1 / 64

Oleh : Ipang Djunarko Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

PERKEMBANGAN KEILMUAN FARMASI KOMUNITAS DALAM MENGHASILKAN LULUSAN YANG KOMPETEN DAN BERDAYA SAING TINGGI. Oleh : Ipang Djunarko Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Universitas Widya Mandala Surabaya, 10 Juni 2014. Outline.

vera
Download Presentation

Oleh : Ipang Djunarko Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PERKEMBANGAN KEILMUAN FARMASI KOMUNITASDALAM MENGHASILKAN LULUSAN YANG KOMPETEN DAN BERDAYA SAING TINGGI Oleh : IpangDjunarko FakultasFarmasi UniversitasSanata Dharma UniversitasWidyaMandala Surabaya, 10 Juni 2014

  2. Outline 1. PerkembanganCommunity Pharmacydiluarnegeridandi Indonesia. 2. PerkembanganFarmasiKomunitassejalandengankebijakan-kebijakan yang ada (KKNI, HPEQ, organisasiprofesi) untukaplikasi program S1 FarmasidanApoteker 3. AplikasidanPenterjemahandalamKurikulumS1 FarmasidanApotekersecaraumumdi Indonesia 4. AplikasidanPenterjemahandalamKurikulumS1 FarmasidanApotekerdiSanata Dharma

  3. PerkembanganCommunity PharmacydiLuarNegeridandi Indonesia Awalnyaprofesifarmasidikatakansebagai : seni (arts) danpengetahuan (science). Tertulisdalam “Scoville’s The Art of Compounding “ (SeniMeracikObat), dan “Recepteerkunde” (IlmuResep) karangan van Duin, dan van derWielen (pertengahanabad ke-20).

  4. Perkembanganfarmasisangatdipengaruhiolehperkembanganorientasidibidangkesehatan.Perkembanganfarmasisangatdipengaruhiolehperkembanganorientasidibidangkesehatan. “World Health Organization” (WHO) tahun 80-an mencanangkansemboyan“Health for All by the year 2000”, yang merupakantujuansekaligusprosesmelibatkanseluruhnegarauntukmeningkatkanderajatkesehatanmasyarakatnya, suatuderajatkesehatan yang memungkinkanseluruhanggotamasyarakatmemperolehkehidupan yang produktifsecarasosialmaupunekonomis.

  5. “Health for All by the year 2000”, dirumuskanmelaluisuatukonsepbernama“Primary Health Care” dalamkonperensiinternasionaldi Alma Atta 1978, sehinggakonsepitudikenaldengannamaDeklarasi Alma Atta. Deklarasiinimerupakankuncidalampencapaiantujuanpengembangansosio-ekonomimasyarakatdengansemangatpersamaanhakdankeadilansosial.

  6. Perkembanganterakhirpengembangandibidangkesehatanpadamileniumbaruiniialahkonsep “ParadigmaSehat”. Paradigmasehat, bukanparadigmasakit, berorientasipadabagaimanamempertahankankeadaansehat, bukanmenekankanpadamanusiasakit yang sudahmenjaditugasrutinbidangkesehatan. Jadijelasperkembanganfarmasi yang menjadibagiandaribidangkesehatan, jugaharusmengikutiperkembangan yang terjadidibidangkesehatan.

  7. The American Society of Colleges of Pharmacy (AACP) mendefinisikanfarmasisebagai : ”suatusistempengetahuan (knowledge system) yang merupakanbagiandaripelayanankesehatan (health service)”

  8. Dari kajianfilsafatFarmasisebagaiProfesi : bahwadisampingsebagaiIlmuatauSains, Farmasimeliputi pula pelayananobatsecaraprofesional. Menurut Schein, F.H. (Gennaro, 1990) : …The profession are a set of occupation that have developed a very special set or norms deriving from their special role in society .

  9. Menurut Hughes, E.C. (Gennaro, 1990) : …..Profesion profess to know better than other the nature of certain matters, and to know better than their clients what ails them or their affairs. Definisiinimenggambarkansuatuhubunganpelayananantar-manusia, sehinggatidaksemuapekerjaanataukeahliandapatdikategorikansebagaiprofesi.

  10. Pharmaceutical Care? Dimensi baru pelayanan kefarmasian yang berkembang dari “product oriented” ke “patient oriented” menuntut kesiapan tenaga kefarmasian untuk menjamin ketersediaan sediaan farmasi yang bermutu tinggi dan mampu melaksanakan pelayanan kefarmasian secara komprehensif yaitu “pharmaceutical care”. Pharmaceutical care umum didefinisikan sebagai “the responsible provision of pharmacotherapy for the purpose of achieving definite outcomes that improve or maintain a patient’s quality of life”.

