1 / 42

FARMAKOLOGI TERAPI ASMA BRONKIAL

FARMAKOLOGI TERAPI ASMA BRONKIAL. dr. Ave Olivia Rahman, M.Sc Bagian Farmakologi FKIK UNJA. PATOGENESIS & PRINSIP TERAPI. Tujuan Terapi asma. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma Mencegah eksaserbasi akut

Download Presentation

FARMAKOLOGI TERAPI ASMA BRONKIAL

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. FARMAKOLOGI TERAPI ASMA BRONKIAL dr. Ave Olivia Rahman, M.Sc Bagian Farmakologi FKIK UNJA.

  2. PATOGENESIS & PRINSIP TERAPI

  3. Tujuan Terapi asma • Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma • Mencegah eksaserbasi akut • Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin, Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel • Mengupayakan aktivitas normal • Menghindari efek samping obat • Mencegah kematian karena asma

  4. FARMAKOTERAPI ASMA • beta2 -adrenergic agonists • anticholinergics • Corticosteroids • methylxanthines • leukotriene modifiers • mast cell stabilizers • monoclonal antibodies • Expectorants, antitussives, mucolytics, decongestants.

  5. Beta 2 – adrenergik agonist : farmakodinamik • Beta2 adrenergik agonist berikatan dan menstimulasi beta 2 adrenergik receptor pada otot polos  meningkatkan level CAM (cyclic adenosine monophosphate)  bronkodilatasi. • Pada dosis besar  kehilangan selektivitas  meningkatkan risiko toksisitas. • Pemberian inhalasi  bekerja secara lokal dalam paru  efek samping lebih minimal daripada pemberian secara sistemik

  6. Farmakokinetik • Diabsorbsi minimal dari saluran cerna. • Tidak melintasi blood-brain barier • Dimetabolisme secara ekstensif dalam hepar menjadi metabolit inaktif • Diekskresi secara cepat melalui urin dan feses.

  7. Golongan Beta 2 – adrenergik agonist

  8. Indikasi • Onset cepat  pilihan untuk mengurangi gejala asma secara cepat. • Onset lambat  hanya digunakan dalam bentuk kombinasi dengan obat lainnya seperti kortikosteroid inhalasi untukmengontrol asma. Tidak digunakan untuk mengurangi gejala serangan akut karena onset aksi tidak cukup cepat.

  9. Efek Samping Kerja pendek Kerja lama • paradoxical bronchospasm • tachycardia • palpitations • tremors • dry mouth. • bronchospasm • tachycardia • palpitations • hypertension • tremors.

  10. SEDIAAN & DOSIS : B2 AGONIS KERJA PENDEK

  11. SEDIAAN & DOSIS : B2 AGONIS KERJA PANJANG

  12. Anticholinergics • Antikolinergik yang mempunyai efektifitas bronkodilator  Ipratropium • Farmakodinamik : menghambat muscarinic receptors  menghambat sistem saraf parasimpatis  bronkodilatasi. • Farmakokinetik : diabsorbsi secara minimal dalam saluran cerna. Tersedia dalam bentuk inhalasi  efek lokal

  13. Diberikan kombinasi dengan agonis beta-2 kerja singkat, untuk mengatasi serangan • Efek samping : nervousness, tachycardia, nausea, paradoxical bronchospasm (with excessive use), dry mouth.

  14. SEDIAAN & DOSIS

  15. Kortikosteroids • anti inflamasi • Menghambat produksi sitokin, leukotriens dan prostaglandin, penarikan eosinofil pada daerah inflamasi, dan pelepasan mediator inflamasi lainnya. • Dapat berefek pada organ lainnya  efek samping jangka panjang

  16. Kortikosteroid • Tersedia dalam bentuk pemberian inhalasi dan pemberian sistemik (oral dan IV) • Inhalasi : beclomethasone dipropionate, budesonide, flunisolide, fluticasone, triamcinolone acetonide. • Oral : prednisolone, prednisone. • IV : hydrocortisone sodium succinate, methylprednisolone sodium succinate.

  17. Farmakokinetik • Prednisone oral dapat diabsorbsi dengan cepat dalam sauran cerna. • Dimetabolisme secara ekstensif dalam hepar menjadi metabolit aktif prednisolone. • Bentuk IV mempunyai onset cepat. • Bentuk inhalasi diabsorpsi minimal (absorpsi linier dengan penambahan dosis)

  18. SEDIAAN & DOSIS

  19. Perhatian saat Pemberian Kortikosteroid • Anak-anak : pertumbuhan perlu dimonitoring, terutama bila mengkonsumsi kortikosteroid dengan efek sistemik atau inhalasi dosis tinggi. • Pasien dengan diabetes melitus : diperlukan monitoring lebih sering terkait kadar glukosa darah • Pasien dengan hipertensi

  20. Ibu menyusui : kortikosteroid dapat diekskresikan dalam ASI dalam jumlah yg cukup signifikan (pada dosis pemberian > 20 mg/hari prednisone oral). Menyusui sebaiknya 4 jam setelah minum obat. • Ibu Hamil : Pilih sediaan inhalasi. Beclomethason dan budenosid telah dipakai secara luas. Jika jangka panjang  monitoring janin.

  21. Methylxanthines • anhydrous theophylline dan derivative saltnya, aminophylline. • Indikasi : Terapi second-line dan third-line • Teofilin: oral; Aminofilin: IV • Mekanisme Kerja : menghambat phosphodiesterase  relaksasi otot polos, bronkodilatasi, mengurangi mediator inflamasi.

