.

abdalla
Download Presentation

Konsep-konsep yang mendasari: Bank Syariah sebagai salah satu instrumen dalam tata kelola

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Konsep-konsep yang mendasari: Bank Syariah sebagai salah satu instrumen dalam tata kelola Ekonomi Islam

  2. Syariah Islam • Aturan atau ketetapan yang Alloh perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan lainnya. • Dibangun dengan tiga pilar, pertama: aqidah secara akal (aqidah aqliyyah), kedua: spirit ibadah (ibadah ruhiyah) dan ketiga: peraturan, hukum dan UU (nizhom qonuni qodhoi). • Memiliki enam karakteristik utama: robbaniyah (theistic), insaniyah (humanistic), syumul (comprehensive), akhlaqiyah (ethics), waqi’iyah (realistic), tanasuq (regularity).

  3. Syariah Islam- karakteristik : • Robbaniyah (Theistic), bersifat religius, diyakini sebagai hukum yang paling adil dan sempurna serta selaras dengan kebaikan serta dapat mencegah segala kerusakan. • Insaniyah (Humanistic), diciptakan agar manusia derajatnya terangkat, jasmani dan rohani terjaga dan terpelihara. • Syumul (Comprehensive), mengatur seluruh aspek dan bidang kehidupan. Baik aspek ibadah, aspek keluarga, perdagangan dan ekonomi, hukum dan peradilan, politik dan hubungan antar negara. • Akhlaqiyah (Ethics), menegakkan tatanan sosial dan mewujudkan keteladanan dalam kehidupan manusia, memelihara nilai-nilai rohani dan etika. • Waqi’iyah (Realistic), perhatian terhadap moral tidak menghalangi untuk memperhatikan realitas yang terjadi dan menetapkan syariat yang menyelesaikan masalah, sesuai dengan perubahan zaman, tempat, kebiasaan dan kondisi. • Tanasuq (Regularity), bekerjanya semua individu dengan teratur dan saling bersinergi untuk mencapai tujuan bersama dalam keseimbangan.

  4. Ekonomi Syariah- motif : • Mashlahah (Public Interest), merupakan motif yang dominan diantara ketiga motif yang ada, mashlahah adalah parameter perilaku yang bernuansa altruisme(kepentingan bersama). • Kebutuhan (Needs), merupakan sebuah motif dasar(fitrah), dimana manusia memang memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. • Kewajiban (Obligation), merupakan representasi entitas utama motif ekonomi yaituibadah. Ketiga motif ini saling menguatkan dan memantapkan peran motif ibadah dalamperekonomian.

  5. Ekonomi Syariah– prinsip utama : • Menjalankan usaha-usaha yang halal. Mulai dari produksi, manajemen, hingga proses sirkulasi atau distribusi haruslah dalam kerangka halal, tidak bersentuhan dengan judi dan spekulasi atau tindakan-tindakan lainnya yang dilarang secara syariah. • Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah. Tindakan-tindakan ekonomi hanyalah sekedar untuk memenuhi kebutuhan (needs) bukan memuaskan keinginan (wants). • Pelaksanaan Zakat. Mekanisme zakat yang diharapkan adalah obligatory system bukan voluntary system. Disamping itu ada juga instrumen sejenis yang bersifat sukarela yaitu infak, shadaqah, dan wakaf. • Larangan bagi Riba, Maisir dan Gharar. Untuk itu perlu menjadikan sistem bagi hasil (profit-loss sharing) dengan instrumen mudharabah dan musyarakah sebagai pengganti sistem kredit berikut instrumen bunganya.

  6. Riba, Maisir, Gharar– definisi umum : • Riba, berarti ‘tambahan’, ada dua macam, pertama:riba nasiah adalah tambahan yang sudah ditentukan di awal transaksi, yang diambil oleh si pemberi pinjaman dari orang yang menerima pinjaman sebagai imbalan dari pelunasan bertempo dan kedua:riba fadhl adalah tukar menukar barang yang sejenis dengan ada tambahan. • Maisir, pengertian sempitnya adalah judi, usaha spekulatif atau perjanjian yang memberi kemungkinan menang atau kalah, mungkin untung dan mungkin rugi. • Gharar, merupakan kondisi ketidakpastian (uncertainty) dan ketidakjelasan; segala keadaan yang akibat akhirnya tidak diketahui dan tidak terukur.

  7. Perbankan Syariah– definisi hukum : • Prinsip perbankan syariah (pasal 1 butir 13 UU No. 10 tahun 1998) adalah suatu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau keinginan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah)atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank bank atau pihak lain (ijarah wa iqtina).

  8. Perbankan Syariah– konsep transaksi : • Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara diangsur. • Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil antara bank dan nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (bank) menyediakan sebagian besar modal pada suatu usaha yang disepakati. • Nisbah. Dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung bertindak sebagai investor (shahibul maal) sedangkan bank bertindak sebagai pengelola keuangan (mudharib) yang akan menginvestasikan dana ke sektor -sektor riil yang sesuai syariah. Antara investor dan pihak bank sebelumnya dilakukan akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. • Musyarakahadalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha antara bank dengan nasabah di mana modal usaha berasal dari kedua belah pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing. • Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

  9. Perbankan Syariah– bagi hasil : • Berdasarkan konsep berbagi risikosebagai metode utama, dan meniadakan keuntungan yang ditentukan sebelumnya. • Tidak memberikan bunga (dikategorisasikan sebagai riba dan diharamkan), namun dalam bentuk pembagian keuantungan atau bagi hasil. • Nasabah akan mendapatkan bagi hasil yang besar (persentase/rasio)-nyaberdasarkan nisbahyang telah sepakati di awal pembukaan rekening. Jumlah bagi hasil yang diterima tergantung dengan besar pendapatan bank.

  10. Bank Syariahvs Bank Konvensional :

  11. Bank Syariahvs Bank Konvensional : • Akad dan legalitas, merupakan kunci utama yang membedakan, pada Bank Syariah ini hanya akad yang halal, seperti bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa. Tidak ada unsur bunga dan riba namun dalam bentuk bagi hasil. • Pada Bank Syariah ada keharusan untuk memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS)dalam struktur organisasinya, ditempatkan pada posisi setingkat dengan dewan komisaris.DPS ini bertugas untuk mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.

  12. Bank Syariah– kekuatan dan tantangan ke depan : • Sistem bagi hasil terbukti lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem bunga yang dianut bank konvensional (review pada waktu krisis ekonomi-moneter), • Return yang diberikan kepada nasabah pemilik dana bank syariah lebih besar daripada bunga deposito bank konvesional, • Bank syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai, tetapi bekerja sama atas dasar kemitraan, • Prinsip laba bagi Bank Syariah bukan satu-satunya tujuan karena Bank Syariah lebih mengupayakan bagaimana memanfaatkan sumber dana yang ada untuk membangun kesejahteraan masyarakat, • Luasnya pasar yang dianggap belum digarap secara maksimal, • Sosialisasi prinsip dan konsep yang masih kurang, • Profesionalisme layanan yang masih belum memadai.

More Related