1 / 33

Epidemiologi Rabies

Epidemiologi Rabies. M. Atoillah. Menurut bahasa, Rabies berasal dari bahasa latin “ rabere ”  arti marah.   bahasa Sanskrit “ rabhas ” yang bermakna kekerasan.  Yunani : “ Lyssa ”  “ kegilaan ” .  

gloria
Download Presentation

Epidemiologi Rabies

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Epidemiologi Rabies M. Atoillah

  2. Menurut bahasa, Rabies berasal dari bahasa latin “rabere” arti marah.  •  bahasa Sanskrit “rabhas” yang bermakna kekerasan.  • Yunani : “Lyssa” “kegilaan”.   • Rabies merupakan simbol bagi penyakit yang menyerang anjing dan membuat anjing seperti gila (”mad Dog” )(Wilkinson, 2002) • Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas dan manusia (zoonosis)

  3. Rabies telah dikenal 2300 SM sejak zaman Mesopotomia (dokumen Hammurabi) • Di Indonesia, pertama kali dilaporkan secara resmi oleh Esser di Jawa Barat, tahun 1884. Kemudian oleh Penning pada anjing pada tahun 1889 dan oleh E.V. de Haan pada manusia (1894).   • Penyebaran Rabies di Indonesia bermula dari tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara dan Sulawesi selatan sebelum perang Dunia ke-2 meletus.

  4. Pemerintahan Hindia Belanda telah membuat peraturan terkait rabies sejak tahun 1926 dengan dikeluarkannya Hondsdolsheid Ordonansi Nomor 451 dan 452, yang juga diperkuat oleh Staatsblad 1928 Nomor 180.  • selama Indonesia dikuasai oleh Jepang situasi daerah tertular Rabies tidak diketahui secara pasti

  5. Setalahtahun 1945 dalamkurunwaktukurangdari 35 tahun (1945-1980) setelahmerdeka Rabies menyebarhampirke 12 provinsilain : • JawaTengah danJawaTimur (1953) • Sulawesi Utara (1956) • Sumatera Selatan (1959) • DI. Aceh (1970) • Lampung (1969) • Jambi dan Yogyakarta (1971) • DKI Jaya dan Bengkulu (1972) • Kalimantan Timur (1974) • Riau (1975) • Kalimantan Tengah (1978) • padaera 1990-an, provinsi di Indonesia yang masihbebas rabies adalah Bali, NTB, NTT, Maluku, dan Papua (DepartemenPertanian, 2007).

  6. ETIOLOGI • Rabies disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus (dari bahasa Yunani Lyssa, yang berarti mengamuk atau kemarahan) family Rahbdoviridae (dar bahasa Yunani,  Rhabdos,  yang berarti batang).  

  7. Virus rabies masuk kedalam tubuh pada umumnya masuk kedalam tubuh melalui perlukaan dan melalui gigitan hewan yang terinfeksi Rabies.  • Gigitan dari hewan yang terinfeksi adalah rute yang paling penting dan paling sering terjadi dalam proses infeksi Rabies.  • review pada tahun 1927-1946 kasus-kasus Rabies pada manusia hampir sekitar 99,8% disebabkan oleh gigitan hewan yang terinfesi Rabies

  8. Virus yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan akan ber-replikasi dalam otot atau jaringan ikat pada tempat inokulasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler dan menyebar sampai ke susunan saraf pusat (SSP). • Virus terus ber-replikasi hingga masuk menuju kelenjar ludah dan jaringan lain. Sehingga virus ini pada umumnya menyebar ke hewan lain melalui saliva dari hewan yang terinfeksi (melalu gigitan)

  9. Kepekaanterhadapinfeksidanmasainkubasinyabergantungpada: • latarbelakanggenetikinang • strain virus yang terlibat • konsentrasireseptor virus padaselinang • jumlahinokulum • beratnyalaserasi • jarakyang harusditempuh virus untukbergerakdarititikmasukke SSP Terdapatangkaserangan yang lebihtinggidanmasainkubasi yang lebihpendekpada orang yang digigitpadawajahataukepala

