1 / 58

OBAT DIURETIK dan ANTI HIPERTENSI

OBAT DIURETIK dan ANTI HIPERTENSI. OLEH Iwan sain. DIURETIK DAN OBAT ANTI HIPERTENSI. Diuretik dipakai untuk dua tujuan utama: untuk menurunkan tekanan darah tinggi, untuk memperkecil edema (perifer dan paru-paru) pada payah jantung kongestif.

Download Presentation

OBAT DIURETIK dan ANTI HIPERTENSI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. OBAT DIURETIK dan ANTI HIPERTENSI OLEH Iwan sain

  2. DIURETIK DAN OBAT ANTI HIPERTENSI Diuretik dipakai untuk dua tujuan utama: • untuk menurunkan tekanan darah tinggi, • untuk memperkecil edema (perifer dan paru-paru) pada payah jantung kongestif.

  3. Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin (diuresis) dengan menghambat reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal. • Kebanyakan reabsorpsi natrium dan air terjadi di sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal (proksimal, ansa Henle (ansa desending dan ansa asending), dan distal, Diuretik dapat mempengaruhi satu atau lebih segmen tubulus ginjal

  4. Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. • Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan darah. • Jika garam natrium ditahan, air juga akan tertahan dan tekanan darah akan meningkat

  5. Kategori diuretik • Enam kategori diuretik yang efektif untuk menghilangkan air dan natrium adalah • (1) tiasid dan seperti - tiasid, • (2) diuretik kuat, • (3) hemat kalium, • (4) penghambat anhidrase karbonik, • (5) osmotik, dan • (6) merkurial

  6. Farmakokinetik • Tiazid diabsorpsi dengan baik dalam traktus gastrointestinal (GI). Hidroklorotiazid memiliki kekuatan ikat protein yang lebih lemah dibandingkan dengan furosemid. • Waktu paruh tiazid lebih panjang daripada diuretik loop (kuat). Untuk alasan ini tiazid harus diberikan pada pagi hari untuk menghindari nokturia (berkemih di malam hari).

  7. Farmakodinamik • Tiazid bekerja langsung pada arteriol, menyebabkan vasodilatasi, sehingga dapat menurunkan tekanan darah. • Awal kerja dari hidrotiazid timbul dalam waktu 2 jam, dan untuk furosemid dalam 1 jam. Konsentrasi puncak berbeda-beda.

  8. Tiazid terbagi dalam tiga kelompok sesuai dengan lama kerjanya : • Tiazid kerja pendek memiliki lama kerja kurang dari 12 jam; • Tiazid kerja menengah, lama kerjanya antara 12-24 jam, • dan yang bekerja lama, memiliki lama kerja lebih dari 24 jam. Furosemid adalah diuretik yang lebih paten daripada tiazid, bekerja dengan cepat, dan memiliki lama kerja yang lebih pendek daripada tiazid kerja pendek, dan diekskresi lebih cepat.

  9. Efek samping dan Reaksi yang Merugikan • Efek samping dan reaksi yang merugikan dari tiazid mencakup ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, dan kehilangan bikarbonat), hiperglikemia (gula darah meningkat), hiperurisemia (kadar asam urat serum meningkat), dan hiperlipidemia (kadar lemak darah meningkat). • Efek samping lain mencakup pusing, sakit kepala, mual, muntah, konstipasi, urtikaria, dan diskrasia darah (jarang).

  10. Kontraindikasi • Tiazid menjadi kontraindikasi untuk dipakai pada penderita gagal ginjal. • Gejala-Gejala gangguan fungsi ginjal yang berat meliputi oligouria (penurunan jumlah urin yang sangat jelas), peningkatan nitrogen urea darah dan peningkatan kreatinin darah.

  11. Interaksi obat • Dari berbagai interaksi obat, yang paling serius adalah penggunaannya bersama digoksin. • Tiazid dapat menyebabkan hipokalemia, yang menguatkan kerja digoksin, dan bisa terjadi keracunan digitalis. • Tanda-Tanda dan gejala-gejala dari keracunan digitalis (bradikardia, mual, muntah, perubahan penglihatan) harus dilaporkan. Seringkali diresepkan suplemen kalium dan kadar kalium harus dipantau. • Tiazid juga menguatkan kerja litium, dan dapat terjadi keracunan litium. • Tiazid memperkuat kerja obat obat antihipertensi lainnya, yang mungkin dipakai secara kombinasi dengan pengobatan hipertensi.

