1 / 47

PEMBUATAN TERAS KONTUR DAN PEMANCANGAN TITIK TANAM VIOLLE SYSTEM ‘L’

Agronomy Audit & Advisory. TATA CARA . PEMBUATAN TERAS KONTUR DAN PEMANCANGAN TITIK TANAM VIOLLE SYSTEM ‘L’. Latar Belakang. Penanaman kelapa sawit pada saat ini banyak di areal berbukit. Pembuatan teras memerlukan biaya yang tinggi maka harus standar. Manfaat pembuatan teras :

jess
Download Presentation

PEMBUATAN TERAS KONTUR DAN PEMANCANGAN TITIK TANAM VIOLLE SYSTEM ‘L’

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Agronomy Audit & Advisory TATA CARA PEMBUATAN TERAS KONTUR DAN PEMANCANGAN TITIK TANAM VIOLLE SYSTEM ‘L’

  2. Latar Belakang • Penanaman kelapa sawit pada saat ini banyak di areal berbukit. • Pembuatan teras memerlukan biaya yang tinggi maka harus standar. • Manfaat pembuatan teras : • Mengurangi erosi sekaligus menahan air dan unsur hara. • Mempermudah pekerjaan perawatan dan panen. • Mempermudah pengeluaran TBS baik dengan angkong maupun mekanisasi. • Manfaat pemancangan violle system ’L’: • Populasi per ha sesuai yang standar. • Pelaksanaan mudah dan biaya murah.

  3. Tahapan Kerja • Teras Kontur : • Land Clearing. • Pembuatan Jalan Kontur. • Pembuatan Teras. • Pemancangan Titik Tanam : • Pembuatan Alat Violle System ‘L’. • Pelaksanaan Pancang.

  4. Pembuatan Teras Kontur

  5. Kriteria dan Alat • Pada areal berbukit dengan kelerengan >9º. • Kelerengan >22º (>40%) : • Puncak bukit dibuat teras jika vegetasi semak/lalang dan dijadikan areal konservasi (tidak dibuat teras) jika banyak vegetasi (tertutup hutan). • Sebelum pembukaan areal kondisi vegetasi didokumentasikan. • Alat yang digunakan Clinometer.

  6. Imasdan Tumbang • Tujuan : • Memudahkan perun dan pembuatan teras. • Kriteria : • Dilakukan jika vegetasi padat atau terdapat pohon besar. • Standar Imas: • Memotong anak kayu dan tanaman merambat yang berdiameter dibawah 10 cm. • Standar Tumbang : • Pohon dengan diameter diatas 10 cm.

  7. Perun • Tujuan : • Merumpuk (mengumpulkan) kayu hasil imasan dan tumbangan. • Pelaksanaan: • Ideal dibuat sejajar, arah dari atas ke bawah, bukan horizontal.

  8. Perun

  9. Jalan Kontur • Fungsi : • Akses – jalan untuk tranpsortasi (bibit, pupuk, TBS, karyawan). • Tempat pengumpul buah (TPH) dari dalam blok (teras). • Desainjalan dengan pancang : • Kelerengan umum 1 : 15 = 6,7% = 3º dan maksimal 1 : 8 = 12,5% = 5,6º (lereng curam). • Lebar jalan kontur 5-7 m. • Semua jalan saling terhubung (MR, CR atau lainnya).

  10. Jalan Kontur • Pembuatan : • Pembuatan jalan contur menggunakan bulldozer • Jalan kontur dibuat dari atas bukit ke arah bawah, sebelum pembuatan teras. • Badan jalan dibuat miring 8-10º kearah tebing. Bulldozer yang digunakan harus mempunyai angle blade. • Pasang gorong-gorong di persimpangan jalan atau sesuai kebutuhan. • Buat jalan di kaki bukit. • Jika panjang teras > 400 m agar dibuat jalan bantu. • Derajat kemiringan badan jalan dengan teras 10-15º

  11. Jalan Kontur • Pembuatan : • Dilaksanakan sebelum pembuatan teras kontur. • Pemancangan pada jalur yang telah ditentukan (design). • Pembentukan jalan menggunakan bulldozer dari puncak bukit ke arah bawah (kaki bukit). • Lebar badan jalan 5-7 m. • Badan jalan dibuat miring kearah tebing dengan kemiringan 8º - 10º. Bulldozer yang digunakan harus mempunyai angle blade. • Pemasangan gorong-gorong untuk mencegah erosi pada tempat yang memerlukan misalnya di persimpangan.

