1 / 36

1. PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. Cipayung,Mei 03. DR.IR.ADINUS SALEH. Beton Aspal (Campuran Aspal Panas). 1. Pendahuluan 2. Bahan 3. Campuran 4. Instalasi Pencampur Aspal (AMP) 5. Pembuatan dan Produksi Campuran Aspal 6. Penghamparan 7. Pengendalian Mutu 8. Pengukuran dan Pembayaran.

zonta
Download Presentation

1. PENDAHULUAN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. 1. PENDAHULUAN Cipayung,Mei 03 DR.IR.ADINUS SALEH

  2. Beton Aspal (Campuran Aspal Panas) 1. Pendahuluan 2. Bahan 3. Campuran 4. Instalasi Pencampur Aspal (AMP) 5. Pembuatan dan Produksi Campuran Aspal 6. Penghamparan 7. Pengendalian Mutu 8. Pengukuran dan Pembayaran 1.1. Pendahuluan……….

  3. 1.PENDAHULUAN 1.Umum 2.Bahan 3.Campuran 4.AMP 5.Produksi Campuran 6.Penghamparan 7.Pengendalian Mutu 8.Pengukuran & Pembayaran

  4. 1.1.UmumPengertian Tentang Aspal Beton a. Pekerjaan Aspal Beton meliputi: ·Lapis Permukaan (perata, lapis aus) ·Lapis Pondasi 1.2. Jenis campuran………. c. Penghamparan dan pemadatan diatas pondasi atau permukaan jalan yang sudah disiapkan   b Campuran rancangan harus sesuai dengan ketentuan yang ada. (kadar aspal , rongga udara, stabilitas, kelenturan, dan keawetan ketebalan ). d. Drawing menjadi kesatuan dengan spesifikasi (harus memenuhi garis, ketinggian, pot memanjang, melintang) e. Jenis Campuran SS, HRS, AC.

  5. 1.2. Jenis campuran b. Lataston (HRS) 1. HRS-WC 2. HRS-Base a. Latasir (Sand Sheet) 1. Latasir Kelas A 2. Latasir Kelas B c. Laston (AC) 1. AC-WC 2. AC-BC 3. AC-Base 1.2. Jenis campuran (Latasir (Sand Sheet) Kelas A dan B)……….

  6. 1.2. Jenis campuran Lanjutan a. LATASIR (Sand Sheet) kls A dan B 1. Latasir (SS) untuk jalan dengan lalu lintas ringan. 2.Pemilihan Kelas A dan B tergantung pada gradasi pasir yang digunakan. 3. Gradasi campuran adalah seragam 4. Latasir memerlukan penambahan filler 5. Mempunyai ketahanan yang rendah terhadap alur (rutting) 6. Tebal lapisan terbatas (tdk terlalu tebal) 7. Tidak digunakan untuk lalu-lintas berat dan daerah tanjakan. 1.2. Jenis Campuran ( lanjutan)……….

  7. 1.2. Jenis campuran Lanjutan b. Lataston (HRS) 1. Berasal dari BS-594 2. Bergradasi senjang 3. Lataston (Hot Rolled Sheet) mempunyai persyaratan kekuatan yang sama dengan aspal beton konvensional (AC). 4. Lataston terdiri dari dua macam campuran, a.Lataston Lapisan Pondasi (HRS-Base) b.Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course) Jenis campura )……….

  8. 1.2. Jenis campuran Lanjutan b. Lataston (HRS) 1. Ukuran maksimum aggregate campuran adalah 19 mm 2. Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) mempunyai gradasi yg lebih kasar dari Lataston Lapisan Permukaan (HRS- Wearing Course) 3. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus: i). Gradasi yang benar-benar senjang. Ii). Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus memenuhi ketentuan yang ditentukan 4. Gradasi senjang didapat dari pasir halus hasil pecah mesin. 1.2. Jenis campuran (Laston AC)……….

