1 / 55

BAB 4

BAB 4. Transmisi Digital. 4.1 Penyandian kanal (Line Coding). Beberapa Karakteristik Pola-pola penyandian kanal (Line Coding Schemes) Beberapa pola penyandian yang lain. Gambar 4.1 Penyandian kanal. Gambar 4.2 Level sinyal versus level data. Gambar 4.3 Komponen DC. Contoh 1.

yanka
Download Presentation

BAB 4

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BAB 4 Transmisi Digital

  2. 4.1 Penyandian kanal (Line Coding) Beberapa Karakteristik Pola-pola penyandian kanal (Line Coding Schemes) Beberapa pola penyandian yang lain

  3. Gambar 4.1Penyandian kanal

  4. Gambar 4.2Level sinyal versus level data

  5. Gambar 4.3Komponen DC

  6. Contoh 1 Suatu sinyal memiliki dua lever data dengan durasi 1 ms. Dapat dihitung laju pulsa (pulse rate) dan laju bit (bit rate) sebagai berikut: Pulse Rate = 1/ 10-3= 1000 pulses/s Bit Rate = Pulse Rate x log2 L = 1000 x log2 2 = 1000 bps

  7. Contoh 2 Suatu sinyal memiliki empat level data, dengan durasi pulsa 1 ms. Pulse rate dan bit rate dapat dihitung sebagai berikut: Pulse Rate = = 1000 pulses/s Bit Rate = PulseRate x log2 L = 1000 x log2 4 = 2000 bps

  8. Gambar 4.4Keterlambatan (lag of) sinkronisasi

  9. Contoh 3 Pada transmisi digital, jika clock penerima 0.1 persen lebih cepat dari clock pengirimnya. Berapa ekstra bit per detik yang diterima oleh penerima, jika data rate-nya 1 Kbps? Berapa laju bit jika bekerja dapa 1 Mbps? Penyelesaian Pada 1 Kbps: 1000 bit terkirim 1001 bit diterima1 ekstra bps Pada 1 Mbps: 1,000,000 bit terkirim 1,001,000 bit diterima1000 ekstra bps

  10. Gambar 4.5Skema penyandian kanal (Line coding)

  11. Catatan: Penyandian unipolar hanya menggunakan satu level voltage.

  12. Gambar 4.6Penyandian Unipolar

  13. Catatan: Penyandian Polar menggunakan dua level voltage (positif dan negatif).

  14. Gambar 4.7Tipe-tipe penyandian polar

  15. Catatan: Dalam NRZ-L, level sinyal ditentukan oleh keadaan (state) bit-nya.

  16. Catatan: Dalam NRZ-I, sinyal akan membalik keadaan (inverted) jika menjumpai logika 1 (transisi dari tinggi-ke-rendah atau transisi dari rendah-ke- tinggi).

  17. Gambar 4.8Sinyal penyandian NRZ-L dan NRZ-I encoding

  18. Gambar 4.9Penyandian RZ

  19. Catatan: A good encoded digital signal must contain a provision for synchronization.

  20. Gambar 4.10Penyandian Manchester

  21. Catatan: Dalam penyandian Manchester, terjadi transision di tengah bit-nya digunakan untuk sinkronisasi bit dan juga representasi bit

  22. Gambar 4.11Penyandian Differential Manchester

  23. Catatan: Dalam penyandian differential Manchester, transisi pada tengah bit digunakan hanya untuk sinkronisasi. Bit diwakili ditetapkan oleh adanya perubahan (inversion) atau (noninversion) pada awal bit.

  24. Catatan: Dapam penyandian bipolar, menggunakan tiga level: positif, nolo, dan negatif.

  25. Gambar 4.12Penyandian Bipolar AMI

  26. Gambar 4.132B1Q

  27. Gambar 4.14Sinyal MLT-3

  28. 4.2 Penyandian Block (BlockCoding) Langkah-lanhkah dalam Transformasi Beberapa Common Block Codes

  29. Gambar 4.15Penyandian Block

  30. Gambar 4.16Substitusi dalam penyandian block

  31. Tabel 4.1 Penyandian 4B/5B

  32. Tabel 4.1 Penyandian 4B/5B encoding (Lanjutan)

  33. Gambar 4.17Contoh Penyandian 8B/6T

  34. 4.3 Pencuplikan (Sampling) PAM (Pulse Amplitude Modulation) PCM (Pulse Code Modulation) Sampling Rate: Nyquist Theorem Berapa jumlah Bits per Sample? Laju bit (Bit Rate)

  35. Gambar 4.18PAM

  36. Catatan: Pulse amplitude modulation memiliki beberapa aplikasi, tetapi penerapannya tidak digunakan pada komunikasi data. Akan tetapi, ini merupakan langkah pertama dari metode-metode lain yang sangat populer seperti PCM(pulse code modulation).

  37. Gambar 4.19Sinyal PAM terkuantisasi

  38. Gambar 4.20Kuantisasi dengan tanda (sign) dan magnitude

  39. Gambar 4.21PCM

  40. Gambar 4.22Dari sinyal analog ke kode PCM

  41. Catatan: Berdasar teorema Nyquist, laju pencuplikan (sampling rate) paling rendah adalah 2 kali frekuensi tertingginya.

  42. Gambar 4.23Theorema Nquist

  43. Contoh 4 Berapakah sampling rate yang diperlukan untuk mendigitalisasi suatu sinyal dengan bandwidth 10,000 Hz (1000 sampai 11,000 Hz)? Penyelesaian Sampling rate harus dua kali dari frekuensi tertinggi sinyalnya: Sampling rate = 2 x (11,000) = 22,000 samples/s

  44. Contoh 5 Suatu sinyal dicuplik (sampling). Jika tiap sampel memerlukan hingga 12 level untuk kepresisian-nya (+0 ke +5 dan -0 ke -5). Berapa jumlah bit yang harus dikirim untuk tiap sampel-nya? Penyelesaian Kita perlukan 4 bit; 1 bit untuk tanda (sign) dan 3 bit untuk nilainya. 3-bit nilai (value) dapat mewakili 23 = 8 level (000 sampai 111), artinya lebih dari yang diperlukan. Jika ditetapkan 2-bit untuk nilai (value) tidak mencukupi karena 22 = 4. Jika 4-bit value terlalu banyak karena 24 = 16.

  45. Contoh 6 Digitalidasi tutur manusia (human voice). Berapakah bit rate-nya, anggap bahwa tiap sampel terdiri 8 bit? Penyelesaian Suara tutur (voice) manusia umumnya memiliki frekuensi dari 0 sampai 4000 Hz. Sampling rate = 4000 x 2 = 8000 samples/s Bit rate = sampling rate x number of bits per sample = 8000 x 8 = 64,000 bps = 64 Kbps

  46. Catatan: Bahwa kita selalu dapat mengubah suatu band-pass signal ke suatu low-pass signal sebelum melakukan sampling. Dalam hal ini, sampling rate-nya adalah dua kali bandwidth-nya.

  47. 4.4 Mode Transmisi Transmisi Paralel Transmis Serial

  48. Gambar 4.24Transmisi data

  49. Gambar 4.25TransmisiParalel

  50. Gambar 4.26TransmissionSerial

More Related