  10. Distribusi penyakit Rabies sangat bervariasi untuk setiap belahan dunia.  • Rabies adalah penyakit zoonosis yang pada umumnya berasal dari satwa liar yang menyerang hewan-hewan domestik dan manusia atau dari hewan domestik yang tertular kemudian ke manusia.  • Hewan-hewan utama yang merupakan pembawa rabies (HPR=Hewan Pembawa Rabies) umumnya berbeda untuk setiap benua.  • Eropa : rubah dan kelelawar • Timur Tengah : srigala dan anjing • Afrika : anjing, mongoose dan antelop • Asia : anjing • Amerika utara : rubah, sigung, rakun, dan kelelawar pemakan serangga • Amerika selatan : anjing dan kelelawar vampire

  11. Virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melalui: • Luka gigitan hewan penderita rabies • Luka yang terkena air liur hewan atau manusia penderita rabies

  12. Rabies di hewan domestik masih merupakan ancaman utama untuk penyakit Rabies di Negara-negara berkembang.  • Derajat kedekatan antar hewan domestik seperti anjing tanpa pemilik atau menjadi liar dengan manusia serta tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah merupakan hal utama yang menyebabkan tingkat ancaman Rabies oleh anjing lebih besar jika dibandingkan dengan hewan liar di alam meskipun gigitan oleh hewan liar pembawa rabies masih sering di laporkan

  13. EPIDEMIOLOGI • Rabiestersebarluas di 24 Propinsi, denganjumlahkasusgigitan yang cukuptinggi. Berdasarkan data Data KementerianKesehatan 40.429 kasusgigitanhewanpenular rabies (GHPR) yang dilaporkan • Mayoritashewan yang menularkan virus tersebut, 98 persenberasaldarianjing, dansisanyakucingdankera • belumdiketemukanobat/carapengobatanuntukpenderitarabiessehinggaselaludiakhiridengankematianpadahampirsemuapenderitarabiesbaikmanusiamaupunpadahewan.

  14. EPIDEMIOLOGI • Provinsiyang dinyatakansebagaidaerahbebas rabies antara lain • Kepulauan Riau • Bangka Belitung • DKI Jakarta • Kalimantan Barat • Jawa Tengah • D.I. Yogyakarta • JawaTimur • Nusa Tenggara Barat • Papua • Papua Barat. • Padatahun 1998 terjadi outbreak di Kab. Flores Timur, Prop. NTT

  15. EPIDEMIOLOGI • Pada tahun 2008 Provinsi Bali melaporkan adanya kasus gigitan pertama yang dikonfirmasi sebagai rabies.     • Menurut perkiraan sekitar 600 ribu ekor (tidak ada data pasti mengenai jumlah populasi anjing yang sebenarnya di Bali) atau sekiktar 96 ekor per Km2 (Naipospos, 2010) (rasio manusia dengan anjing di Bali yaitu 1:8) • Sejak tahun 2009 Provinsi Bali tercatat sebagai provinsi dengan korban jiwa akibat rabies terbanyak yakni 28 korban  meningkat pada tahun 2010 sebanyak 82 orang. • Di Nusa Tenggara Timur tercatat 25 orang meninggal dari 3.547 kasus gigitan anjing.

  16. EPIDEMIOLOGI • Jumlah rata-rata pertahun kasus gigitan pada manusia oleh hewan penular rabies tiga tahun terakhir (1995-1997) 15.000 kasus, diantaranya 8.550 (57 %) divaksinasi anti rabies (VAR) dan 662 (1,5%) diberikan kombinasi VAR dan SAR (serum anti rabies). Selama tiga tahun ( 1995- 1997). Ditemukan rata-rata pertahun 59 kasus rabies pada manusia, seangkan 22,44 spesimen dari hewan yang diperiksa, 1327 (59%) menunjukkan positif rabies.

  17. Laporan Kemenkes 2010 : kasus gigitan rabies ke manusia mencapai jumlah 20.926 kasus gigitan per tahun pada tahun 2010 yang terlaporkan kepada Dinas-Dinas Kesehatan di seluruh Kabupaten di Indonesia

  18. PATOGENESA • Setelah virus rabiesmasukmelaluilukagigitan, makaselama 2 minggu virus tetaptinggalpadatempatmasukdandidekatnya, kemudianbergerakmencapaiujung-ujungserabutsaraf posterior tanpamenunjukkanperubahan-perubahanfungsinya. • Masainkubasibervariasiberkisarantara 2 minggusampai 2 tahun, tetapipadaumumnya 3-8 minggu, berhubungandenganjarak yang harusditempuholeh virus sebelummencapaiotak. • Sesampainya di otak virus kemudianmemperbanyakdiridanmenyebarluasdalamsemuabagian neuron, terutamamempunyaipredileksikhususterhadapsel-selsistemlimbik, hipotalamusdanbatangotak