  9. 1.2. Jenis campuran Lanjutan c. Laston (AC). 3. Gradasi aggregat menerus. • Laston (AC), lebih peka thd kadar aspal dan gradasi • aggregate dari pada HRS 2. Aspal Beton (AC) terdiri dari tiga macam campuran, a.Laston Lapis Aus (AC-WC), max aggregat 19 mm b.Laston Lapis Pengikat (AC-BC) max agg 25,4 mm c.Laston Lapis Pondasi (AC-Base). max aggregate 37,5 mm 1.2. Jenis campuran (Garafik Garadasi)……….

  10. 1.2. Jenis campuran Lanjutan d. Grafik gradasi A= AC (Laton), B= HRS (Lataston), C = Latasir (SS) 1.3. Pekerjaan yang terkait ……….

  11. 1.3.Pekerjaan yang terkait. a.Pemeliharaan lalu lintas b.Rekayasa Lapangan c.Bahan dan Penyimpanan d.Lapis Resap pengikat dan Lapis Perekat a. Pemeliharaan lalu lintas……….

  12. a.Pemeliharaan lalu lintas 1. Pekerjaan pemeliharaan thd kerusakan Lalu Lintas (melindungi dr kerusakan akibat LL, Pengaturan LL,dll) 4. Pemeliharaan guna keamanan LL(Jln darurat, pengaturan LL, pembersihan thd penghalang dll) 2. Pekerjaan Jalan Sementara (penyediaan tanah, kendaraan berat yg lewat/punya publik termasuk jbt darurat, dll) 3. Pengaturan Sementara (rambu-rambu, rintangan, petugas bendera) b.  Rekayasa Lapangan……….

  13. b.  Rekayasa Lapangan 1. Rekayasa survey lapangan untuk peninjauan kembali disain/ rancangan (Pengukuran, kondisi perkerasan yg ada, system drainase yg ada, struktur yg ada dll). Terutama dilakukan pada simplified disain. 3. Pengendalian mutu bahan 2. Pekerjaan survey thd konstruksi Rutin. (menentukan tempat-tempat pekerjaan rutin, lapisan perata dll) c.  Bahan dan Penyimpanan……….

  14. c.  Bahan dan Penyimpanan 1. Penyediaan Material a. Sumber Material(quarry), dan memeriksa kembali apakah bahan itu cocok untuk keperluan. b. Variasi material: menetukan jenis dan jumlah peralatan yg dibutuhkan. c. Persetujuan (dlm 48 jam): pemesanan material,ukuran dan mutu 2. Penyimpanan Materiala. a. Tempat penyimpanan bebas dr tumpukan sampah, genangan, diberi lapisan b. Penumpukan * umum cegah segregasi, kadar air berlebihan, tumpukan max 5m * Aggregat ditempatkan terpisah dengan papan menurut ukuran nominal * Bahan –bahan untuk lap pondasi harus dilindungi dari hujan d.  Lapis Resap pengikat dan Lapis Perekat……….

  15. d.  Lapis Resap pengikat dan Lapis Perekat 1. Lapis Resap pengikat Bahan Aspal Lapis Resap Pengikat (prime coat) : Aspal Semen AC–10/ AC-30 (dicairkan dgn minyak tanah 75 pph, atau MC-30) 3. Bahan Aspal Lapis Perekat (Teak Coat): a. AC-10/AC-20, diencerkan dengan minyak tanah 25s/d 30 bagian dengan 100 bagian aspal b. Aspal emulsi, atau satu bagian Aspal emulsi + satu bagian air. 2. Takaran Bahan Aspal Lapis Resap Pengikat (prime Coat): a. (0,4 –1.3) lt per m2.utk LPA klas A b. (0,2-1,0) lt per m2 . Lap.pondasi semen d.  Lapis Resap pengikat dan Lapis Perekat……….