  12. Jalan Kontur • Pembuatan : • Dilaksanakan sebelum pembuatan teras kontur. • Pemancangan pada jalur yang telah ditentukan (design). • Pembentukan jalan menggunakan bulldozer dari puncak bukit ke arah bawah (kaki bukit). • Lebar badan jalan 5-7 m. • Badan jalan dibuat miring kearah tebing dengan kemiringan 8º - 10º. Bulldozer yang digunakan harus mempunyai angle blade. • Pemasangan gorong-gorong untuk mencegah erosi pada tempat yang memerlukan misalnya di persimpangan. Jalan Kontur Gorong-gorong

  13. Pancang Teras Kontur • Pembuatanpancang 2 (dua) tahap : • Pancang Kepala. • Pancang Teras Kontur.

  14. Pancang Kepala • Lakukan orientasi ke puncak bukit untuk melihat kelerengan. • Tentukan arah lereng yang akan dijadikan jalur pancang kepala, berdasarkan kelerengan yang dominan (rata-rata). • Pasang pancang kepala dengan jarak datar/horizontal 9 m (bukan jarak mengikuti permukaan tanah). Alat yang digunakan Theodolite. • Setiap pancang diberi bendera dengan warna berbeda yaitu merah, putih dan biru berulang-ulang dari atas sampai di kaki bukit.

  15. Pancang Kepala Kepala Kelerengan Dominan

  16. Pancang Teras Pancang Kepala Pancang Teras

  17. Pancang Teras Kontur • Pancang pada titik yang mempunyai ketinggian/level yang sama dengan pancang kepala. • Alat yang digunakan waterpass atau Theodolite. • Tahapan membuat pancang teras kontur : • Setiap 3 kali egrang (9 m) diberi pancang. • Warna bendera pancang harus sama dengan pancang kepala. • Jika jarak pancang antar teras < 7 m, maka pemancangan dihentikan (bendera putih). • Jika jarak pancang antar teras > 12 m, dibuat pancang anak teras (warna bendera berbeda).

  18. Pancang Teras Pancang Teras < 7m

  19. Egrang Waterpass

  20. Teras Kontur • Ketentuan : • Dibuat setelah selesai pembuatan jalan kontur. • Menggunakan bulldozer yang mempunyai angle blade. • Operator harus berpengalaman. • Standar : • Panjang teras (antar jalan kontur) ideal : 300 m (maksimal 400 m). • Lebar teras antara 3 m s/d 5 m. Untuk keperluan mekanisasi lebar teras 4,5 s/d 5 m. • Back slope 10º s/d 12º. • Stop bund setiap jarak 15-30 m (ukuran lebar 60 cm, tinggi 70 cm dan panjang 2 m dari dinding). • Teras harus level. • Teras berada di bawah badan jalan (tidak menggantung).

  21. Mal Pengukur Back Slope

  22. Pembentukan Stop Bund Stop Bund

  23. Teras Level dan Panjang Teras Teras level Jarak titik tanam ke jalan maksimal : 200 m

  24. Teras Sisip Teras Sisip

  25. Pancang Titik Tanam Violle System ‘L’

  26. Alat dan Bahan • Alat : meteran, gergaji, martil dan tang. • Bahan : • Tali sling (ukuran kecil) panjang : 22 m. • Selang plastik (transparan) diameter sesuai ukuran sling. • Cat besi : 8 warna. • Pipa paralon dan elbow ukuran ½ inchi. • Kawat, paku, batang kayu kecil.

