1 / 16

KARAKTERISTIK ORGANISASI SOSIAL

KARAKTERISTIK ORGANISASI SOSIAL. Produknya bukan barang (goods) yg bersifat tangible, melainkan pelayanan (services) yang bersifat intangible.

mayda
Download Presentation

KARAKTERISTIK ORGANISASI SOSIAL

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KARAKTERISTIK ORGANISASI SOSIAL • Produknya bukan barang (goods) yg bersifat tangible, melainkan pelayanan (services) yang bersifat intangible. • Misi dan tujuan organisasi diwarnai oleh nilai-nilai pekerjaan sosial, bukan nilai-nilai ekonomi semata. Karenanya pelayanan yang dihasilkan tidak bebas nilai (value free), melainkan sarat nilai (value ladden). • Tidak bergerak di pasar ekonomi dan tujuannya utamanya tidak mencari keuntungan (non profit oriented). Strategi pemasarannya berlandaskan pada prinsif “social marketing”. • Biaya produksinya umumnya bukan berasal dari klien secara langsung, melainkan dari biaya publik (anggaran negara, pajak dll). Harga yang dibayar klien bukan berbentuk uang yang secara langsung menyentuh faktor produksi, melainkan berupa peningkatan pengetahuan, kesadaran, antusiasme, partisipasi dll.

  2. Standar unjuk kerjanya (performance) bukan pada efisiensi melainkan lebih kepada efektivitas. • Tehnologinya bukan terletak pada mesin, melainkan pada manusia. Tanpa kehadiran mereka tidak akan ada produk “no man no product”. Dari ke empat aspek tehnologi, humaware, technoware, orgaware, manusialah (humanware) yang menentukan proses produksi.

  3. ORGANISASI SOSIAL DAN ORGANISASI LOKAL • Salah satu sasaran perubahan pekerjaan sosial adalah organisasi kemasyarakatan meliputi organisasi sosial (social organization) dan organisasi lokal (local organization). • Melalui organisasi ini pekerja sosial melakukan perubahan terencana meningkatkan keberfungsian sosial pengurus dan anggotanya. • Organisasi sosial adalah organisasi formal, fungsi utamanya menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial ditujukan untuk memecahkan masalah dan atau memenuhi kebutuhan masyarakat. • Organisasi ini berperan sebagai mediator antara kepentingan dan program pemerintah disatu pihak dengan kebutuhan masyarakat di pihak lain. Organisasi sosial merupakan wahana dan wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

  4. Pengertian organisasi sosial sering dipertukarkan dengan organisasi lokal. Sebenarnya keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Secara luas organisasi sosial adalah organisasi formal, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Di Indonesia organisasi sosial umumnya menunjuk pada lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang dikelola oleh masyarakat (cont: Panti asuhan, panti jompo dll) bernaung pada sebuah yayasan. Organisasi lokal dapat dikategorikan ke dalam organisasi non formal yang berada di tingkat lokal (desa/kelurahan) dimana anggota, jangkauan dan sasarannya pelayannya pun relatif terbatas. Persamaannya orsos maupun orlok merupakan organisasi sukarela atau nir laba (voluntary atau non profit organization). Para pengurus dan anggota tidak menggantungkan hidupnya dari organisasi ini, walaupun untuk posisi tertentu ada pengurus yang menerima bayaran.

  5. PERMASALAHAN ORGANISASI SOSIAL • Kekurangan dana, sangat tergantung pada dukungan dana dari luar. • Kurang mampu memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat. Manfaat produknya kurang dirasakan oleh masyarakat. • Rendahnya motivasi dan unjuk kerja pengurus dalam melaksanakan tugas. • Sulit mengukur pengaruh atau dampak pelayanan. • Masyarakat dan lembaga donor kurang percaya dalam memberikan dukungan finansial.

