1 / 24

Pendekatan Filologi dalam studi Islam

Pendekatan Filologi dalam studi Islam. Oleh: Muhammad Walidin, M.Hum. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab UIN Yogyakarta. Definisi. ETIMOLOGI Berasal dari bahasa Yunani, philologia , gabungan kata dari philos = ‘ TEMAN ’ dan logos = ‘ PEMBICARAAN ’ atau ‘ ILMU ’.

kami
Download Presentation

Pendekatan Filologi dalam studi Islam

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Pendekatan Filologidalam studi Islam Oleh: Muhammad Walidin, M.Hum. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab UIN Yogyakarta

  2. Definisi • ETIMOLOGI • Berasal dari bahasa Yunani, philologia, gabungan kata dari philos = ‘TEMAN’ dan logos = ‘PEMBICARAAN’ atau ‘ILMU’. • Dalam bahasa Yunani, philologia berarti ‘SENANG BERBICARA’. • Dari pengertian ini kemudian berkembang menjadi ‘SENANG BELAJAR’, ‘SENANG KEPADA ILMU’, ‘SENANG KEPADA TULISAN-TULISAN’, dan kemudian ‘SENANG KEPADA TULISAN-TULISAN YANG BERNILAI TINGGI’ seperti ‘karya-karya sastra’. • ISTILAH • Philologia mulai dipakai pada kira-kira abad ke-3 SM oleh sekelompok ahli dari Iskandariyah, yaitu untuk menyebut keahlian yang diperlukan untuk mengkaji peninggal tulisan yang berasal dari kurun waktu beratus-ratus tahun sebelumnya. Ahli dari iskandariyah yang pertama kali melontarkan tulisan ‘filologi’ bernama Eratosthenes. Pada waktu itu, mereka harus berhadapan dengan sejumlah peninggalan tulisan yang menyiman suatu informasi dengan bentuk tulisan itu terdapat sejumlah bacaan yang rusak atau korup.

  3. PENGERTIAN FILOLOGI DALAM SEJARAH PEREKEMBANGANYA Sebagai Ilmu tentang Pengertahuan yang Pernah Ada. • Informasi mengenai masa lampau suatu masyarakat, yang meliputi berbagai segi kehidupan dapat diketahui oleh masyarakat masa kini melelui peninggalan-peninggalan, baik yang berupa benda-benda budaya maupun karya-karya tulisan. Karya tulisan pada umumnya menyimpan kandungan berita masa lampau yang mampu memberikan informasi secara labih terurai. • Apaila informasi yang terkandung dalam karya-karya tulisan mempunya cakupan informasi yang luas, menjangkau berbagai segi kehidupan masa lampau, maka pengetahuan yang dipandang mampu mengangkat informasi yang luas dan menyeluruh itu dipahami sebagai unci pembuka pengetahuan. Oleh karena itulah, kemudian filologi memperoleh arti

  4. ILMU PENGETAHUAN TENTANG SEGALA SESUATU YANG PERNAH DIKETAHUI ORANG. • Dalam pandangan inilah pengkajian terhadap teks-teks yang tersimpan dalam peninggalan tulisan masa lampau tersebut disebut sebagai pintu gerbang untuk mengungkapkan khazanah masa lampau. Dari pengertian ini filologi disebut juga sebagai l’etalage de savoir.

