1 / 94

Chapter 4 : Pelaksanaan Konstruksi Lapis Permukaan Perkerasan

Chapter 4 : Pelaksanaan Konstruksi Lapis Permukaan Perkerasan. Sub Topik : Perkerasan Campuran Panas. Sri Atmaja P. Rosyidi Staf Pengajar, Divisi Transportasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. OUTLINES. PERSIAPAN PERMUKAAN. PERSIAPAN MATERIAL. PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Bagian 1.

jara
Download Presentation

Chapter 4 : Pelaksanaan Konstruksi Lapis Permukaan Perkerasan

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Chapter 4 : Pelaksanaan Konstruksi Lapis Permukaan Perkerasan Sub Topik : Perkerasan Campuran Panas Sri Atmaja P. Rosyidi Staf Pengajar, Divisi Transportasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

  2. OUTLINES PERSIAPAN PERMUKAAN PERSIAPAN MATERIAL PELAKSANAAN KONSTRUKSI

  3. Bagian 1 PERSIAPAN PERMUKAAN

  4. 1. Pemeriksaan Penghamparan di atas lapis fondasi agregat • Tekstur permukaan / gradasi lapis pondasi agregat sesuai dengan rencana. Bagian-bagian yang mengalami segregasi dan degradasi harus diperbaiki. • Ketebalan dan elevasi permukaan lapis pondasi telah sesuai dengan rencana • Kepadatan lapis pondasi harus sesuai persyaratan, yang diuji dengan pengujian konus pasir (sand cone) atau metoda standar lainnya yang diijinkan. • Kerataan permukaan lapis pondasi memenuhi toleransi yang disyaratkan, yang diuji dengan alat mistar datar 3 meter (straight edge) baik arah melintang maupun arah memanjang.

  5. Penghamparan di atas lapis fondasi agregat … • Kadar air lapis pondasi agregat di bawah kadar air optimum (tidak basah atau becek). Kondisi permukaan yang basah akan menyebabkan lapis resap pengikat tidak menyerap dengan baik ke lapis pondasi agregat, yang berakibat daya lekatnya menjadi berkurang. • Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik , dan lain-lain. • Untuk menjamin keseragaman kekuatan lapis pondasi agregat, perlu dilakukan uji kekuatan (proof rolling). Metodanya adalah dengan melewatkan kendaraan truk yang bermuatan sekitar 8 ton secara perlahan-lahan dengan kecepatan setara dengan kecepatan berjalan kaki ( ± 5 km/h). Perhatikan perkerasan di bawah roda belakang. Apabila terlihat lendutan saat roda belakang lewat, maka pada lokasi atau segmen tersebut harus dilakukan perbaikan.

  6. Kesimpulan untuk Pemeriksaan untuk Persiapan Pekerjaan Penghamparan • Lubang, jejak roda, dan deformasi harus sudah diperbaiki. • Pemeriksaan kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan. • Untuk penghamparan di atas lapis pondasi agregat, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : • Kepadatan lapis pondasi sesuai persyaratan (konus pasir) dan dilakukan uji gilas (prof rolling) • Kerataan permukaan lapis pondasi di bawah toleransi yang diijinkan (straight edge) • Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik , dan lain-lain. • Pengendalian elevasi horisontal dan vertikal dilakukan dengan membuat patok ketinggian. Jika mungkin digunakan alat penghampar yang mempunyai pengatur elevasi otomatis, yaitu dengan acuan kawat baja, atau dengan acuan yang bergerak.

  7. 2.Penghamparan di atas lapis beraspal • Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan, seperti retak, lubang, alur,amblas dan lainnya harus sudah diperbaiki. Metoda perbaikan yang umum dipakai adalah dengan pembongkaran dan penambalan, yaitu membuat lubang persegi empat dengan luas yang cukup yang meliputi daerah yang mengalami kerusakan tersebut. Material yang dibongkar diganti dengan material pengganti yang mempunyai kekuatan minimum sama dengan perkerasan disekitarnya.