  6. MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI(REINVENTING GOVERNMENT)Osborne dan Gaebler (1996) • Steering rather than rowing. Lembaga sebaiknya menjadi pengarah dan penggerak ketimbang hanya menjadi pelaksana kegiatan itu sendiri. • Empowering rather than serving. Lembaga sebaiknya lebih dapat memberdayakan klien daripada terus menerus memberikan pelayanan kepada mereka. • Injecting competition into service delivery. Lembaga sebaiknya dapat menyuntikkan semangat kompetisi kedalam tubuh para petugas dan organisasi pelayanannya. • Transformating rule-driven organizations. Lembaga sebaiknya memberikan kebebasan dalam berkreasi, daripada mengaturnya dengan peraturan-peraturan dan petunjuk pelaksanaan yang ketat.

  7. Funding outcomes, not inputs. Strategi pembiayaan lembaga sebaiknya lebih berorientasi kepada hasil (outcomes) yang ingin dicapai, daripada terlalu memfokuskan kepada faktor masukan (inputs). Meeting the needs of the customer, not the bureaucracy. Lembaga sebaiknya lebih mementingkan terpenuhinya kepuasan penerime pelayanan, klien atau pelanggan (customer), daripada memenuhi kemauan birokrasi. Earning rather than spending. Lembaga sebaiknya pandai mencari dana dan jangan hanya pandai membelanjakan saja. Prevention rather than cure. Lembaga sebaiknya mampu bertindak untuk mencegah masalah, daripada hanya menanggulanginya.

  8. From hierarchy to participation and teamwork. Lembaga sebaiknya mampu menggeser pola kerja hierarki yang dianutnya ke model kerja partisipatif dan kerjasama. Leveraging change through the market. Lembaga sebaiknya berorientasi kepada pasar, dan mampu melakukan perubahan melalui penguasaan terhadap mekanisme pasar

  9. KARAKTERISTIK ORGANISASI PELAYANAN KEMANUSIAAN • Proses pelayanan hendaknya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan klien: • Diperlakukan sebagai individu • Menyatakan perasaan • Memperoleh tanggapan terhadap masalah yang dialami • Diakui sebagai pribadi yang bermartabat • Tidak dipersalahkan • Menentukan keputusan sendiri • Dilindungi kerahasiaannya.

  10. Proses pelayanan hendaknya bersifat mendorong dan menambah energi: Pemberian kemampuan Pemberian motivasi Pemberian saran Pemberian kemudahan dalam akses pasilitas.

  11. Proses pelayanan hendaknya bersifat integratif dan inklusif: Kerjasama Keakraban Persahabatan Saling menghargai Cinta kasih Dukungan sosial.

  12. Proses pelayanan hendaknya bersifat transaksional: Pertukaran sumber yang dibutuhkan Pertukaran pengalaman Saling mengerti dan memahami Resiprokal dan responsif

  13. Proses pelayanan hendaknya bersifat murni, jujur dan realistik: Menghindari kebohongan Memberikan kepuasan pada kedua belah pihak Saling mempercayai Saling menghargai

  14. Proses pelayanan hendaknya bersifat komplementaritas peranan: Penuh perhatian Memberi respon terhadap hal yang disampaikan Mampu menggunakan otoritas dan kontrol.

  15. Prinsip-prinsip pelayanan • Individualisasi, pengakuan terhadap sifat-sifat unik yang dimiliki klien, sbg hak dasar manusia ut menjadi diri sendiri yg memiliki perbedaan pribadi. • Pernyataan perasaan secara bertujuan, yaitu pengakuan akan kebutuhan klien untuk menyatakan perasaan: 1) mendengarkan apa yg disampaikan tanpa menilai/mencela, memberikan dorongan jika diperlukan.

  16. Keterlibatan emosi secara terkendali: 1) kepekaan terhadap klien, 2)pemahaman terhadap makna perasaan klien, 3) pemberian respon secara tepat terhadap perasaan klien. Akseptansi, melihat dan memperlakukan klien apa adanya: 1) menerima bahwa klien memiliki kelebihan dan kekurangan, 2) menerima perasaan klien baik positif maupun negatif, 3) menerima tingkah laku dan sikap klien, baik yang konstruktif maupun destruktif.

More Related