  5. Sebagai Ilmu Bahasa. • Sebagai hasil budaya masa lampau, peninggalan tulisan perlu dipahami dalam konteks masyarakat yang melahirkannya. Pengetahuan tentang berbagai konvensi yang hidup dalam masyarakat yang melatarbelakangi penciptaannya mempunyai peran yang besar bagi upaya memahami kandungan isinya. Mengingat bahwa lapis awal dari karya tulisan masa lampau berupa bahasa, maka pekerja filologi pertama-tama dituntut untuk memiliki bekal pengetahuan tentang bahasa yang dipakai dalam karya tulisan lama tersebut. Hal ini berarti juga bahwa pengetahuan kebahasaan secara luas dierlukan untuk membongkar kandugan isi karya tulisan masa lampau. Dengan demikian, seorang filolog harus pula ahli bahasa. Dari situasi inilah kemudian filologi dipandang sebagai ilmu tentang bahasa. Dalam konsep ini, filologi dipandang sebagai ilmu dan studi bahasa yang ilmiah, seperti yang pada saat ini dilakukan oleh linguistik. Jika studinya dikhususkan terhadap teks-teks masa lampau, filologi memperoleh makna sebagaimana yang terdapat pada linguistik diakronis. Fiologi dengan pengertian ini antara lain dapat dijumpai di Inggris. Di Arab, filologi demikian disebut dengan fiqh al-lughah.

  6. Sebagai Ilmu Sastra Tinggi • Dalam perkembangannya, karya-karya tulisan masa lampau yang didekati dengan filologi berupa karya-karya yang mempunyai nilai yang tinggi di dalam masyarakat. Karya-karya yang pada umumnya dipandang sebagai karya-karya sastra adiluhung, misalnya karya Yunani, Homerus. Perkembangan sasaran kerja ini kemudian melahirkan pengertian tentang istilah filologi sebagai studi sastra atau ilmu sastra. Filologi dengan pengertian demikian pada saat ini sudah tidak dijumpai lagi.

  7. Sebagai Studi Teks. • Filologi dipakai juga untuk menyebut ‘ilmu yang berhubungan dengan studi teks, yaitu studi yang dilakukan dalam rangka mengungkapkan hasil budaya yang tersimpan di dalamnya’. Pengertian demikian antara lain dapat dijumpai pada filologi di Negeri Belanda. Sejalan dengan pengertian ini, di Prancis, filologi mendapatkan pengertian sebagai ‘studi suatu bahasa melalui dokumen tertulis dan studi mengenai teks lama beserta penurunan (transmisinya)’. • Konsep filologi demikian bertujuan mengungkapkan hasil budaya masa lampau sebagaimana yang terungkap dalam teks aslinya. Studinya menitikberatkan pada teks yang tersimpan dalam karya tulis masa lampau. • DENGAN pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai istilah, filologi merupakan satu disiplin yang ditujukan pada studi tentang teks yang tersimpan dalam peninggalan tulisan masa lampau. Studi teks ini didasari oleh adanya informasi tentang hasil budaya manusia pada masa lampau yang tersimpan di dalamnya. Oleh karena itu, sebagai satu disiplin, filologi tergolong dalam ilmu-ilmu kemanusiaan yang bertujuan untuk mengungkapkan hasil budaya masa lampau yang tersimpan dalam peninggalan yang berupa karya tulisan. Konsep tentang ‘kebudayaan’ di sini dihubungkan antara lain dengan buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat kebiasaan, dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.

  8. Tujuan • Mencari Bentuk mula, ekspresi teks pada setiap masa, bahasa, budaya (hukum, sastra, teknologi) • Menjadikan naskah terbaca, tersunting, teredit (diterjemahkan dalam bahasa indonesia) (filologi tradisinal) • mengungkapkan kandungan produk budaya masa lampau (filologi modern)

  9. Problematika • Variasi yang muncul, kondisi teks dan naskah • Bahan naskah: Daun lontar, daun enau (daerah sunda), kulit kayu (Batak, aceh), bambu, kain sutra (cina), gading (Birma), Batu bata (Mesopotamia), kulit binatang (Arab), tembaga (India Selatan), prasasti (kerajaan-kerajaan nusantara) • Objek kajian • sesuatu yang terkandung dalam teks tertulis (produk masa lampau) berkaitan dengan teks (variasi), produk budaya, bahasa (tahap-tahap perubahan bahasa dari waktu ke waktu).