  8. Penghamparan di atas lapis beraspal … Lubang bongkaran harus berbentuk persegi, dan sisi-sisinya mempunyai bidang tegak lurus dengan perkerasan. Bentuk persegi dengan sisi yang tegak (ditambah lapis perekat) dimaksudkan untuk menguatkan ikatan antara campuran beraspal yang baru dengan yang lama. Kedalaman pembongkaran disesuaikan dengan kerusakan yang terjadi.

  9. Penghamparan di atas lapis beraspal … • Untuk area yang luas, akan lebih efektif menggunakan alat penggaruk dingin (Cold Milling). Alat ini akan menggaruk perkerasan lama dengan kedalaman maksimum sampai 15 cm sekali garuk, dan lebar 1,5 m tergantung jenis alat. Jika penambalan yang dilakukan mempunyai ketebalan lebih dari 10 cm, maka penghamparan dan pemadatan dilakukan secara bertahap per lapis. Untuk lubang-lubang yang kecil, dimana alat pemadat bermesin tidak bisa masuk, maka dapat digunakan alat pemadat mekanis yang lebih kecil, misalnya pemadat tangan (hand stamper). Secara lebih detil perbaikan kerusakan untuk perkerasan beton aspal dapat dilihat pada standar lainnya.

  10. Penghamparan di atas lapis beraspal … • Kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan telah memenuhi persyaratan, yang diukur dengan mistar datar 4 meter (straight edge). Jika diperlukan dapat dilakukan pekerjaan perataan (levelling) terlebih dahulu. Pekerjaan levelling yang tebal akan lebih optimal jika dilakukan dalam beberapa lapis, sehingga penurunan setelah pemadatan dapat direncanakan dengan baik.

  11. Milling Machine for Surface Preparation in order to find the Appropriate Leveling in the new pavement

  12. Penghamparan di atas lapis beraspal … • Untuk pekerjaan campuran beraspal yang dilakukan lapis per lapis dalam satu pekerjaan, maka persyaratan kualitas dan kuantitas lapis beraspal di bawahnya harus sudah terpenuhi, termasuk pengujian kepadatan, ketebalan dan elevasi. • Tahap berikutnya adalah pemasangan lapis perekat (tack coats), tetapi sebelumnya permukaan campuran beraspal harus dibersihkan terlebih dahulu dengan compressor udara atau sikat mekanis.

  13. 3. Pemasangan Prime Coat dan Tack Coat • PENGERTIAN Lapis resap pengikat (prime coats) adalah lapisan ikat yang diletakkan di atas lapis pondasi agregat, sedangkan lapis perekat (tack coats) diletakkan di atas lapis beraspal atau lapis beton semen. Pemasangan lapis resap pengikat atau lapis perekat dilaksanakan setelah permukaaan lama dibersihkan dengan compressor udara atau sikat mekanis sehingga mosaik atau tekstur perkerasan lama terlihat jelas. Tidak diijinkan adanya kotoran atau gumpalan lempung.

  14. Prime Coat Kegunaan dari lapis resap pengikat adalah untuk : • Memberi daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran beraspal • Mencegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika dilewati kendaraan (sebelum dilapis dengan campuran beraspal) • Menjaga lapis pondasi agregat dari pengaruh cuaca, khususnya hujan, sehingga air tidak masuk ke dalam lapis pondasi agregat yang jika terjadi dapat menyebabkan kerusakan struktur.

  15. Prime Coat … Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal keras pen 80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Perbandingan yang dipakai terdiri dari 80 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal semen (80 pph-kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cutback jenis MC-30). Kuantitas yang digunakan berkisar antara 0,4 sampai dengan 1,3 liter / m2 untuk lapis pondasi agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter / m2 untuk pondasi tanah semen. Kuantitas pasti pemakaian lapis resap pengikat tergantung pada bahan aspal, bahan lapis pondasi dan kondisi lingkungan (cuaca, angin, kelembaban). Setelah pengeringan selama waktu 4 hingga 6 jam, bahan pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi, meninggalkan sebagaian bahan pengikat pada permukaan sehingga permukaan terlihat berwarna hitam secara merata dan tidak porous.