  16. d.  Lapis Resap pengikat dan Lapis Perekat 4. Pemakaian Teak Coat. Jenis Pd permukaan baru Pd Permukaan Pengikat / licin: (L/ /m2 ) berpori/ lapuk (L/ /m2) Cut Back 25pph 0,15 0,15 – 0,35 Aspal Emulsi 0,20 0,20 – 0,50 Aspal Emulsi 0,40 0,40 - 1,00 Encer (1:1) Catatan: AC-10  Aspan Pen 80/100 AC-20  Aspan Pen 60/70 d.  Lapis Resap pengikat dan Lapis Perekat……….

  17. d.  Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat Suhu Penyemprotan Jenis Bahan Pengikat Batas-batas Suhu penyemprotan 1. Cutback,25pph Minyak tanah (TC) 100 ± 100 C 2. Cutback,50pph Minyak tanah (TC/PC) 70 ± 100 C (jenis cutback MC-70) 3. Cutback 75pph Minyak tanah (PC) 45 ± 100 C (jenis cutback MC-30) 4. Cutback 100pph Minyak tanah (PC) 30 ± 100 C 5. Cutback >100pph Minyak tanah (PC) Tdk dipanaskan 6. Aspal Emulsi (TC) 20 ± 700 C (Aspal Emulsi tdk diencerkan) (TC) Tebal Lapisan dan Toleransi……….

  18. d.  Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat Penggunaan alat yg dianjurkan Penggunaan alat yg tidak dianjurkan (manual)

  19. 1.4. Tebal Lapisan dan Toleransi · Jarak memanjang yang harus ≤ 200m · Total benda uji inti dalam setiap ruas tidak kurang dari 6 (enam). a. Penentuan lapisan · Tebal lapisan harus diukur dengan benda uji “inti” (core) yang diambil oleh kontractor dibawah pengawasan Direksi Pengawasan. · Jumlah pengambilan benda uji inti ≥ 2 buah/lajur dlm arah melintang. Tebal Lapisan dan Toleransi……….

  20. 1.4. Tebal Lapisan dan Toleransi Lanjutan b. Bila tebal benda uji inti individu : * < 3 mm dr tebal rancangan nominal ( 1,5cm s/d 3cm) * < 5 mm dr tebal rancangan nominal(3cm s/d 6cm) Maka diperlukan pengambilan benda uji inti tambahan pada lokasi yang tidak memenuhi syarat ketebalan, sebelum pembongkaran dan pelapisan kembali c. Tebal actual campuran adalah tebal rata-rata benda uji inti (dari ruas tersebut). Tebal Lapis dan Toleransi ……….

  21. 1.4. Tebal Lapisan dan Toleransi Lanjutan e. Tebal rata-rata, penghamparan pd “hamparan baru” dpt < dr tebal nominal, tapi tdk pd “hamparan perkerasan lama”. d. Tebal actual campuran dari.(b) diatas, ≥ tebal nominal rancangan f. Bila campuran aspal lebih dari 2 lapis, seluruh campuran aspal harus tdk boleh kurang dr toleransi dan tebal nominal rancangan yg disyaratkan Tebal nominal rancangan Campuran Aspal………….

  22. Tebal nominal rancangan Campuran Aspal. Tabel 1.1 Jenis campuran Simbol Tebal nominal Minimun (cm) Latasir kelas A SS-A 1,5 Latasir kelas B SS-B 2.0 Lataston Lapis Aus HRS-WC 3,0 Lapis Pondasi HRS-Bsae 3,5 Lataston Lapis Aus AC-WC 4,0 Lapis Pengikat AC-BC 5,0 Lapis Pondasi AC-Base 6,0 Tebal Lapis dan Toleransi ……….