  10. Istilah-istilah • scriptorium : tempat penyimpanan naskah (pecenongan; fadli, karoton jogja, kadipeten pakualaman, musium nasional jakarta 1778) • sebuah ruang di biara-biara eropa dekat perpustakaan untuk menyalin naskah. Meyanin merupakan penghasilan yang penting bagi biara. Atas pesananan biarawan, politikus, negarawan. Di nusantara ada padepokan, pesantren, istana, lembaga pemerintahan pada masa belanda dan inggris • codex uniqus : naskah tunggal, seperti hikayat raja-raja pasai disimpan di inggris, britis musium, gugur jadi codex karena ditemukan kembarannya. • stemma cudicum : silsilah naskah • naskah asli : otograf • yang mendekati asli: archetype

  11. APLIKASI Zubdat al-Asrar (sari-rahasia-rahasia) Karya Syekh Yusuf al-Makassary Peneliti: Nabilah Lubis

  12. A glance of Syekh Yusuf • Al-Qur’an, fiqih, tasawuf (tertarik) pada guru kerajaan Goa: Daeng ri Tasammang • Sayyid Ba’lawi bin Abdullah (orang Arab di Makassar) • Jalaludin al-Aydid seorang Aceh dari Kutai yang mendirikan pengajian di Cikoang • Berangkat ke tanah suci, tetapi mampir di • Banten: bersahabat dengan putera mahkota sultan agung tirtayasa • Aceh: berguru pada Nurudin al-Raniri (ahli agama dan tata negara: baca kitab bustan salatin). Mendapat ijazah tareqat Qadiriyah • Yaman: belajar tareqat Naqsyabandiyah dan Saadah • Madinah: belajar tereqat Syatariyah • Damaskus: belajar tareqat al-Khalwatiyah sehingga memperoleh gelar Taj-al-Khalwatiyah

  13. Syekh Yusuf & Tareqat • Memperoleh +-17 Ijazah tareqat, diantaranya dari: • Nurudin al-raniry : Qadiriyah • Al-Baqy: Naqsyabandiyah (Yaman) • Al-Zabidy: al-Saadah al-Ba’alawiyah (Yaman) • Al-Madany: Syattariyah (Madinah) • Al-Quraysy: al-Khalwatiyah (Damaskus) • Pulang ke tanah air (Goa, Banten, diasingkan ke Srilanka dan Afrika Selatan oleh Belanda)

  14. Gambaran umum Zubdat al-Asrar • Menjadi pegangan murid-muridnya yg sedang menempuh jalan tasawuf • Teks dimulai dengan penjelasan tentang dasar tauhid, rukun iman, dan rukun islam. Kemudian keterangan tentang wujud tuhan (sifatnya asmaul husna) sbg dasar untuk menuju Allah: • Al-maiyah dan al-ihatah (selalu yakin allah bersama di manapun berada) • Zikir dan macam-macamnya (zikir dlm berbagai lafal • Lailaha illallaah, zikir orang awam (zikir lisan) • Allah-Allah, zikir orang khawas (zikir qalb) • Huwa-huwa, zikir orang akhsul khawas (zikir sirr)

  15. Berbaik sangka terhadap manusia dan tuhan • Tahap tahap dalam tasawuf • Tobat, saling menghargai sesama manusia, ittihad • Tariqat, wahdatul wujud • Al-Insan al-Kamil • Manusia yang mengenal Alla dan sampai ke maqam makrifat

  16. Tujuan Penelitian: • Mengumumkan teks zubdat yang sejauh mungkin sama dengan naskah asli Syekh Yusuf [tidak ditambah, dikurangi atau diubah oleh penyalinnya, serta tidak tercemar oleh kerancuan bahasa] • Menjadikan naskah terbaca, tersunting, teredit (diterjemahkan dalam bahasa indonesia) (filologi tradisinal)