  11. we are products oriented DOSAGE FORM (drug delivery system) and PHARMACOTHERAPY APOTEKER design, formulation and manufacture patients oriented MORE FOCUS TO pharmaceutical care/services

  12. PROGRAM PENDIDIKAN APOTEKER APOTEKER PRAKTEK PROFESI TENAGA KESEHATAN TIDAK PRAKTEK namun • BEKERJA KARENA GELAR ATAU KEAKHLIANNNYA DI: • INDUSTRI • DISTRIBUSI • PENDIDIKAN • PEMERINTAHAN • LABORATORIUM • LEMBAGA RISET REGISTRASI – IJIN PRAKTEK • TEMPAT PRAKTEK: • APOTEK • PUSKESMAS • HEALTH CARE CENTER • CLINICS • RUMAH SAKIT SISTEM KESEHATAN NASIONAL

  13. The Role of the Pharmacist in Health Care System (Community Pharmacy) Community pharmacists are the health professionals most accessible to the public. They supply medicines in accordance with a prescription or, when legally permitted, sell them without a prescription. In addition to ensuring an accurate supply of appropriate products, their professional activities also cover counselling of patients at the time of dispensing of prescription and non-prescription drugs, drug information to health professionals, patients and the general public, and participation in health-promotion programmes. They maintain links with other health professionals in primary health care.

  14. The Role of the Pharmacist in Health Care System (Community Pharmacy) Today, an increasingly wide range of new and analogous products are used in medicine, including high-technology biological products and radio-pharmaceuticals. There is also the heterogeneous group of medical devices, which includes some products analogous to medicines, some of which demand special knowledge with regard to their uses and risks (e.g., dressings, wound management products, etc.). Pharmacists have progressively undertaken the additional task of ensuring the quality of the products they supply.

  15. The Role of the Pharmacist in Health Care System (Community Pharmacy) The main activities of community pharmacists are described below. • Processing of prescriptions • Care of patients or clinical pharmacy • Monitoring of drug utilization • Extemporaneous preparation and small-scale manufacture of medicines • Traditional and alternative medicines • In some countries, pharmacists supply traditional medicines and dispense homoeopathic prescriptions. • Responding to symptoms of minor ailments • Informing health care professionals and the public • Health promotion • Domiciliary services • Agricultural and veterinary practice • Pharmacists supply animal medicines and medicated animal feeds

  16. PerkembanganFarmasiKomunitassejalandengankebijakan-kebijakan yang ada (KKNI, HPEQ, OrganisasiProfesi) untukaplikasi Program S1 FarmasidanApoteker

  17. permasalahan Educators Stakeholders Competencies Qualifications Learning Outcomes Professional Standards

  18. U.U No 36 Tahun 2009; P.P No 51 Tahun 2009 • UU No 12 Tahun 2012; PP No 32 Tahun 2013 Revisi kurikulum Global Competency etc • Standar Kompetensi • KKNI

  19. Kerangka berfikir Curriculum “Learning Outcomes (LO)” Standar Kompetensi Lulusan: kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (PP No 32 Tahun 2013)

  20. ACUan/Benchmark • KKNI (Per. Pres. No 8 Tahun 2012) • Five Pillars for Learning (UNESCO, 2009) • The Seven Star of Pharmacist (WHO-FIP, 1997) • A Global Competency Framework (FIP, 2010) • Standar Kompetensi (IAI, Australia, Singapore - 2010) • Model Kompetensi Miller

  21. Curriculum • Hardskill • Softskill Cognitive COMPETENCIES Psycho motoric Vary/ Personal Affective Similar/ uniform

  22. Prinsip Pengembangan Kurikulum • Mengacu kepada tujuan pendidikan • Menerapkan pola terintegrasi horisontal dan vertikal, berbasis kompetensi lulusan • Strategi: pembelajaran aktif & berpusat kepada peserta didik dengan muatan materi yang berujung pada pencapaian kompetensi apoteker • Standar kurikulum 70-85% dari total kurikulum PS • Pembelajaran praktik profesi 60% dari total muatan kurikulum pendidikan profesi

  23. Model Pendidikan Akademik & Profesi Terintegrasi Muatan Pembelajaran Domain Profesi Domain Akademik Tahun

  24. Pencapaian kompetensi Piramida Miller

  25. Pengembangan kompetensi lulusan pendidikan farmasi mengacu pada empat pilar pembelajaran dari UNESCO : Pilar pertama “Learning to know”, (knowledge, cognitive). Pilar kedua “Learning to do”, (practice, psychomotoric, attitudes). Padaperkembangannya “learning to do” bergeser dari ketrampilan (skill) menuju kompeten (competence). Pilar ketiga “Learning to life together”, (team work, collaboration, growing interdependence). Pilar keempat “Learning to be”, (experience, affective, attitude, behavior).