  19. PATOGENESA • Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian kearah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan demikian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan- jaringannya, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya. • Manusia adalah salah satu komponen dari siklus penyakit Rabies yang merupakan “dead end” dari siklus penyakit ini karena hampir selalu menyebabkan kematian. Transmisi manusia ke manusia adalah jarang, tetapi hal ini pernah dilaporkan di Perancis pada proses operasi transplantasi kornea mata pada tahun 1980

  20. WHO menyatakan bahwa sekitar 55.000 orang per tahun mati karena Rabies, 95% dari jumlah itu berasal dari Asia dan Afrika (WHO, 2008). Sebagian besar dari korban sekitar 30-60% adalah anak-anak usia kecil dibawah 15 tahun (WHO, 2008)

  21. Masa inkubasi di manusia dari penyakit Rabies sangatlah bervariasi, dimulai dari 7 hari hingga beberapa tahun. Hal ini tergantung kepada: • 1.    Dosis dari inokulum • 2.    Keparahan dari luka hasil gigitan • 3.   Jarak luka dengan SSP, seperti luka yang terjadi diwajah mempunyai masa inkubasi yang lebih pendek jika dibandingkan dengan luka di kaki

  22. GEJALA • 1. Stadium Prodromal Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama beberapa hari. • 2. Stadium Sensoris Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka. Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.

  23. GEJALA • 3. Stadium Eksitasi • Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, • hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi. Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam fobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobi. • Kontraksi otot-otot Faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara kemuka penderita atau dengan menjatuhkan sinar kemata atau dengan menepuk tangan didekat telinga penderita. • Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsa da tahikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif. • Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal, tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.

  24. GEJALA • 4. Stadium Paralis • Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.Serum neutralizing antibody pada kasus yang tidak divaksinasi tidak akan terbentuk sampai hari ke vaksin anti tetanus, anti biotik untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetikTerhadap luka resiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR.

  25. komplikasi biasanya diikuti gejala klinis pada • Susunan Syaraf Pusat : • gangguan termoregulasi • penurunan kesadaran • encephalitis • sistem kardiovaskular : cardiac dysrithmia • system respirasi. 

  26. PENANGANAN LUKA GIGITANHEWAN MENULAR RABIES • Setiap ada kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera • mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau diteregent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah

  27. Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Bila memang perlu sekali untuk dijahit (jahitannya jahitan situasi), maka diberi Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya disuntikan secara intra muskuler. • Disamping itu harus dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/ vaksin anti tetanus, anti biotik untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetik

  28. PENCEGAHAN langkah-langkah pencegahan rabies : • Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.  • Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk tanpa izin ke daerah bebas rabies. • Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera, 70% populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus.

  29. Pemberiantandabuktiataupending terhadapsetiapkera, anjing, kucing yang telahdivaksinasi. • Mengurangijumlahpopulasianjing liar atauanjingtakbertuandenganjalanpembunuhandanpencegahanperkembangbiakan. • Menangkapdanmelaksanakanobservasihewantersangkamenderita rabies, selama 10 sampai 14 hari, terhadaphewan yang matiselamaobservasiatau yang dibunuh, makaharusdiambilspesimenuntukdikirimkankelaboratoriumterdekatuntukdiagnosa. • Mengawasidenganketatlalulintasanjing, kucing, keradanhewansebangsanya yang bertempatsehalamandenganhewantersangka rabies. • Membakardanmenanambangkaihewan yang matikarena rabies sekurang-kurangnya 1 meter.

  30. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES INDIVIDUAL • Hindari kejadian penggigitan • · Pintu pagar tertuliskan AWAS ANJING GALAK • · Anjing dirantai ± 2 meter jika rumah tidak berpagar • · Anjing dibrongsong terutama jika dibawa keluar rumah • Vaksinasi rabies pada anjing, kucing, kera/ monyet peliharaan secara teratur setiap tahun

  31. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES INDIVIDUAL • Memberantas, memusnakan atau eliminasi anjing liar atau yang berkeliaran dengan menggunakan umpan, misalnya bakso atau ikan, yang diberi racun. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas berwenang. • Dilakukan penangkapan ajing liar/berkeliaran ditempat umum selanjutnya dilakukan pembunuhan.

More Related