  17. 4 Naskah zubdat al-asrar (naskah asli tidak ada) • 3 di perpustakaan nasional, 1 di perpustakaan Universitas Leiden. • Naskah Jakarta A 45 (=A) • Informasi fisik naskah: tebal keseluruhan 383 hal. Naskah zubdat al-asrar 225 hal. Ukuran naskah 19x23 cm; ukuran teks 11x15 cm;sampul naskah dari karton tebal bermotif bercak bercak coklat dan merah tua; terbuat dari kertas Eropa tipis buatan paro pertama abad 18. • Informasi lain: naskah rusak tapi masih terbaca, beberapa hal terlepas, terbalik, jilidan naskah mulai rusak, beberapa tempat bolong dimakan serangga, sejumlah halaman sudah dilaminating

  18. 4 Naskah zubdat al-asrar • 3 di perpustakaan nasional, 1 di perpustakaan Universitas Leiden. • Naskah Jakarta A 101 (=B) • Informasi fisik: tebal naskah 193;halaman: 21 baris perhalaman. Sampul sama dengan A 45; terbuat dari kertas eropa tebal paro kedua abad 18. • Informasi lain; naskah terawat walau ada yang termakan serangga • Naskah ini berisi kumpulan 21 teks berbhs Arab. Zubdat adlh teks kedua setebal 20 hal.

  19. 4 Naskah zubdat al-asrar • 3 di perpustakaan nasional, 1 di perpustakaan Universitas Leiden. • Naskah Perpus Univ Leiden Or.7025 (=D) • Tebal naskah 46 halaman dengan 13 baris perhalaman. Kertas eropa agak tebal. Tulisan bagus, tanpa harakat, penampilan rapi. Berasal dari naskah C.Snouck Hurgronnje tahun 1936.

  20. Pertimbangan • Naskah Leiden isinya agak lain daripada ketiga naskah jakarta, tambahan ada interpolasi. • Naskah jakarta A 108 sebagian besar tidak terbaca lagi karena sudah rusak • A 45 disertai harakat sehingga banyak salah, • A 101 tidak disertai harakat (naskah ini terpilih jadi dasar edisi penelitian)

  21. Langkah kerja • Sesuai metode flologi: peneliti mereproduksi satu naskah saja (A 101) • Mencatat dan membandingkan perbedaan yg terdapat dlm ketiga naskah lain. • Hasil: perbedaan antara ketiga naskah Jakarta sedikit jumlahnya dan tidak penting artinya, sementara tambahan interpolasi dlm naskah Leiden cukup banyak. • Bila naskah A 101 dianggap salah, maka dibetulkan berdasarkan versi naskah lain, dan koreksi itu diletakkan dlm kurung persegi agar nyata sbg koreksi dari peneliti.

  22. Contoh Koreksi: • Naskah AC: الإخياء dan naskah D الإخيار • Naskah ABC: له dan naskah D tidak ada • Naskah ABC: اللفظ dan naskah D لفظ • Naskah ACD: حقيقة dan naskah B الحقيقة

  23. Pendekatan lain dlm filologi • Dalam Filologi modern, cara kerja filologi tradisional tidak menarik. Maka filologi modern ingin lebih mengeksplore content dari naskah. Selain menganggap naskah yang korup sebagai kreasi penyalin, naskah yang sudah diteliti melalui filologi, diletakkan dalam kerangka keilmuwan tertentu, dalam hal ini adalah keilmuwan keagamaan. Maka selanjutnya berbagai pendekatan keagamaan bisa dipakai untuk menganalisis naskah zubdat. • Dalam kasus lain, bila naskahnya ‘berbau’ sastra, maka peneliti bisa meletakkan naskah tersebut sebagai naskah sastra dan menggunakan pendekatan sastra (semiotik, sosiologi, resepsi sastra, dll)

  24. Daftar Pustaka • Siti Baroroh Baried, dkk. 1994. Pengantar Teori Fiologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF) UGM. • S.O. Robson, 1994. Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL. • Nabilah Lubis. 2001. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi (Edisi Revisi), Cetakan II, Jakarta: Yayasan Media Alo Indonesia. • Nabilah Lubis. 1996. Menyingkap Intisari Segala Rahasia, Jakarta: Mizan.

More Related