1 / 14

RESENSI NOVEL KEMUNING

RESENSI NOVEL KEMUNING. OLEH : ENDANG RASPITA KELAS BAHASA. A. IDENTITAS BUKU. Judul Buku : Kemuning Pengarang : Maria A. Sardjono Tahun Terbit : 2001 Tempat Terbit : Jakarta Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama. TOKOH DAN PENOKOHAN.

luigi
Download Presentation

RESENSI NOVEL KEMUNING

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. RESENSI NOVEL KEMUNING OLEH : ENDANG RASPITA KELAS BAHASA. A

  2. IDENTITAS BUKU Judul Buku : Kemuning Pengarang : Maria A. Sardjono Tahun Terbit : 2001 Tempat Terbit : Jakarta Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

  3. TOKOH DAN PENOKOHAN • Wulandari : Gadis yang memiliki obsesi tinggi tentang (Wulan) pengetahuan, tidak pernah mengeluh, tidak mau dikasihani, rapuh, ramah dan rela berkornan apapun demi keinginannya. • Eko : Teguh terhadap pendiria, bertanggungjawab, suka bekerja keras dan memiliki obsesi yang cukup besar. • Tita : Suka bercanda, penyayang, dapat dipercaya dan bijak. • Mas Danu : Bijaksana, hormat kepada orang tua, penyayang dan mampu menghargai perasaan orang lain.

  4. Mas Dewo : Tidak mau terlangkahi oleh wanita, tidak sabaran, gampang tergoda dan bertanggung jawab. • Pak Kirman : Bijaksana, penyayang, hormat terhadap majikan dan pekerja keras. • Mbo Karim : Penyayang, ramah, hormat terhadap majikan, orang tua yang patut dihormati. • Titik : Sika mengganggu hubungan orang lain, rela berkorban apapun demi cinta, mau bekerja keras. • Ayah dan Ibu Wulan : Diktator, terlalu mengagung- agungkan status kebangsawanannya, suka bekerja keras, menghargai perasan anak, terlalu menyayangi anak-anaknya.

  5. Bagian Satu Latar : Didepan rumah Wulan (Tawang mangun), malam hari suasana damai dengan aroma bunga kemuning yang bermekaran. Setelah beberapa tahun Wulan dan Tita adiknya menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di Jakarta, dan akhirnya mereka tiba di desa kelahirannya yaitu Tawang mangun. Ada rasa damai yang menyelimuti hatinya serta kebahagiaan yang tiada duanya karena akhirnya Wulan dapat berkumpul kembali dengan keluarga. Wulan pulang dengan membawa kebanggaan karena sudah mendapat gelar Strata Dua (S2) di Jurusan Psikologi. Tapi rupanya ada beberapa hal yng mengganggu pikiran Wulan yaitu Mas Dewo……… Siapakah Mas Dewo itu……?

  6. Bagian Dua Latar : Gerojogan Sewu, pagi hari, suasana damai namun membuat hati Wulan sakit. Pagi-pagi sekali Wulan sudah pergi dari rumah. Dengan meminta bantuan pak Kirman, Wulan pergi berjalan-jalan sambil menunggang kuda milik ayahnya ke arah Gerojogan Sewu yaitu sebuah tempat rekreasi berupa air terjunyang sangat indah. Disana Wulan terdiam menerawang pikiran yang ada diotaknyatentang apa sebenarnya terjadi pada Mas Dewo kekasih yang sudah tiga tahun lamanyaberhubungan dengan Wulan. Selagi Wulan berusaha mengendalikan otaknya, tiba-tiba terdengar yang hampir enam bulan kebelakang tak pernah ia dengar. Ya itu suara Mas Dewo!! Untuk beberapa saat Wulan dan Mas Dewo diam tanpa kata-kata. Sampai akhirnya Mas Dewo meminta maaf atas acara pernikahan dia dengan Titik minggu depan. Wulan merasa terpukul dan sakit hati yang tiada duanya. Bagaimana nasib Wulan selanjutnya……?

  7. Bagian Tiga Latar : Telaga Sarangan, pagi hari, suasana cukup ramai dan membuat bingung. Setelah Wulan menghadapi kenyataan tentang Mas dewo yang telah menghamili dan harus menikahi Titik, Wulan seringkali melamun dan pergi daru rumah sejak pagi buta hingga sore hari tanpa berpamitan pada keluargannya. Suatu hari Wulan memutuskan untuk pergi ke sebuah telaga yang letaknya cukup jauh dari Tawang Mangun yaitu Telaga Saranga. Namun ditengah perjalanan Wulan merasakan ada seseorang yang mengikuti dirinya. Wulan mengamati ke arah orang berperawakan tinggi dan mengendarai motor besar itu. Diam-diam Wulan merasa kalo laki-laki itu cukup tampan. Siapa ya laki-laki itu……?