  27. Cara Pembuatan Alat • Potong paralon panjang 20 cm, sebanyak 2 batang. • Buat lubang (bentuk U) masing-masing pada salah satu ujung paralon. • Oles lem pada ujung paralon yang berlubang dan masukkan ke dalam elbow. • Cat sling dengan 8 warna sesuai tabel. Pengecatan diulangi 3 (tiga) kali setelah kering. • Khusus untuk mal pancang teras paling atas, beri tanda (cat) : 8,2 m dari salah satu ujung sling. • Sling yang telah dicat dimasukkan ke dalam selang plastik. • Potong batang kayu kecil : 1 m, untuk mal titik pancang dari dinding teras. • Buat penyangga sling dari batang kayu kecil dipaku 5 titik dari ujung batang, berjarak 5 cm.

  28. Alat Violle System ‘L’ Lubang untuk melihat warna sling 20 cm

  29. Sketsa Tali Sling Warna 1 m 7 m 5,14 m 0,89 m 2 m 5 m

  30. Sketsa Alat Orang ke-1 Tali sling Paralon model “L” dg elbow Orang ke-3 Orang Ke-2

  31. Pengaturan Tugas Tim • Satu team : 3 orang • Posisi orang pertama di teras atas, orang kedua dan ketiga di teras bawah. • Tugas orang pertama : memastikan posisi ujung sling pada dinding teras atas. • Tugas orang kedua : • Memegang alat ‘L’ pada titik tanam teras bawah. • Memastikan posisi sling tegak lurus – horizontal. • Memberitahu warna sling kepada orang ketiga. • Tugas orang ketiga : memancang pada titik - warna yang disebutkan orang kedua. • Jika dinding teras tinggi maka dibantu batang kayu penyangga (dipegang orang kedua dan ketiga).

  32. Pemancangan Violle System Orang ke-1 Orang ke-3 Orang ke-2

  33. Orang Pertama Memastikan posisi ujung sling pada tebing teras atas

  34. Orang Kedua Memastikan posisi sling tegak lurus dan memberitahu warna sling kepada orang ketiga

  35. Orang Ketiga Memancang pada titik - warna yang disebutkan orang kedua

  36. Tiang Penyangga

  37. Prinsip Kerja • Jarak titik tanam ke dinding teras : 1m (mal bilah bambu). • Teras paling atas (contoh populasi : 148 pokok per ha) : • Titik tanam pertama : 3.81 m dari pinggir jalan. • Titik tanam berikutnya diukur dengan mal sling : 7.62 m. • Teras kedua dari atas : • Orang pertama di tengah titik tanam I dan II teras paling atas. • Orang kedua : memastikan posisi sling tegak lurus dan memberitahu warna yang dilihat dalam lubang elbow ke orang ketiga. • Orang ketiga memancang pada titik sesuai warna yang disebut orang kedua (jarak 1 m dari dinding teras). • Tim berjalan serentak ke dalam teras dan berhenti pada saat orang kedua berada di titik tanam berikutnya. • Orang kedua mengatur orang pertama dan ketiga sehingga posisi sling tegak lurus – horizontal dan memberitahu warna kepada orang ketiga untuk memancang.

  38. Prinsip Kerja • Teras ketiga dan seterusnya : • Orang pertama di tengah titik tanam I dan II teras kedua. • Cara kerja = teras kedua dari atas. • Jika diperlukan orang ketiga dapat bergerak ke kanan atau ke kiri dari orang kedua. • Jika posisi titik tanam berada di jalan maka agar dipindahkan minimal 2 m dari pinggir jalan dan 6 m dari titik tanam terdekat. • Pemancangan selesai per teras; dimulai dari teras atas. • Jarak antar teras makin dekat maka jarak titik tanam dalam teras semakin jauh atau sebaliknya.

  39. Sketsa Pemancangan

  40. Perhitungan Jarak Tanam

  41. Jarak Teras, Jarak Tanam dan Populasi

  42. Jarak Teras, Jarak Tanam dan Populasi

  43. Terima Kasih

More Related