  16. Prime Coat … CATATAN PENTING ! Lapis resap pengikat yang berlebih dapat mengakibatkan pelelehan (bleeding) dan menjadi bidang geser (slip plane), untuk itu pada daerah yang berlebih ditabur dengan pasir dan dibiarkan agar pasir tersebut diselimuti aspal. Sebelum penghamparan campuran beraspal dimulai, maka pasir yang telah dilekati aspal tersebut dibuang.

  17. Tack Coat Lapis perekat mempunyai kegunaan memberi daya ikat antara lapis lama dengan baru, dan dipasang pada permukaan beraspal atau beton semen yang kering dan bersih. Jika daya ikat yang dihasilkan tidak baik, akan menyebabkan terjadinya pergeseran atau slip. Lapis beraspal yang baru akan menjadi sungkur (shoved) searah pergerakan lalu-lintas, terutama pada daerah-daerah tanjakan/turunan atau lokasi-lokasi perlambatan/percepatan.

  18. Tack Coat … Bahan lapis perekat adalah aspal emulsi yang cepat mantap atau aspal keras pen 80/100 atai pen 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal. Kuantitas yang digunakan sangat tergantung pada jenis aspal yang dipakai, kondisi permukaan lapisan lama, dan kondisi lingkungan. Pemakaian lapis perekat umumnya berkisar 0,15 liter / m2 sampai 0,50 liter / m2. Pada perkerasan dengan tekstur kasar seperti hasil garukan (milling), maka kuantitas tack coat relatif lebih banyak dibanding pada permukaan dengan tekstur halus. Jenis aspal yang menggunakan bahan pengencer lebih banyak memerlukan kuantitas penyemprotan yang relatif lebih banyak, agar kuantitas aspal yang melekat pada perkerasan jumlahnya relatif sama.

  19. Tack Coat … Daya ikat antar lapisan lama dengan yang baru ditentukan oleh kuantitas dan kualitas aspal yang melekat pada perkerasan lama. Kuantitas aspal yang kurang dapat menyebabkan pergeseran / slip antar lapisan, dan sebaliknya jika terlalu banyak dapat menyebabkan pelelehan/ bleeding. Jika digunakan aspal emulsi maka lapis perekat akan berwarna coklat karena mengandung aspal dengan air. Pada tahap berikutnya warnanya akan berubah dari coklat ke hitam sejalan dengan menguapnya kandungan air. Waktu yang diperlukan untuk menguapkan seluruh kandungan air tersebut antara 1 sampai 2 jam, tergantung dari beberapa hal, yaitu jenis aspal emulsi yang digunakan, kuantitasnya, temperatur permukaan beraspal, dan kondisi lingkungan.

  20. Tack Coat … Kebanyakan pendapat yang ada menyatakan penghamparan campuran beraspal dapat dilakukan segera, meskipun proses pengeringan belum sepenuhnya selesai (warna aspal emulsi belum hitam seluruhnya). Hal yang perlu diperhatikan adalah jika lapis perekat masih basah dan dilewati kendaraan (mis.dump truck pengangkut campuran beraspal) maka lapisan lapis perekat tersebut akan melekat pada roda kendaraan yang menyebabkan tidak seragamnya lapisan lapis perekat. Sementara jika menggunakan aspal cutback yang dicampur dengan minyak tanah, pengeringan akan terjadi dengan cepat sehingga penghamparan dapat dilakukan dengan segera. Hal yang perlu diperhatikan adalah kandungan bahan pelarut seperti minyak tanah jangan terlalu berlebih, karena minyak tanah dapat merusak campuran beraspal.

