1 / 8

Dalil Sastra J. Elema

Kritik sastra, kriteria penilaian karya sastra

Download Presentation

Dalil Sastra J. Elema

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. DALIL J. ELEMA Dalammenilaikaryasastraharusjugadilihathubunganantarasastrawandengankaryasastranya, mengingatbahwakaryasastraadalahpenjilmaanpengalamanjiwasastrawankedalamkaryadengan medium bahasa. Jadidalammenilaikaryasastraharuslahdilihatberhasilatautidaknyasastrawanmenjilmakanpengalamanjiwanyakedalam kata.

  2. J. Elema mengemukakan dalil-dalil seni sastra: • Puisi mempunyai nilai seni bila pengalaman jiwa yang menjadi dasarnya, dapat dijilmakan ke dalam kata. Nilai seni bertambah tinggi bila pengalaman itu semakin lengkap. • Pengalaman jiwa itu semakin tinggi nilainya bila pengalaman itu makin banyak meliputi keutuhan jiwa. • Pengalaman jiwa itu semakin tinggi nilainya bila pengalaman itu makin kuat. • Pengalaman jiwa itu semakin tinggi nilainya bila isi pengalaman itu makin banyak (makin luas dan makin jelas perinciannya).

  3. Apa yang dimaksud dengan keutuhan jiwa? Menurut ilmu jiwa modern, jiwa manusia itu terdiri atas lima tingkatan, maka pengalaman jiwa juga terdiri atas lima tingkatan: • Tingkat anorganis: tingkatan jiwa yang terendah, yang sifatnya seperti benda mati: mempunyai ukuran, dapat diraba, didengar, atau dapat diindera. Bila tingkatan pengalaman jiwa anorganis ini terjelma ke dalam karya sastra, berupa pola bunyi, irama, baris sajak, kalimat, alinea, perumpamaan, gaya bahasa. Umumnya disebut bentuk formal.

  4. 2. Tingkat vegetatif: tingkatan seperti tumbuh-tumbuhan, seperti pohon mengeluarkan bunga, mengeluarkan daun muda, gugur daun, meranggas. Pergantian itu menimbulkan berbagai suasana. Dalam sastra: suasana yang ditimbulkan oleh rangkaian kata-kata itu: senang, sedih, marah, khusuk, dan sebagainya.

  5. 3. Tingkat animal: sudah ada nafsu jasmaniah. Di dalam karya sastra berupa nafsu-nafsu naluriah, seperti hasrat untuk makan, minum, nafsu seksual, hasrat untuk membunuh.

  6. 4. Tingkat human: tingkatan jiwa yang hanya dapat dicapai oleh manusia, berupa perasaan belas kasihan, dapat membedakan baik-buruk, saling membantu, dan lain-lain. Di dalam karya sastra berupa renungan-renungan batin, konflik kejiwaan, rasa simpati, kasihan, renungan moral.

  7. 5. Tingkat religius atau filosofis: tingkat kejiwaan yang tertinggi. Tingkat ini tidak dialami oleh manusia sehari-hari, hanya dialami bila merenungkan hakikat hidup, berdoa. Di dalam sastra berupa renungan batin, hakikat hidup, hubungan manusia-Tuhan, pengalaman mistik, renungan filosofis.

More Related