1 / 20

Diagnosis dan penatalaksanaan psikologis pada anak autis

Diagnosis dan penatalaksanaan psikologis pada anak autis. Ratna Kurniasari, M.Psi. SMF Bag. Psikiatri Anak RSUD. Dr. Soetomo . A U T I S M A . Istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu jenis gangguan perkembangan pervasif pada anak

tracy
Download Presentation

Diagnosis dan penatalaksanaan psikologis pada anak autis

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Diagnosis dan penatalaksanaan psikologis pada anak autis Ratna Kurniasari, M.Psi. SMF Bag. Psikiatri Anak RSUD. Dr. Soetomo

  2. A U T I S M A • Istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu jenis gangguan perkembangan pervasif pada anak • Mengakibatkan gangguan atau kendala pada bidang kognitif, emosi, dan perilaku • Kendala yang paling mencolok adalah interaksi sosial dan komunikasi

  3. Deteksi dini • Sangat penting, sehingga intervensi dapat dilakukan pula sedini mungkin • Penanganan dini, hasil yang dicapai akan lebih baik • Keterlambatan penanganan, persoalan menjadi semakin kompleks dan mempengaruhi optimalisasi kemampuan.

  4. G e j a l a 3 kelompok gejala yang perlu diperhatikan : • Kemampuan interaksi sosial • Kemampuan komunikasi • Aktivitas dan minat

  5. 5 Poin Penting untuk deteksi dini autisma • Apakah anak pernah bermain “seolah-olah”, seperti misalnya seolah-olah membuat membuat minum baik dengan alat permainan ataupun dengan peragaan tangannya ? Ya / Tidak Kemampuan Imajinatif

  6. Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu, untuk mengindikasikan “tertarik” pada sesuatu sehingga orang lain melihat ke sana ? Ya / Tidak Producing / Following a point

  7. Apakah anak sulit beradaptasi dengan suasana baru ? Ya / Tidak

  8. Apakah anak senang memperhatikan benda-benda bulat atau yang berputar ? Ya / Tidak Repetitiveness

  9. Apakah anak suka menggerakkan tangan seperti burung mengepakkan sayap ? Atau perilaku stereotip lainnya ? Ya / Tidak Flappy

  10. Kriteria Diagnostik(berdasarkan DSM-IV) Kriteria A Total 6 (atau lebih) dari poin 1,2,3 memenuhi kriteria, dengan sekurang-kurangnya (minimal) dua dari poin 1, dan masing-masing satu dari poin 2 dan 3 memenuhi kriteria.

  11. Kriteria A – 1 • Adanya gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, ditunjukkan sekurangnya dua dari berikut : • Gangguan yang nyata dalam perilaku non verbal, seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur, dan gerak-gerik tubuh. • Ketidakmampuan menjalin hubungan sosial dengan teman, yang sesuai dengan tingkat perkembangannya • Tidak ada spontanitas untuk menunjukkan kesenangan, minat, atau keberhasilan pada orang lain (misal ; memamerkan atau menunjukkan sesuatu). • Tidak ada timbal balik dalam interaksi sosial atau emosional.

  12. Kriteria A – 2 • Adanya gangguan kualitatif dalam komunikasi, ditunjukkan dengan sekurangnya satu dari berikut : • Keterlambatan (atau sama sekali tidak ada) dalam perkembangan berbahasa verbal (tidak disertai dengan usaha untuk menggunakan bahasa non-verbal). • Pada individu yang dapat berbicara, gangguan yang nyata pada kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain. • Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara stereotipik dan berulang.

  13. Kriteria A – 3 • Pola perilaku, minat, dan aktivitas terbatas, berulang, dan stereotipik ditunjukkan sekurangnya satu dari berikut : • Preokupasi dengan salah satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan terbatas, abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya. • Ketaatan yang kaku, menyukai rutinitas, atau ritual spesifik • Mannerism motorik yang stereotipik dan berulang • Ketertarikan yang berlebih pada bagian tertentu dan benda.

  14. Kriteria B Keterlambatan atau fungsi yang abnormal sekurang-kurangnya pada satu bidang berikut, dengan onset sebelum 3 tahun : • Interaksi sosial • Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial • Permainan simbolik atau imajinatif

  15. Kriteria C Tidak sesuai dengan kriteria pada sindroma Rett atau gangguan disintegratif masa anak.

  16. Kemampuan Inteligensi • Retardasi mental, rata-rata, superior sampai jenius • Kemampuan memori (mengingat) sangat baik • Pemeriksaan inteligensi (tes IQ) sangat penting, tetapi tidak mudah dilaksanakan • Autis dengan IQ tinggi, dapat sangat berbakat dalam bidang tertentu dan berprestasi lebih dari anak normal. Biasanya dalam bidang non-verbal.

  17. E m o s i • Sebenarnya memiliki ragam perasaan seperti anak normal • Keterbatasan dalam mengenali dan memahami emosi sendiri atau orang lain. • Ekspresi emosi sering tidak sesuai • Dibutuhkan kepekaan dan kedekatan dengan anak untuk mengenali emosinya.

  18. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan diagnosa • Kesalahan atau ketidak tepatan diagnosis / over diagnosis sering terjadi • Autis – Gangguan Perkembangan Berbahasa- GPP/H – Giftedness – masalah perkembangan lain • Penggunaan skala ukur (CARS atau CHAT) • Anak masih dalam masa perkembangan • Perlu pemantauan secara berkesinambungan • Diagnosis berjalan

  19. Pengelolaan psikologis • Tidak dapat terlepas dari ahli / bidang lain : terapis, pendidik, dokter, orangtua, masyarakat/lingkungan komprehensif – terpadu • Berdasarkan dengan analisis potensi individual profile disusun program individual • Pendampingan keluarga, terapi mediasi • Terapi perilaku.

  20. Terapi perilaku • Behavior modification, behavior shaping • Merupakan kesatuan dan kesinambungan dalam terapi terpadu (sensitivity training, sensory integrasi therapy, metode Lovaas, dll) • Didahului analisis potensi kemampuan • Pendekatan bersifat individual • Disusun program terapi sesuai dengan kondisi anak • Evaluasi dan penyusunan program kembali berkala.

More Related