  12. Diuretik Kuat

  13. Farmakokinetik • Diuretik cepat merupakan obat yang cepat diabsorpsi di saluran pencernaan. • Obat-Obat ini merupakan obat yang berikatan dengan protein sangat tinggi dengan waktu paruh yang bervariasi dari 30 menit sampai 1,6 jam

  14. Farmakodinamik • Diuretik kuat memiliki efek salurelik yang besar (kehilangan natrium) dan dapat menyebabkan diuresis cepat. Waktu awal kerja dari diuretik terjadi setelah 30-60 menit. Awal kerja bentuk furosomid intravena adalah 5 menit. Lama kerja lebih pendek daripada tiazid.

  15. Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan • Efek samping yang paling sering dijumpai adalah ketidakseimbangan elektrolit dan cairan, seperti hipokalsemia dan hipokloremia. Hipotensi ortostatik dapat timbul. Trombositopenia, gangguan kulit, dan tuli sementara jarang terlihat.

  16. Interaksi obat • Interaksi obat yang paling utama adalah dengan preparat digitalis, Jika klien memakai digoksin dengan diuretik kuat, bisa terjadi keracunan digitalis, Klien ini memerlukan kalium tambahan melalui makanan atau obat. • Hipokalemia memperkuat kerja digoksin dan meningkatkan risiko keracunan digitalis.

  17. Diuretik Hemat Kalium • Diuretik hemat kalium, lebih lemah dari tiazid dan diuretik kuat, dipakai untuk diuretik ringan atau dengan kombinasi dengan obat antihipertensi, Obat-obat ini bekerja pada tubulus distal untuk meningkatkan ekskresi natrium dan air dan retensi kalium. Obat ini mengganggu pompa natrium kalium yang dikontrol oleh aldosteron hormon mineralokortikoid (natrium ditahan dan kalium diekskresi),

  18. Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan • Efek samping utama dari obat-obat ini adalah hiperkalemia. Hati-Hati dalam memberikan obat ini pada klien yang fungsi ginjalnya buruk, karena 80-90% dari kalium diekskresikan oleh ginjal. • Urin harus sekurang-kurangnya 600 ml sehari. • Klien tidak boleh memakai tambahan kalium jika meminum obat diuretik hemat kalium kecuali jika kadar kalium da­lam serum sangat rendah. • Pemantauan kadar kalium serum sangat perlu. Gangguan gastrointestinal dapat terjadi.

  19. Diuretik Osmotik • Diuretik osmotik meningkatkan osmolalitas (konsentrasi) plasma dan cairan dalam tubulus ginjal. Natrium, kalium, dan air diekskresikan. • Golongan obat ini dipakai untuk mencegah penyakit ginjal, untuk mengurangi TIK (mis. edema otak) dan untuk menurunkan TIO (mis. glaukoma).

  20. Penghambat Anhidrase Karbonik • Penghambat anhidrase karbonik, asetazolamid, diklorfenamid, otoksilamid, dan metazolamid menghambat kerja enzim anhidrase karbonik yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa (keseimbangan ion hidrogen dan bikarbonat). • Penghambatan enzim ini menyebabkan peningkatan pengeluaran natrium, kalium dan bikarbonat.

  21. Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan • MANITOL. Efek samping dan reaksi yang merugikan dari diuretik osmotik mencakup ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, edema paru karena perpindahan cairan dengan cepat, mual, muntah, takikardia karena kehilangan cairan dengan cepat, dan asidosis.

  22. ASETAZOLAMID. Penghambat anhidrase karbonik dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, asidosis metabolik, mual, muntah, anoreksia, bingung, hipotensi ortostatik, dan kristaluria. Anemia hemolitik dan batu ginjal dapat juga timbul. Obat-Obat ini merupakan kontraindikasi selama trimester pertama kehamilan.

  23. Proses Keperawatan: Diuretik Pengkajian • Periksa tanda-tanda vital dasar untuk menemukan hasil abnormal dan bandingkan dengan hasil pemeriksaan berikutnya. • Periksa elektrolit serum Laporkan nilai abnormal seperti penurunan kadar kalium. • Periksa anggota gerak untuk menemukan "edema pitting" Laporkan hasilnya. Diuretik akan diberikan untuk mengganti cairan ditungkai. • Periksa bunyi pernafasan untuk menemukan kelainan suara yang disebabkan oleh pengumpulan cairan di paru-paru. Laporkan hasilnya. Bila positif bisa menunjukkan adanya gagal jantung kongestif.