  26. Tahun 2009 UNESCO3 dalam konteks Education for Sustainaible Development (ESD) menambahkan pilar kelima “Learning to transform one-self and society”, mengacu pada pengembangan kepribadian serta kepedulian pada lingkungan dan masyarakat melalui penguasaan pengetahuan, nilai-nilai (values), dan ketrampilan mentransformasi kebiasaan, perilaku dan gaya hidup yang berorientasi pada pengembangan berkelanjutan.

  27. FIP (2010) merekomendasikan “A Global Competency Framework” sebagai pedoman pelayanan kefarmasian Empat area kompetensi yang dibutuhkandalampraktekkefarmasian yaitu: • Pharmaceutical Care Competencies, berfokus pada kesehatan pasien; • Public Health Competencies, berfokus pada kesehatan masyarakat (populasi); • Organisation and Management Competencies, berfokus pada sistem; dan • Professional/Personal Competencies, berfokus pada kemampuan praktik.

  28. PerbedaanMasaPendidikanFarmasis

  29. KOMPETENSI LULUSAN (LEARNING OUTCOMES) PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

  30. Learning Outcomes-KKNI Level 6 Sarjana Level 7 Apoteker 1. Mampu merencanakan dan mengelola sumber daya di bawah tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi. 1. Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.

  31. Learning Outcomes-KKNI Level 6 Sarjana Level 7 Apoteker 2. Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan monodisipliner. 2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.

  32. Learning Outcomes-KKNI Level 6 Sarjana Level 7 Apoteker 3. Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas pencapaian hasil kerja organisasi. Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok. 4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.

  33. Global Competency Framework Scientific Knowledge Pharmaceutical Public Health Competencies Pharmaceutical Care Competencies Patient Focus Population Focus Practice Focus System Focus Professional/Personal Competencies Organisation & Management Competencies Management Knowledge

  34. AplikasidanPenterjemahandalamKurikulum S1 FarmasidanApotekersecaraumumdi Indonesia MODEL KURIKULUM • Kurikulum pendidikan sarjana farmasi dan pendidikan profesi apoteker dikembangkan menggunakan model kurikulum berbasis kompetensi(outcome-based), dengan pendekatan terintegrasi horizontal maupun vertikal, berorientasi pada penyelesaian masalah-masalah terkait keamanan dan keberhasilan penggunaan obat dalam pelayanan kesehatan primer pada tingkat individu dan masyarakat. • Kurikulum dilaksanakan dengan pendekatan/strategi pembelajaran terpusat kepada peserta didik (student-centered learning).

  35. STRUKTUR DAN DURASI KURIKULUM • Struktur kurikulum terbagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu: (1) tahap pendidikan sarjana farmasi, dan (2) tahap pendidikan profesi apoteker. • Tahap pendidikan sarjana farmasi dirancang dengan beban minimal 144 sks dilaksanakan dalam waktu 8 (delapan) semester, sedangkan tahap pendidikan profesi apoteker dirancang dengan beban minimal 36 sks dilaksanakan dalam waktu 2 (dua) semester.

  36. MUATAN KURIKULUM • Muatan kurikulum terdiri dari: (a) muatan wajib, (b) muatan kurikulum inti, (c) muatan kurikulum lokal. • Muatan kurikulum inti disusun mengacu pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan secara nasional (APTFI), sedangkan muatan kurikulum lokal disesuaikan dengan visi, misi, dan kondisi di masing-masing institusi (PTF). • Muatan kurikulum inti merupakan materi wajb bagi semua mahasiswa, sedangkan muatan kurikulum lokal dapat berupa materi wajb dan/atau materi pilihan/elektif. Muatan materi pilihan memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan minat khusus secara individual.