  23. lanjutan g. Berat aktual muatan truk yang meninggalkan AMP, harus ditimbang. h. Perbedaan penimbangan (setiap ruas), ± 5 % dari ketebalan rata-rata dan kepadatan rata-rata benda uji inti (core), tidak boleh terjadi. i. Bila terjadi perbedaan(± 5 % ), Pengambilan benda uji inti pd lokasi yang berbeda harus dilakukan, untuk : I). Pengambilan benda uji diperbanyak (lokasi lain) ii).Pemeriksaan peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan prosedure pengujian di laboratorium. iii).Pengujian lab yang independent dan pemeriksaan kepadatan campuran aspal dilapangan. iv).System perhitungan dan catatan truk secara terinci. Tebal nominal rancangan Campuran Aspal (lanjutan)…….

  24. Lanjutan j. Pembayaran dilakukan berdasarkan dimensi nominal lapisan dan bukan atas berat bahan itu. k. Perbedaan kerataan permukaan lapis aus( SS-A,SS- B,HRS-WC dan AC-WC), yang telah selesai dikerjakan, harus memenuhi : 1). Penampang melintang. * Harus < 5 mm dari elevasi aus (diukur dengan mistar 3m yang sejajar sumbu jalan) * Harus< 10 mm untuk lapis pondasi. * Perbedaan dua titik penampang melintang tdk boleh > 5 mm dari elevasi penampang melintang yang ditunjukkan dalam gambar. Tebal Lapis dan Toleransi ……….

  25. Lanjutan 2). Kerataan Permukaan. Setiap kerataan jalan diukur dengan mistar berlajan (rolling) sepanjang 3 m, harus <5mm. (Mistar diletakkan sejajar dengan sumbu jalan) l. Bila campuran aspal untuk lapis perata sekaligus sebagai lapis perkuatan (strengthening) maka tebal lapisan tidak boleh melebihi 2,5 kali tebal nominal yang diberikan dalam table 1.1. 1.5. Standar Rujukan…………

  26. 1.5. Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia Standar AASTHO SK-SNI-M-02-1994-03 T11-90 Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Aggregate yang Lolos Saringan No.200 (0,075) SNI-03-1968-1990 T27-88 Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar SNI-06-2432-1991 T49-89 Metode Pengujian Penetrasi Bahan-bahan Bitumen SNI-03-2417-1991 T51-89 Metode Pengujian Duktilitas Bahan-bahan Aspal SNI-03-3407-1994 T96-87 Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles pD M-21-1995-03 T104-86 Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Batu terhadap Larutan Natrium Sulfat dan Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat. pD M-03-1996-03 T170-90 Metode Pengujian Pemulihan Aspal Dengan Alat Penguap putar SNI-06-2440-1991 T176-86 Metode Pengujian Aggregat Halus Atau Pasir Yang Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Setara Pasir SNI-03-2439-1991 T179-88 Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak dan Aspal dengan Cara A. SNI-06-2489-1991 T182-84 Metode Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal SNI-06-2456-1991 T245-90 Metode PengujianCampur Aspal dengan Alat Marshall.   T73-89 Flash Point by Pensky-Martens Colded Tester AASTHO = American Association of State Highway and Transportation official 1.5. Standar Rujukan…………

  27. lanjutan T164-90 Quantitative Extraction of Bitumen from Bitumen Paving Mixtures T165-86 Effect of Water on Cohesion of Compacted Bituminous Mixtures T166-88 Bulk Specific Gravity of Compected Bituminous Mixtures T168-82 Sampling Bituminous Paving Mixtures 209-90 Maximum Specific Gravity of Bituminous Paving Mixtures M17-77 Mineral Filter for Bituminous Paving Mixtures M20-70 Penetration Graded Asphalt Cement M29-90 Fine Aggregate for Bituminous Paving Mixtures M226-90 Viscosity Graded Asphalt Cement TP-33 Test Method for Uncompacted Voids Content of Fine Aggregate (as influenced by Particle Shape, Surface Texture and Grading) Standar lainnya ASTM D4791 Standard Test Method for Flat or Elongated Particles in Coarse Aggregate ASTM D5581 Marshall Procedure Test for Large Stone Pensylvania DoT TestMethod, No.621 Determining the Percentage of Crushed Fragments in Gravel BS 598 Part 104 (1980) The Compaction Procedure Used in the Percentage Refusal Density Test 1.6. Kesiapan Kerja……….