  21. Tack Coat … Dalam persyaratan spesifikasi dinyatakan bahwa, lapis perekat dipasang hanya sebentar sebelum pemasangan campuran beraspal, agar lapis perekat tidak kehilangan kelengketannya akibat dari oksidasi, debu yang tertiup, dan lainnya. Pemasangan lapis perekat kadang-kadang tidak perlu dilakukan jika campuran beraspal diletakkan pada campuran beraspal yang masih baru (dipasang baru beberapa waktu), selama permukaanya tidak kotor atau berdebu. Jika dianggap perlu dapat digunakan kuantitas yang minimal atau setengahnya.

  22. Pemasangan dengan aspal distributor-batang penyemprot • Untuk memperoleh hasil yang merata sebaiknya pemasangan lapis resap pengikat dan lapis perekat menggunakan asphalt distributor-batang penyemprot. Aspal distributor adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi dengan tangki aspal, pompa, dan batang penyemprot. • Umumnya truk dilengkapi juga dengan pemanas untuk menjaga temperatur aspal, dan juga penyemprot tangan (hand sprayer). Hand sprayer digunakan untuk daerah-daerah yang sulit dicapai dengan batang penyemprot. Unit pemanas tidak difungsikan jika meggunakan aspal emulsi. Pompa sirkulasi berfungsi untuk menjaga sirkulasi aspal agar aspal tidak mengeras atau mengendap dan menutup lubang batang penyemprot.

  23. Pemasangan dengan aspal distributor-batang penyemprot

  24. Pemasangan dengan aspal distributor-batang penyemprot

  25. Pemasangan dengan aspal distributor-batang penyemprot • Sebelum pemakaian aspal distributor harus disesuaikan/dikalibrasi terlebih dahulu (sudut nosel, ketinggian, dan kecepatan kendaraan) sehingga diperoleh ketebalan yang sesuai dengan persyaratan. Seluruh nosel pada distributor harus terbuka dan berfungsi dengan sudut sekitar 15 - 30o terhadap sumbu horisontal. Ketinggian batang penyemprot diatur sedemikian rupa disesuaikan dengan jarak nosel, agar diperoleh penyemprotan yang tumpang tindih (overlap) 2 atau 3 kali. Penyimpangan kerataan penyemprotan disyaratkan tidak lebih dari 15 %.

  26. Pemasangan dengan aspal distributor-batang penyemprot Jika terpaksa harus digunakan penyemprot tangan (hand sprayer) maka penyemprotan diarahkan agak keatas agar diperoleh penyemprotan yang merata (overlap 2 atau 3 kali) dan dengan kecepatan pergerakan yang konstan.

  27. Pemasangan dengan aspal distributor-batang penyemprot • Lapis resap pengikat dan lapis perekat harus dipanaskan pada temperatur yang sesuai sehingga viskositas/kekentalan aspal yang dihasilkan dapat memberikan hasil penyemprotan yang merata.

  28. Pemasangan dengan aspal distributor-batang penyemprot Untuk menguji keseragaman dan kuantitas pekerjaan lapis resap pengikat dan lapis perekat dapat dilakukan dengan cara meletakkan karton persegi empat yang telah diketahui beratnya. Karton diletakkan di atas permukaan dan kemudian dilewati oleh asphalt distributor. Berat karton dengan aspal (kondisi kering) dikurangi berat karton semula merupakan berat lapis resap pengikat atau lapis perekat per m2 (jika luas karton 1 m2). Kuantitas pemakaian juga dapat diukur dengan melihat volume aspal dalam tangki aspal distributor yang telah terpakai dan luas perkerasan yang telah disemprot.

  29. Material for Prime & Tack Coat • Cutback Asphalts • A cutback asphalt is simply a combination of asphalt cement and petroleum solvent.  Like emulsions, cutbacks are used because they reduce asphalt viscosity for lower temperature uses (tack coats, fog seals, slurry seals, stabilization material).  Similar to emulsified asphalts, after a cutback asphalt is applied the petroleum solvent evaporates leaving behind asphalt cement residue on the surface to which it was applied.  A cutback asphalt is said to "cure" as the petroleum solvent evaporates away.   The use of cutback asphalts is decreasing because of (Roberts et al., 1996): • Environmental regulations.  Cutback asphalts contain volatile chemicals that evaporate into the atmosphere.  Emulsified asphalts evaporate water into the atmosphere. • Loss of high energy products.  The petroleum solvents used require higher amounts of energy to manufacture and are expensive compared to the water and emulsifying agents used in emulsified asphalts. In many places, cutback asphalt use is restricted to patching materials for use in cold weather.