  37. CakupanMuatanKurikulumInti 1. Prinsip-prinsip metode ilmiah: filsafat ilmu, metodologi penelitian, statistik/biostatistik, berpikir kritis, penelusuran informasi. 2. Muatan materi ilmu dasar: matematika, fisika, kimia umum, kimia organik, kimia fisika, kimia analisis. 3. Muatan materi ilmu dasar biomedik: biologi sel/molekular, anatomi dan fisiologi manusia, biokimia, imunologi, mikrobiologi, patofisiologi, farmakologi-toksikologi. 4. Muatan materi ilmu kefarmasian: botani farmasi, farmakognosi dan obat-obat alternatif, fitokimia, bioteknologi, analisis sediaan farmasi, farmasi fisika, biofarmasi, farmako-kinetik, kimia medisinal, formulasi dan teknologi sediaan farmasi. 5. Muatan materi farmasi klinik: farmakoterapi, farmakologi klinik, farmakokinetik klinik, farmasi klinik, evidence-base medicine, drug related problem (DRP), farmacovigilance. 6. Muatan materi farmasi komunitas/sosial/administratif: dispensing, compounding, farmasi komunitas (pharmacy practice), farmakoekonomi, farmakoepidemiologi, farmasi sosial, undang-undang dan etik kefarmasian, teknik komunikasi, manajemen, akuntansi. 7. Muatan materi farmasi industri (industrial pharmacy).

  38. KERANGKA KURIKULUM PENDIDIKAN SARJANA FARMASI

  39. KERANGKA KURIKULUM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

  40. CiriKhasKurikulumPendidikanProfesiApoteker Berbeda dengan muatan kurikulum pendidikan sarjana farmasi, muatan kurikulum pendidikan profesi apoteker berfokus pada penguasaan kemampuan untuk melakukan praktik profesi (shows how). Penyampaian muatan kurikulum pendidikan profesi apoteker diberikan dalam bentuk studi kasus, penyelesaian masalah, tugas/proyek, dan pembelajaran langsung di sarana praktik profesi dengan bimbingan para praktisi sebagai preseptor (PKP). Proporsi aktivitas pembelajaran di sarana praktik profesi (PKP) sekurang-kurangnya 60% dari total muatan kurikulum.

  41. Z

  42. KOMPETENSI LULUSAN (LEARNING OUTCOMES)

  43. AplikasidanPenterjemahandalamKurikulum S1 FarmasidiUniversitasSanata Dharma ProfilLulusan : SarjanaFarmasi yang mampuberperansebagaipengelola, peneliti, pendidik, danpenciptalapangankerja, yang memilikikarakterkreatifdaninovatif, berdayasaingdanpeduli, demimewujudkanmasyarakat yang semakinbermartabat

  44. KompetensiUtama Mampumenerapkan quality by designdanmanajemenrisikodalamaspekformulasidandistribusisediaanfarmasisertapraktikkefarmasian yang berorientasipadakeselamatanpasien. Mampumengidentifikasi, mencegah, danmembantupenyelesaianmasalah yang berhubungandengankesehatan

  45. KompetensiPendukung : Mampubertindakdenganmengedepankanintegritas, etik, moral, komunikasi, suarahatidankepeduliansosial KompetensiLainnya : Mampumenjaminmutu,manfaatdankeamananprodukmakanandanminuman Mampumemberikaninformasi yang tepat yang berkaitandenganalatkesehatan

  46. SubstansiBahanKajian 1. Sediaanfarmasi 2. Khasiatdankeamanan 3. Penjaminanmutusediaanfarmasi 4. Farmasisosial 5. Pharmaceutical care 6. Rancanganpenelitian 7. ManajemendanEntrepreneurship 8. Religiusitas, moral, etik, danregulasi 9. FilsafatIlmuPengetahuan 10. Kebangsaan 11. Bahasa

  47. KompetensiTahun I • Menguasaikonsepdasar yang menunjangpemahamanilmukefarmasiandanmemahamiketerkaitanantarilmupenunjangpemahamanpengetahuantersebut. • Mampumengembangkankonsepdiriterkaitreligiusitas, moral, kebangsaan, etik, danpenerapanregulasi

  48. MatakuliahTahun I Semester I Semeste II • AnatomiFisiologiManusia/P • Mikrobiologi/P • FarmasiFisika/P • Kimia Organik II/P • Kewarganegaraan • Teologi Moral/Filsafat Moral • Etikadan per-UU Kimia Dasar/P Kimia Organik I BiologiSeldanmolekuler BotaniFarmasi/P BentukSediaanFarmasi/P Pendidikan Agama PendidikanPancasila

  49. KompetensiTahun II Mampumemahamifilosofiilmupengetahuan Menguasaiilmudanketrampilan yang membekalimahasiswauntukmerancangmutudalamsetiappekerjaankefarmasian Minat FKK: Menguasaiteknikkomunikasikefarmasian

More Related