  28. 1.6. Kesiapan Kerja Kontraktor harus menyerahkan: a. Contoh seluruh bahan yang akan digunakan, (disimpan oleh Direksi) b. Untuk setiap bahan aspal menyebutkan sumber ,data pengujian termasuk kehilangan berat aspal, sebelum atau sesudah test (sesuai dengan prosedure SNI 06-2440-1991.) c.Laporan tertulis sifat-sifat hasil pengujian seluruh bahan (seperti Pasal 2.) 1.6. Kesiapan Kerja……….

  29. 1.6. Kesiapan Kerja f.Pengukuran pengujian permukaan dalam bentuk laporan tertulis. (Pasal 7.1) d.Laporan tertulis setiap pemasokan aspal curah serta sifat bahan Pasal 2.6 e. Laporan tertulis Rumus Perbandingan Campuran dan data pengujian yang mendukungnya, (Pasal 3.). g. Laporan tertulis mengenai kepadatan dr campuran yg dihampar (Pasal 7.2) 1.6. Kesiapan Kerja……….

  30. 1.6. Kesiapan Kerja h.Data pengujian laboratorium dan lapangan untuk pengendalian harian terhadap takaran campuran dan mutu campuran, dalam bentuk laporan tertulis. ( seperti yang disyaratkan, ( Pasal 7.4) 1.7. Kondisi cuaca yang di ijinkan untuk bekerja…..

  31. 1.6. Kesiapan Kerja i.Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat penimbang ( Pasal 7.5 ) j.Catatan tertulis mengenai pangukuran tebal lapis dan dimensi perkerasan (Pasal 8.) k. Data pengujian laboratorium dan lapangan untuk pengendalian harian terhadap takaran campuran dan mutu campuran, dalam bentuk laporan tertulis. ( seperti yang disyaratkan, ( Pasal 7.4) 1.7. Kondisi cuaca yang di ijinkan untuk bekerja…..

  32. 1.7. Kondisi/ Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Campuran bisa dihampar bila : a. Permukaan yang telah disiapkan dalam keadaan kering b. Tidak turun hujan c. Bebas dari debu d. Atau hal-hal lain 1.8. Perb. Camp. Aspal yang memenuhi ketentuan.

  33. 1.8.Perbaikan Campuran Aspal Yang Tidak Memenuhi Ketentuan b. Pekerjaan perbaikan dapat maliputi pembongkaran dan penggantian, penambahan lapisan Campuran Aspal a. Lokasi, tebal atau kepadatan, yang tidak memenuhi ketentuan, tidak akan dibayar. c. Volume perbaikan yang diukur untuk pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. d. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume pekerjaan yang diperlukan untuk perbaikan 1.9. Pen. Bentuk pekerjaan setelah pengendalian

  34. 1.9. Pengembalian bentuk setelah Pengambilan benda uji Seluruh lubang akibat pengambilan benda uji inti (core) atau lainnya harus : a.Ditutup kembali dengan bahan campuran aspal yg sama b.Dipadatkan hingga kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan. 1.10. Lapisan Perata

  35. 1.10. Lapisan Perata a. Bahan SS(L), HRS-WC(L), AC-WC(L) , AC-BC(L) atau AC-Base(L) dsb. Semua ketentuan dari spesifikasi harus berlaku kecuali: b. Ketebalan untuk pembayaran bukan Tebal nominal rancangan (Tabel 1.1) atau dalam Gambar, tapi berdasarkan kepadatan, luas dan berat sebenarnya campuran yang dihampar,yang yaratkan dalam Pasal 8.

  36. Selesai

More Related