1 / 16

TEKNIK POLLING DAN OPINI PUBLIK Pertemuan 9

TEKNIK POLLING DAN OPINI PUBLIK Pertemuan 9. Matakuliah : O0222 - Opini Publik Tahun : 2009. Tujuan. Mahasiswa dapat menghubungkan pengaruh opini publik dengan penentuan kemenangan dalam voting politik. Materi. Pengertian Voting Sistem Voting Konvensional Indonesia Ideologi dan Opini

yama
Download Presentation

TEKNIK POLLING DAN OPINI PUBLIK Pertemuan 9

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. TEKNIK POLLING DAN OPINI PUBLIKPertemuan 9 Matakuliah : O0222 - Opini Publik Tahun : 2009

  2. Tujuan Mahasiswa dapat menghubungkan pengaruh opini publik dengan penentuan kemenangan dalam voting politik

  3. Materi • Pengertian Voting • Sistem Voting Konvensional Indonesia • Ideologi dan Opini • Partisan dan Opini

  4. Pengertian Voting • Voting telah menjadi salah satu metode untuk mengambil keputusan penting dalam kehidupan manusia. voting digunakan mulai dari tingkat masyarakat terkecil, yaitu keluarga, sampai dengan sebuah negara. • Voting digunakan untuk menghimpun aspirasi dari seluruh elemen masyarakat, dan kemudian menemukan jalan keluar yang dianggap paling baik untuk menyelesaikan permasalahan.

  5. Dalam negara yang menganut sistem politik demokrasi,voting digunakan untuk mengambil keputusan negara yang sangat krusial, antara lain adalah untuk memilih wakil-wakil rakyat, atau untuk memilih pemimpin negara yang baru. Akan tetapi, tidak seluruh warga negara dapat memberikan suara mereka dalam voting. Terdapat beberapa persyaratanyang harus dipenuhi oleh warga negara tersebut untuk mendapatkan haknya, dan negara wajib untuk melindungi warganegara tersebut dalam memberikan suaranya. Oleh karena itu, voting membutuhkan prosedur pelaksanaan yang dapatmenjamin kerahasiaan dan keabsahan dari hasil pelaksanaan voting tersebut.

  6. Sistem Voting Konvensional Indonesia • Secara garis besar, voting dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu pendaftaran parapemilih, pemungutan suara dan penghitungan hasil. Dalamsistem voting standar, pada masing-masing tahapan masihmenggunakan proses manual dengan menggunakan banyaktenaga manusia dalam melaksanakan tahapan-tahapan terse-but. • Dalam pelaksanaan voting, sering terjadi kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh human error, atau dise-babkan karena sistem pendukung pelaksanaan voting yangtidak berjalan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan voting di Indonesia selama ini:

  7. Banyak terjadi kesalahan dalam proses pendaftaran pe-milih. Kesalahan ini terjadi karena sistem kependuduk-an yang masih belum berjalan dengan baik. • Pemilih salah dalam memberi tanda pada kertas suara,karena ketentuan keabsahan penandaan yang kurang je-las, sehingga banyak kartu suara yang dinyatakan tidak sah. • Proses pengumpulan kartu suara yang berjalan lambat,karena perbedaan kecepatan pelaksanaan pemungutansuara di masing-masing daerah. • Proses penghitungan suara yang dilakukan di setiap da-erah berjalan lambat karena proses tersebut harus me-nunggu semua kartu suara terkumpul terlebih dahulu

  8. 5. Keterlambatan dalam proses tabulasi hasil penghitung-an suara dari daerah. Kendala utama dari proses tabu-lasi ini adalah kurangnya variasi metode pengumpulanhasil penghitungan suara. Hal ini disebabkan oleh ma-sih lemahnya infrastruktur teknologi komunikasi di da-erah. Oleh karena itu, seringkali pusat tabulasi harusmenunggu data penghitungan yang dikirimkan dari da-erah dalam jangka waktu yang 6. Permasalahan yang terpenting adalah kurang terjamin-nya kerahasiaan dari pilihan yang dibuat oleh seseo-rang. Banyak pemilih mengalami tekanan dan ancamandari pihak tertentu untuk memberikan suara mereka ke-pada pihak tertentu. Lebih buruk lagi, terjadi “jual-belisuara“ di kalangan masyarakat tertentu, sehingga ha-sil voting tidak mewakili kepentingan seluruh golonganmasyarakat.lama.

