1 / 13

KOMUNIKASI DAN MASYARAKAT Pertemuan 12

KOMUNIKASI DAN MASYARAKAT Pertemuan 12. Matakuliah : O0062 / Pengantar Ilmu Komunikasi Tahun : September 2008. Materi Manusia sebagai pembuat simbol Media Massa dan Lingkungan Semu Komunikasi sebagai landasan masyarakat manusia Media massa dan masyarakat Komunikasi dan perubahan budaya

eunice
Download Presentation

KOMUNIKASI DAN MASYARAKAT Pertemuan 12

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KOMUNIKASI DAN MASYARAKATPertemuan 12 Matakuliah : O0062 / Pengantar Ilmu Komunikasi Tahun : September 2008

  2. Materi • Manusia sebagai pembuat simbol • Media Massa dan Lingkungan Semu • Komunikasi sebagai landasan masyarakat manusia • Media massa dan masyarakat • Komunikasi dan perubahan budaya • Komunikasi sebagai sarana interaksi sosial • Media dan kontrol sosial • Media massa sebagai penopang industri 2

  3. TUJUAN: Mahasiswa dapat menunjukan hubungan antara peran komunikasi dengan perubahan masyarakat 3

  4. 12.1. Pendahuluan • Kita tidak dapat menolak bahwa media massa memainkan peran terhadap kehidupan sosial kita. Perilaku, persepsi, interpretasi kita dapat dipengaruhi oleh media massa. Media massa dalam hal ini memberikan informasi-informasi yang jauh diluar jangkauan indera dan pengalaman kita. Media massa menyajikan berita dari suatu peristiwa yang tidak dapat kita alami langsung. • Pada pertemuan ini kita akan membahas peranan media massa terhadap masyarakat. Dalam pembahasan ini kita akan melihat bagaimana pengaruh media massa terhadap masyarakat dan bagaimana media menyesuaikan dirinya dengan selera masyarakat. • Semua pembahasan yang kita temui dalam pertemuan ini diambil dari karya Wiiliam L. Rivers – Jay W. Jensen dan Theodore Peterson, edisi kedua, Media Massa & Masyarakat Modern (terjemahan), Jakarta: 2004. bab 2

  5. 12.2. Manusia sebagai pembuat simbol • Biasanya para filsuf membedakan manusia dengan binatang karena manusia memiliki logika. Namun sebenarnya ada unsur pembeda lain yakni kemampuan manusia berkomunikasi dengan simbol-simbol. Manusia adalah mahluk yang tahu bagaimana harus bereaksi tidak hanya terhadap lingkungan fisiknya, namun juga terhadap simbol yang dibuatnya sendiri. • Manusia menanggapi sesuatu tidak hanya secara naluriah. Manusia akan mengolah berbagai gagasan dulu baik yang bersifat artistik, mistis ataupun religius, sebelumbereaksi. Seperti yang dikatakan oleh Epictetus, “apa yang menyentak manusia bukanlah benda-benda, melainkan pendapat dan bayangannya sendiri tentang benda-benda itu” • Kenyataan memang mengandung hal-hal yang dapat dinderai manusia; namun ada kerangka dan struktur tertentu dalam memahami hal-hal itu yang keberadaannya terkadang tidak dapat dilihat secara langsung oleh manusia. Untuk mengetahui hal-hal itu manusia membuat simbol. Setiap simbol memiliki makna tersendiri.

  6. 12.3. Media Massa dan Lingkungan Semu Water Lippmann (Rivers-Jensen dan Peterson, 2004;29-30) menegaskan bahwa dunia obyektif yang dihadapi manusia itu, “tidak terjangkau, tak terlihat, dan tak terbayangkan”. Oleh karena itu manusia menciptakan sendiri dunia di dalam pikirannya dalam upaya sedikit memahami dunia obyektif tersebut. Karena itu pula perilaku manusia tidak didasarkan pada kenyataan yang sesungguhnya, melainkan kenyataan ciptaannya sendiri. Proses penggambaran kenyataan dibenak kita dipengaruhi oleh pengalaman kita, prasangka, motivasi dan kepentingan kita sendiri. Penafsiran dan pengembangan bayangan ini pula yang memunculkan stereotype, dan melandasi cara pandang kita selanjutnya terhadap dunia luar. Media massa dalam hal ini bisa dianggap menciptakan lingkugan semu tersendiri di antara manusia dan dunia “nyata” obyektif. Media telah mempercepat, memperkuat dan melekatkan peran tradisional komunikasi sehingga bisa diartikan media menebalkan dunia semu sehingga menambah jarak antara manusia modern dengan dunia nyata. Di sisi lain sebagai institusi kontrol sosial yang dominan, media bisa dinilai memperkuat nilai-nilai dan pandangan lama di suatu masyarakat dan bisa membuatnya stagnan. Media memang bisa memperkuat pola-pola pikir dan perilaku lama sehingga menyulitkan masyarakat yang bersangkutan berkembang.