  22. FARMAKOKINETIK • Per oral diabsorbsi cepat dan sempurna dalam saluran cerna. Makanan berlemak dapat meningkatkan absorbsi. Absorpsi slow-release forms  tergantung pH lambung. • Distribusi : theophylline sekitar 56% terikat protein pada dewasa (36% pada neonatus). • Dapat menembus barier plasenta dan disekresi dalam ASI.. • Metabolisme di hepar oleh CYP1A2. • Ekskresi : urin

  23. Interaksi Obat • obat penghambat enzim CYP1A2 (cimetidine, ciprofloxacin, clarithromycin,erythromycin, fluvoxamine, hormonal contraceptives, isoniazid, ketoconazole,ticlopidine, zileuton) • obat inducer CYP1A2 (carbamazepine, phenobarbital, phenytoin,rifampin) • Merokok meningkatkan eliminasi obat • Activated charcoal menhambat absorpsi • Meningkatkan ekskresi lithium • Obat antitiroid meningkatkan kadar teofilin

  24. Monitoring Kadar Obat • Kadar teofilin harus diukur untuk mengevaluasi efikasi dan menghindar toksisitas. • Kadar serum teofilin 10 to 20 µg/ml (SI, 44 to 111 μmol/L) • Toksisitas berkaitan dengan peningkatan sekresi katekolamin • ESO:gangguan saluran cerna, sakit kepala, insomnia, palpitasi, takikardia, aritmia

  25. Dosis dan Sediaan

  26. Mast Cell Stabilizers • Untuk profilaksis serangan asma. Sebelum exercise atau pajanan alergen, profilaksis efektif dalam 1-2 jam • Cromolyn, Nedocromil • Farmakodinamik : menstabilkan membran sel mast dengan cara menghambat calcium channel  mencegah pelepasan mediator inflamasi • Farmakokinetik : diabsorbsi minimal pada saluran cerna. Tersedia dalam bentuk inhalasi  efek lokal

  27. Dosis dan Sediaan

  28. Leukotriene modifiers • Leukotriene receptor antagonists : montelukast, & zafirlukast. • Leukotriene formation inhibitors : zileuton. • Pemberian oral : absorpsi cepat, menurun dengan adanya makanan, Ikatan protein 90%, metabolisme oleh CYP2C9, CYP3A4, CYP1A2 • Zileuton dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit hepar. • Sediaan : zafirlukast tablet 20 mg, 2x1 tab 1-2 jam setelah makan

  29. Monoclonal antibodies (Ig E) • Omalizumab • Asma sedang-berat dengan skin test positif dan terapi kortikosteroid tidak terkontrol • Mekanisme Kerja : menghambat ikatan Ig E pada reseptornya di sel mast dan basofil, sehingga menghambat pelepasan mediator inflamasi.

  30. Terapi Asma pada Kehamilan • Memerlukan pengaturan jenis dan dosis obat asma yang dipakai  pilih bentuk inhalasi; obat-obat lama yang pernahdipakai pada kehamilansebelumnya yang sudahterdokumentasi dan terbukti aman. • Pada umumnya semua obat asma dapat dipakai saat kehamilan kecuali komponen α adrenergik, bromfeniramin dan epinefrin.

  31. Farmakoterapi serangan asma

  32. LANJUTAN... RESPON TIDAK SEMPURNA RESPON TIDAK SEMPURNA RESPON BAIK Dirawat di ICU Inhalasi agonis beta-2  ±antikolinergik Kortikosteroid IV Pertimbangkan  agonis beta-2 injeksi  SC/IM/ I V Terapi oksigen Aminofilin drip Pulang Pengobatan dilanjutkan dengan inhalasi agonis  beta-2 Membutuhkan kortikosteroid oral Dirawat di RS Inhalasi agonis beta-2 ±anti-kolinergik Kortikosteroid sistemik. Aminofilin drip Terapi oksigen 

  33. Medikasi pengontrol harian

  34.  Mukolitik & Anti Histamin pada asma • Mukolitik tidak menunjukkan manfaat berarti pada serangan asma, bahkan memperburuk batuk dan obstruksi jalan napas pada serangan asma berat.  • Sedasi sebaiknya dihindarkan karena berpotensi menimbulkan depresi napas. • Antihistamin dan terapi fisis dada (fisioterapi) tidak berperan banyak pada serangan asma.

  35. Antibiotik • Tidak rutin diberikan kecuali pada keadaan disertai infeksi bakteri •  Antibiotik pilihan sesuai bakteri penyebab atau pengobatan empiris yang tepat untuk gram positif dan atipik; yaitu makrolid , golongan kuinolon dan alternatif amoksisilin/ amoksisilin dengan asam klavulanat.

  36. TERIMA KASIH

  37. Post Test • Golongan obat yang mempunyai efek bronkodilator adalah.... • Untuk mengatasi serangan asma diperlukan obat gol B2 agonis kerja .... • Contoh obat Gol B2 agonist kerja cepat adalah .... • Untuk mengatasi inflamasi yang terjadi pada serangan asma dapat diberikan .... • Pemakaian antibiotik pada asma hanya pada kondisi adanya.... • Obat bronkodilator yang aman bagi kehamilan adalah....

  38. Penulisan resep • Tn M, 23 tahun datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan sesak nafas. Dari hasil pemeriksaan didiagnosis serangan asma. Oleh dokter dilakukan nebulizer. Pengobatan pengontrol harian yang akan diberikan Budesonide IDT 200 µg/semprot dengan dosis 400 µg/hari, 1x sehari. Salmeterol IDT 25µg/semprot , dosis 2 kali sehari 2 semprot. Tuliskan resep tersebut • Tuliskan resep untuk Ny. T, 40 tahun, salbutamol 2 mg, dosis 3 kali sehari selama 4 hari; teofilin 150 mg tablet dosis 2 x 1 tablet selama 4 hari.

More Related