  9. Opini dan Voting • Apa yang membuat seseorang memilih (vote) kandidat sebagai presiden? Kebanyakan memiliki pendapat yang berbeda. Akan tetapi Sobel dan Shiraev (2006) menyebutkan bahwa kebanyakan pemilih memilih berdasarkan isu yang diangkat oleh kandidat, favoritism, atau justru kebencian terhadap kandidat lawan. • Dalam menentukan opini mereka tentang seorang kandidat, seorang individu memiliki proses yang kompleks dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. • Dalam buku People and Their Opinions, Sobel dan Shiraev membagi dua hal yang mempengaruhi individu dalam melakukan voting yaitu Ideologi dan Partisan.

  10. Ideologi dan Opini • Ideologi dimengerti sebagai suatu susunan ide yang komprehensif tentang masyarakat, dalam kerangka waktu di masa lalu, masa sekarang dan masa depan yang mempengaruhi opini dan kepentingan politik seseorang. • Ideologi memiliki beberapa dimensi termasuk pandangan terhadap lingkup, sumber dan perubahan sosial, perilaku terhadap hak-hak kepemilikan dan hak-hak asasi manusia. • Secara umum, Sobel dan Shiraev membagi ideologi menjadi 3 yaitu liberal, moderat, dan konservatif (radical dan reaksioner).

  11. Ideologi Radikal, merefleksikan kritik fundamental terhadap masyarakat, pemerintah, institusi dan kebijakan-kebijkan modern. • Ideologi Liberal memiliki pandangan yang lebih terbuka dan modern terhadap berbagai isu. Individu yang memiliki ideologi ini mampu menaruh kepercayaannya terhadap pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, ideologi ini juga sangat menekankan kepentingan hak asasi individu. • Ideologi Konservatif pada dasarnya tidak menyukai perubahan. Walaupun perlu, perubahan tersebut harus berjalan lambat dan konsisten.

  12. Ideologi moderat di sisi lain, berada ditengah antara konservatif dan liberal. Penganut ideologi ini melihat suatu masalah dalam berbagai perspective dan cenderung mempertimbangkan keuntungan dari berbagai sisi mengenai suatu isu terutama isu sosial. • Semua ideologi ini sangat mempengaruhi opini seseorang terhadap suatu isu bahkan ketika individu tersebut melakukan voting.

  13. Partisan dan Opini • Perilaku voting seorang individu terkadang tidak terpengaruh oleh ideologi-nya, akan tetapi berpegang kepada kesetia-annya pada suatu partai. Menurut Belknap and Campbell yang dikutip oleh Sobel, penduduk terkadang tidak tertarik dan tidak familiar terhadap isu-isu politik, akan tetapi mereka mengidentifikasi dirinya dengan sebuah partai politi. Individu yang memiliki pandangan demikian disebut partisan. • Kenapa seorang individu membangun kedekatan dan terikat dengan sebuah partai politik? Miller dan Shank (1996) membagi-nya ke dalam 3 pandangan :

  14. Identitas. Seorang partisan akan terikat pada sebuah partai politik apabila ia merasa memiliki identitas yang sama sejak mereka lahir. Identitas yang dimaksud dapat berupa agama, ras, gender, suku, atau bahkan karakteristik psikologis-nya. • Pilihan Rasional. Beberapa orang menjadi pengikut setia partai sejak mereka dilahirkan karena tradisi keluarga. Akan tetapi, banyak individu yang menjadi partisan karena pilihan rasional mereka. Artinya, mereka memilih mendukung suatu partai karena partai tersebut mampu memberikan keuntungan terbanyak dalam kehidupan mereka contohnya dalam isu mengenai pendidikan, pajak, dan kebijakan imigrasi. Partisan yang memiliki latar belakang seperti ini, cenderung temporer dan berubah seiring dengan perkembangan isu.

  15. Pemilihan Identitas atas Dasar Alasan Tertentu (Identity Based on Reasoning). Pandangan yang ketiga ini mengkombinasi-kan dua pandangan sebelumnya. Dimana seorang individu dianggap menjadi partisan karena proses yang panjang. Seorang individu membentuk keyakinan politik mereka sejak kecil lalu mengembangkannya seiring dengan waktu dan informasi-informasi baru. Partisan yang muncul dari pandangan ini sangat peduli tentang suatu isu, tetapi tidak mengesampingkan identitas dan image yang terdapat pada sebuah partai.

More Related