  7. 12.4.Komunikasi sebagai landasanmasyarakat manusia • Karena manusia menciptakan simbol-simbol, maka ia juga mampu mengomunikasikan suatu niat, makna, keinginan atau maksud yang kompleks, dan karena itu pula manusia bisa mengubah bentuk kehidupan sosialnya. Dengan demikian komunikasi merupakan pendorong proses sosial, yang ditentukan oleh akumulasi, pertukaran dan penyebaran pengetahuan. • Tanpa komunikasi, manusia akan tetap pada pola hidup primitif tanpa organisasi sosial. • Tanpa komunikasi, masyarakat manusia akan statis, terjebak dalam perilaku instingtif, dan tidak banyak berbeda dari hewan. John Dewey (p.33) mengatakan bahwa komunikasi adalah “hal yang paling menakjubkan”. Dalam pandangannya, masyarakat manusia bertahan berkat adanya komunikasi, dan terus berkembang berkat komunikasi. • Dengan komunikasi, manusia melakukan berbagai penyesuaian diri yang diperlukan, dan memenuhi berbagai kebutuhan dan tuntutan yang ada sehingga masyarakat manusia tidak tercerai berai. Melalui komunikasi pula manusia mempertahankan insitutusi-insitusi sosial berikut segenap nilai dan norma perilaku, tidak hanya dari hari ke hari, namun juga dari generasi ke generasi.

  8. 12.5. Media massa dan masyarakat • Disetiap masyarakat, mulai dari yang paling primitif hingga yang kompleks, sistem komunikasi menjalankan empat fungsi. Harold Lasswel (p.33) telah mendefenisikan tiga diantaranya yakni penjagaan lingkungan yang mendukung; pengaitan berbagai komponen masyarakat agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan; serta pengalihan warisan sosial. Wilbur Schramm (p.34) menggunakan istilah yang lebih sederhana, yakni sistem komunikasi sebagai penjaga, forum dan guru. Ia dan sejumlah pakar yang lain menambahkan fungsi keempat yakni sumber hiburan.

  9. 12.6. Komunikasi dan perubahan budaya Sistem komunikasi juga mampu mengubah kebudayaan. Harold Adams Innis (p.35) mengatakan bahwa tekonologi komunikasi merupakan inti dari teknologi. Menurut Innis berbagai media komunikasi yang ada telah memengaruhi bentuk-bentuk organisasi sosial. Itu berarti media juga mempengaruhi asosiasi manusia yang berkembang pada berbagai periode. Karena pola-pola asosiasi ini tidak bebas dari pengetahuan manusia – bahkan pembentukan asosiasi itu menuntut kesadaran/kesengajaan – maka penerapan kontrol terhadap komunikasi sama saja dengan penerapak kontrol terhadap kesadaran dan organisasi-organisasi sosial. Innis menyatakan bahwa setiap tahapan peradapan Barat dapat dikenali dengan dominannya suatu jenis media komunikasi.

  10. 12.7. Komunikasi sebagai sarana interaksi sosial Di satu sisi, sistem komunikasi cenderung menciptakan stabilitas, mengingat sistem ini cenderung mempertahankan nilai-nilai dan keyakinan lama dalam masyarakat. Namun di sisi lain, komunikasi juga cenderung memelopori perubahan. Melalui medialah, tantangan terhadap hal-hal lama disalurkan. Jadi ada paradoks disini, karena media cenderung mempertahankan status quo, namun juga sekaligus juga cenderung menggerusnya. Sistem komunikasi merupakan suatu insitusi yang sangat kuat. Kemampuannya menyebarkan pesan ke banyak orang diberbagai tempat sekaligus, menjadikannyasebagai sumber kekuatan, terlepas dari informasi atau gagasan apa yang disebarkannya. Karena itu banyak pihak yang berusaha memanfaatkan media komunikasi.

  11. 12.8. Media dan kontrol sosial Kontrol media massa begitu ekstensif dan efektif, sehingga sebagian pengamat menganggap kekuatan utama media memang di situ. Joseph Klapper (p.39) melihat adanya kemampuan “rekayasa kesadaran” oleh media, dan ini dinyatakan oleh Klapper sebagai kekuatan terpenting media, yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan apapun. Rekayasa kesadaran sudah ada sejak lama, namun medialah yang memungkinkan hal itu dilaksanakan secara cepat dan besar-besaran. Kelompok-kelompok kuat mengandalkan teknik manipulasi melalui media untuk mencapai apa yang diinginkan, termasuk agar mereka bisa mengontrol secara lebih halus. Bahkan penguasaan di masyarakat totaliter di negara-negara komunis telah memanfaatkan media untuk mengendalikan masyarakatnya.

  12. 12.9. Media massa sebagai penopang industri • Semua media di AS, besar atau kecil adalah bisnis. Mereka semua berorientasi ke pasar. George Gerbner (p.39) mengatakan media adalah “lengan budaya dari industri Amerika. Demikian juga dinegara-negara industri maju lainnya. • Di AS, kelompok industri atau bisnislah yang mengendalikan media massa. Karenanya media massa cenderung mempertahankan status quo. • Di AS, media massa digerakan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat secara ekonomi karenanya media merupakan alat penting untuk mencapai tujuan bisnis. • Media selalu berusaha menyesuaikan diri dengan selerah pasar, sebab dengan cara ini mereka bisa menekan biaya dan memaksimalkan pendapatan.

  13. 12.10. Penutup • Dari pembahasan-pembahasan di atas telah kita lihat bahwa media komunikasi massa dapat dan memang telah mempengaruhi kehidupan sosial kita. Artinya media massa pun turut membentuk suatu masyarakat. Bagaimana kita berasosiasi dengan orang lain, pola-pola interaksi, nilai-nila budaya kita dan lain sebagainya juga sangat dipengaruhi oleh informasi yang disampaikan oleh media massa. Oleh karena itu, maka media massa akan tetap penting dalam turut membentuk kehidupan sosial kita, apalagi pada era kontemporer ini

More Related