  8. Bagian Empat Latar : Siang hari ditempat penyimpanan hasil perkebunan Siang itu Wulan berjalan-jalan dengan sepeda milik Mas Danu (kakak Wulan). Wulan berkeliling mengendarai sepeda ke sekitar perkebunan ayahnya yang cukup luas dan istirahat dipabrik penyimpanan hasil perkebunan. Sempat Wulan berbincang-bincang dengan pegawai ayahnya, tiba-tiba sesosok laki-laki berperawakan tinggi dengan kulit putih menghampiri Wulan. Ternyata laki-laki itu adalah….??? Ya laki-laki yang mengikuti Wulan pada saat berjalan-jalan. Senyum ramah terlihat dari bibirnya sambil mengulurkan tangan. Dari sana Wulan mulai mengenal “Eko”. Dia memang sengaja disuruh oleh mbok Kirman untuk mengikuti Wulan kemanapun pergi. Eko anak dari pak Kirnam dan mbok Kirman. Bagaimana selanjutnya hubungan Wulan dan Eko?

  9. Bagian Lima Latar : Rumah Wulan, pagi hari, suasana tenang Sejak berkenalan dengan Eko, Wulan merasakan pertemanan yang sangat baik. Mereka seringkali bertemu hanya untuk bersenang-senang dan sedikit membicarakan kehidupan masing-masing. Semakin hari pertemanan Wulan dan Eko semakin erat. Mereka sering kali pergi bersama ke tempat-tempat yang belum dikunjungi oleh keduanya. Ada apa dengan mereka…….?

  10. Bagian Enam Latar : Tempat rahasia, siang hari, suasana penuh dengan perasaan haru. Hungungan Wulan dan Eko semakin erat. Wulan hampir sudah tak mengingat lagi rasa sakit hati karena Mas Dewo. Dia terlalu asyik dengan teman barunya itu hingga pada suatu hari mereka pergi ke tempat rahasia mereka berdua untuk berjalan-jalan. Tak seperti biasanya kali ini Eko lebih banyak dia dan sesekali menatap ke arah yang tidak menentu. Eko rupanya menyimpan perasaan yang disebut dengan cinta di hatinya dan saat itu pula Wulan merasakan kegalauan yang tak terhingga. Namun akhirnya Wulan menyadari bahwa perasaannya pun sama terhadap Eko.

  11. Bagian Tujuh Hubungan percintaan Eko dan Wulan rupanya membuat ayah dan ibu Wulan tidak senang dan tidak setuju. Menurut orang tua Wulan, seorang wanita dari keluarga ningrat harus mendapatkan seorang suami yang berdarah ningrat pula. Ketidak setujuan itu membuat Wulan prustasi dan bermaksud meninggalkan rumah bersama Eko. Wulan nekad pergi bersama Eko dan bermaksud untuk kawin lari. Namun akhirnya Wulan diajak untuk pulang kembali ke rumah dan mendapat izin dari kedua orang tuanya.

  12. Amanat yang dapat diambil • Tidak semestinya dijaman yang sudah modern pemikiran peodalis masihditerapkan. • Janganlah memandang seseorang dari status sosialnya ataupun dari darah kebangsawanannya karena dimata Tuhan semua sama. • Terlalu terobsesi akan sesuatu hal dapat menjadikan orang lain terluka, maka janganlah terobsesi oleh sesuatu. • Menuntut ilmu haruslah tuntas. • Janganlah terlalu mengumbar hawa nafsu dalam menyelesaikan masalah. • Setiap ada masalah pasti ada jalan penyelesaiannya, maka bijaksanalah dalam mengambil keputusan.

  13. Kutipan “Angan-angan yang melintas dikepalaku kemarin untuk segera memberi Mas Dewo isyarat agar dia mempersiapkan keluarganya untuk meminangku, hingga musnah tanpa bekas. Maka mulai hari ini, aku harus mengubah seluruh rencana hidupku di masa depan. Nama Mas Dewo harus ku coret dari tempatnya semula. Dan masa depanku nanti sama sekali tak ada lagi kaitannya dengan lelaki itu”. “Terlalu berharga kehidupan ini ku langkahi dengan kesedihan yang timbul oleh lelaki seperti dia”. “Mereka menyangka aku akan tersiksa melihatmu duduk bersanding dengan gadis lain. Padahal seujung kuku pun aku sudah tidak punya perasaan apa-apa lagi terhadapmu sehingga seandainya kau menikah tiga kali sehari pun, aku tidak apa-apa. Bukan urusanku”. “Justru karena itulah, dengan penuh kesadaran akan nilai, saya memilih apa yang sudah ditujukan oleh Bapak saya. Yaitu menyatukan antara nalar dan rasa”.

  14. TERIMA KASIH

More Related