  30. Material for Prime & Tack Coat • Emulsified Asphalts • Emulsified asphalt is simply a suspension of small asphalt cement globules in water, which is assisted by an emulsifying agent (such as soap).  The emulsifying agent assists by imparting an electrical charge to the surface of the asphalt cement globules so that they do not coalesce (Roberts et al., 1996).  Emulsions are used because they effectively reduce asphalt viscosity for lower temperature uses (tack coats, fog seals, slurry seals, bituminous surface treatments (BST), stabilization material).  Emulsions are typically either anionic (asphalt droplets are negatively charged) or cationic (asphalt particles are positively charged). • Generally, emulsions appear as a thick brown liquid when initially applied (see Figure 3.40).  When the asphalt cement starts to adhere to the surrounding material (aggregate, existing surface, subgrade, etc.) the color changes from brown to black (see Figure 3.41) and the emulsion is said to have "broken" (see Figure 3.42).  As water begins to evaporate, the emulsion begins to behave more and more like pure asphalt cement.  Once all the water has evaporated, the emulsion is said to have "set".  The time required to break and set depends upon the type of emulsion, the application rate, the temperature of the surface onto which it is applied and environmental conditions (TRB, 2000).  Under most circumstances, an emulsion will set in about 1 to 2 hours (TRB, 2000).  ASTM D 3628 contains guidance on selection and use of emulsified asphalt.

  31. Bagian 2 PERSIAPAN MATERIAL

  32. Unit Pencampur Aspal Unit Pencampur Aspal atau Asphalt Mixing Plant (AMP) digunakan untuk mempersiapkan material campuran panas secara mekanis. Apabila ditinjau dari jenis cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, secara umum AMP dapat dibedakan atas: a) AMP jenis takaran (batch plant) b) AMP jenis pencampur drum (drum mix) atau jenis menerus (continuous plant)

  33. AMP Batch Plant

  34. AMP Batch Plant

  35. AMP Drum Mix

  36. AMP Drum Mix

  37. Perbedaan AMP Batch Plant dan Drum Mix • AMP jenis timbangan komposisi bahan dalam campuran beraspal ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan, sedangkan pada AMP jenis pencampur drum komposisi bahan dalam campuran ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan yang diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran berat per satuan waktu . • AMP jenis takaran dilengkapi saringan panas (hot screen), bin panas (hot bin), timbangan (weight hopper) dan pencampur (pugmill/mixer), sedangkan pada AMP jenis pencampur drum kelengkapan tersebut tidak tersedia.

  38. Perbedaan AMP Batch Plant dan Drum Mix … • Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran dimulai dengan penimbangan agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan Rencana Campuran Kerja (RCK) dan dicampur pada pencampur (mixer/pugmill) dalam waktu tertentu. Pada AMP jenis pencampur drum, agregat panas langsung dicampur dengan aspal panas di dalam drum pemanas atau di dalam silo pencampur di luar drum pemanas. Penggabungan agregat dilakukan dengan cara mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan pemberian aspal ditentukan berdasarkan kecepatan pengaliran dari pompa aspal.