  24. Intervensi Keperawatan • Pantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah dan denyut jantung. Diuretik dapat menyebabkan penurunan tekanan darah; jika volume cairan menurun banyak, denyut jantung akan meningkat untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Laporkan adanya peningkatan denyut jantung dan periksa adanya tanda-tanda dan gejala-gejala terjadinya renjatan. • Pantau berat klien. Dengan pengeluaran cairan dan pengurangan edema perifer karena diuresis, diharapkan terjadi penurunan berat badan. • Pantau haluaran urin. Diuretik meningkatkan haluaran urin. Penurunan jumlah urin sewaktu klien sedang memakai diuretik mungkin disebabkan oleh kurang minum atau adanya insufisiensi ginjal, Asupan cairan harus diperhatikan. Laporkan bila ada pengurangan jumlah urin.

  25. Pantau hasil hasil pemeriksaan laboratorium, terutama elektrolit serum, gula, asam urat, dan BUN (blood urea nitrogen). • Periksa adanya tanda-tanda dan gejala-gejala hipokalemia (kelemahan otot, denyut yang tidak teratur, bingung, dan kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L). Kelainan elektro kardiografi terjadi baik pada hipokalemi juga pada hiperkalemia.

  26. PENYULUHAN KEPADA KLIEN • Beritahukan klien untuk mempertahankan nutrisi yang baik dan kurangi garam dan tingkatkan makanan yang kaya kalium se-perti buah-buah segar atau kering (pisang, jeruk), sayur-sayuran termasuk kentang, terutama dengan kulit-nya; kacang, daging, dan ikan. Banyak diuretik yang tidak menghemat kalium.

  27. Beritahukan pada klien untuk memantau denyut jantung jika meminum diuretik dan digitalis seperti digoksin. Bradikardia pengurangan denyut jantung) adalah tanda keracunan digitalis. • Anjurkan klien diabetik yang memakai diuretik tiazid untuk mengukur gula darahnya. Usahakan upaya klien memiliki daftar hasil pemerikaan gula darahnya.

  28. Anjurkan klien untuk mengikuti peraturan pemakaian obat dengan baik. Jika timbul masalah, anjurkan klien untuk memberitahukan dokter. • Nasihati klien untuk bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri secara perlahan-lahan untuk mencegah efek hipotensi ortostatik.

  29. Evaluasi • Evaluasi efektivitas diuretik dengan men-catat apakah edema berkurang atau menghilang. Mengganti diuretik mungkin perlu dilakukan apabila edema atau payah jantung kongestif timbul.

  30. OBAT ANTIHIPERTENSI

  31. Metoda-Metoda untuk menurunkan tekanan darah tanpa obat mencakup : • teknik-teknik mengurangi stress • olah raga (meningkatkan lipoprotein densitas tinggi (HDL), pembatasan garam, • mengurangi minum alkohol, dan • mengurangi berat badan

  32. OAH diklasifikasikan menjadi lima kategori: • (1) diuretik, • (2) menekan simpatetik (simpatolitik), • (3) vasodilator arterial langsung, • (4) antagonis angiotensin, dan • (5) penghambat saluran kalsium.

  33. Penghambat Adrenergik Beta Ada banyak tipe penghambat beta. • Penghambat beta tidak selektif seperti propranolol (inderal) menghambat reseptor beta jantung dan beta bronchial. Denyut jantung lambat (tekanan darah menurun sekunder terhadap penurunan denyut jantung), dan timbul bronkokonstriksi. • Penghambat beta kardioselektif lebih disukai karena hanya bekerja pada reseptor beta, akibatnya, tidak timbul bronkokonstriksi.

  34. Farmakokinetik • Baik propranolol dan metoprolol diabsorpsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali Sehari. Propranolol sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat-obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein

  35. Farmakodinamik • Penghambat adrenergik beta mengbambat perangsangan simpatetik. sehingga menurunkan denyut jantung; dan tekanan darah, Penghambat beta tidak efektif menghambat reseptor beta2, ini: bisa menyebabkan penyempitan bronkial. Penghambat beta dapat menembus barier plasenta dan dapat masuk ke ASI. • Awitan kerja penghambat beta biasanya 30 menit atau kurang, dan lama kerjanya 6 sampai 12 jam. Jika penghambat beta diberikan secara intravena, awitan kerjanya segera, waktu puncaknya 20 menit untuk intravena (dibanding per oral sampai 1^ jam), dan lama kerjanya 4 sampai 8 jam

  36. Simpatolitik (Penekan Simpatetik) • Penghambat adrenergik bekerja di sentral (simpatolitik), penghambat adrenergik alfa, dan penghambat neuron adrenergik diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik, atau simpatolitik. Penghambat adrenergik beta, juga dianggap sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor beta. • Simpatolitik yang bekerja di pusat menurunkan repons simpatetik dari batang otak ke pembuluh darah perifer. Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jan­tung dan aliran darah ke ginjal. Obat-Obat golongan ini meliputi metildopa, klinidin, 1 guanabenz, dan guanfasin. Metildopa (Al-domet) adalah satu dari obat yang pertama dipakai secara luas untuk mengontrol hipertensi.