  39. AMP Jenis Menerus AMP jenis menerus memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu : • Gradasi agregat kurang begitu terjamin kesesuaiannya dengan gradasi pada FCK, disebabkan karena kontrolnya hanyalah dilakukan dari bukaan pintu bin dingin saja, dan tidak terdapatnya kontrol kedua seperti pada jenis AMP takaran. • Pengaturan jumlah pasokan agregat tidak begitu teliti jika hanya mengandalkan pengaturan bukaan bin dingin tanpa ada alat kontrol lain (misalnya pengontrol kecepatan ban berjalan). • Jumlah pasokan aspal yang diberikan saat pencampuran dengan agregat panas sangat tergantung dari viskositas aspal, sehingga apabila terjadi penurunan temperatur aspal akan menyebabkan jumlah aspal yang diberikan tidak sesuai dengan kadar aspal optimum pada JMF. • Temperatur campuran kadang-kadang terjadi penyimpangan • Kelebihan AMP tipe drum adalah pengoperasiannya lebih sederhana dan mudah, item pengontrolan lebih sedikit.

  40. Bagan Alir Pengoperasian AMP Batch Plant

  41. 1. Bin Dingin … (1) • Bagian pertama dari AMP adalah bin dingin (cold bin), yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. • Bin dingin harus terdiri dari minimum 3 sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan gradasi tertentu. • Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing-masing bin sesuai dengan rencana gradasi pada formula campuran kerja (FCK/JMF ). • Jenis bin dingin yang umum dikenal adalah : (1) ban berjalan menerus, (2) getar, dan (3) aliran. Jenis pertama (continuous) cocok untuk agregat halus, sedangkan yang lainnya cocok untuk agregat kasar.

  42. Skematik Bin Dingin (1)

  43. Skematik Bin Dingin (2) • Pintu pengeluaran agregat pada bin dingin (cold feed gate) dipasang di bagian bawah dari bin dingin, lubang pintu ini dilengkapi dengan skala yang angkanya menunjukkan besarnya lubang bukaan yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan. • Besarnya bukaan pintu pada setiap bin dingin yang telah berisi agregat dan siap untuk digunakan dalam pencampuran, harus dikalibrasi terlebih dahulu pada setiap kondisi dan jenis agregat yang akan digunakan.

  44. 2. Pengering (Dryer) • Dari bin dingin agregat dibawa melalui elevator dingin dinaikkan ke dalam pengering (dryer) untuk dipanaskan dan dikeringkan pada temperatur yang diminta. • Pengering mempunyai fungsi: (1) menghilangkan kandungan air pada agregat; dan (2) memanaskan agregat sampai temperatur yang disyaratkan. • Komponen yang terdapat pada sistim pengering adalah: • Silinder berputar (pengering) yang umumnya berdiameter 91 cm sampai 305 cm dan panjang 610 cm sampai 1219 cm. • Ketel pembakar (burner) yang berisi gas atau minyak bakar untuk menyalakan pemanas. • Kipas (fan) sebagai bagian dari system pengumpul debu dan mempunyai fungsi utama untuk memberikan udara atau oksigen dalam sistim pemanas.

  45. Skematik Alat Dryer

  46. 3.Pengumpul debu (dust collector) • Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara di lingkungan lokasi AMP. • Gas buang yang keluar dari sistim pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. • Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi AMP.

  47. Skematik Pengumpul Debu

  48. 4. Unit ayakan panas (hot screening unit) • Kebanyakan AMP menggunakan unit ayakan panas (hot screening unit) jenis mendatar dengan sistim penggetar yang umumnya terdiri dari empat susunan. • Agregat yang telah dikeringkan dan dipanaskan diangkut dengan mangkok elevator panas (hot elevator bucket) untuk disaring dengan susunan unit ayakan panas dan dipisahkan dalam beberapa ukuran yang selanjutnya dikirim ke bin panas (hot bin).

  49. Skematik Unit Ayakan Panas

  50. Saringan dalam Hot Screening • Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran yang berdekatan. Unit ayakan panas harus dibersihkan dan diperiksa setiap hari untuk menghindarkan dari kemungkinan rusak atau robek. • Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran butir agregat maksimum 19 mm adalah : • Saringan pertama / teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya lebih besar (oversize) dibuang ke saluran pembuang. • Saringan ke-dua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19 mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1 • Saringan ke-tiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5 sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2. • Saringan ke-empat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75 sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin 4.

More Related