  37. Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan • Efek samping dan reaksi yang merugikan meliputi rasa mengantuk, mulut kering, pusing, dan denyut jantung; lain (bradikardia). Metildopa tidak diberikan pada klien yang memiliki gangguan fungsi hati, dan enzim hati serum harus dipantau secara teratur pada semua klien. • Golongan obat ini tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat terjadi krisis hipertensi. • Jika obat perlu dihentikan dengan cepat, biasanya diberikan obat anti hipertensi lain untuk mencegah gejala rebound hipertensi seperti kegelisahan, takikardia, tremor, sakit kepala, dan peningkatan tekanan darah.

  38. Penghambat Adrenergik-Alfa • Golongan obat ini memblok reseptor adrenergik alfa, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. • Penghambat beta juga menurunkan lipoprotoin berdensitas sangat rendah (VLDL, very low-density lipoproteins) dan lipoprotein berdensitas rendah (LDL, low-density lipoproteins) yang bertanggung jawab dalam penimbunan lemak di arteri (arterosklerosis). • Penghambat alfa yang lebih kuat, fentolamin, fenoksibenzamin dan tolazolin, terutama dipakai untuk krisis hipertensi dan hipertensi berat yang disebabkan oleh tumor medula adrenal

  39. Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan • FENTOLAMIN. Efek samping meliputi hipotensi, refleks takikardia karena tekanan darah menurun drastis, kongesti hidung karena efek vasodilntasi, dan kekacauan gastrointestinal • PRAZOSIN, DOKSAZOSIN, DAN TERAZOSIN. Efek samping meliputi hipotensi ortostatik (pusing, rasa ingin pingsan, kepala ringan, peningkatan denyut jantung), mual, rasa mengantuk, kongesti hidung karena vasodilatasi, edema, dan kenaikan berat badan.

  40. Interaksi Obat • Interaksi obat timbul ketika penghambat adrenergik alfa diminum bersama obat-obat antiinflamasi dan nitrat (nitrogliserin) untuk angina. • Edema perifer diperberat jika prazosin dan obat antiinflamasi dipakai setiap hari. Nitrogliserin yang diberikan untuk angina akan menurunkan tekanan darah. Jika prazosin diberikan dengan nitrogliserin, dapat timbul sinkop (pingsan) karena penurunan tekanan darah.

  41. Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolitik yang Bekerja Porifer) • Penghambat neuron adrenergic merupakan obat anti hipertensi yang kuat yang menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan norepinefrin menjadi berkurang dan ini menyebabkan curah jantung maupun tahanan vaskular perifer menurun. Reserpin dan guanafasin dua obat yang paling kuat dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat

  42. Vasodilator Arteriola yang Bekerja Langsung • Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot otot polos dari pembuluh darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. • Dengan terjadinya vasodilatasi tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema. Refleks takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah. • Penghambat beta seringkali diberikan bersama-sama dengan vasodilator arteriola untuk menurunkan denyut jantung; hal ini melawan refleks takikardia. Dua dari vasodilator yang bekerja langsung,

  43. Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan • Efek hidralazin banyak dan termasuk takikardia, palpitasi, edema, kongesti hidung, sakit kepala, pusing, perdarahan saluran cerna, gejala-gejala seperti lupus, dan gejala-gejala neurologik (kesemutan, baal). • Minoksidil memiliki efek. samping yang serupa, takikardia, edema dan pertumbuhan rambut yang berlebihan. Dapat menyebabkan serangan angina. • Nitropruzid dan diazoksid dapat menyebabkan refleks takikardia, palpitasi, kegelisahan, agitasi, mual dan bingung. Hiperglikemia dan timbul dengan diazoksid karena obat ini menghambat pelepasan insulin dari sel-sel beta pankreas

  44. Antagonis Angiotensin (Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin) • Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensi II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosteron. • Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. .Jika aldosteron dihambat, natrium dieksresikan bersama-sama dengan air. Kaptopril, enalapril, dan lisinopril adalah ketiga antagonis angiotensin.

More Related