1 / 39

PERSPEKTIF GLOBAL (UNU 213)

PERSPEKTIF GLOBAL (UNU 213). Drs. Argo Pambudi, M.Si. Pokok Bahasan :. Hakekat & konsepsi perspektif global Hakekat & definisi Dimensi, manfaat dan tujuan mempelajari sesuatu dengan perspektif global Perspektif global & kerterkaitannya dengan bidang (ilmu) lain

valmai
Download Presentation

PERSPEKTIF GLOBAL (UNU 213)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PERSPEKTIF GLOBAL(UNU 213) Drs. Argo Pambudi, M.Si

  2. Pokok Bahasan : • Hakekat & konsepsi perspektif global • Hakekat & definisi • Dimensi, manfaat dan tujuan mempelajari sesuatu dengan perspektif global • Perspektif global & kerterkaitannya dengan bidang (ilmu) lain • Geografi  geo-strategi – strategi global, geo-politik – hubungan internasional, dsb. • Sejarah, Sosiologi dan Antropologi • Ekonomi, Politik  Imperialism, kapitalisme global • IPTEK, khususnya Teknologi Infomasi & Komunikasi. • Arti pentingnya wawasan ber-perspektif global • Isu-isu dan problema pembangunan global

  3. Daftar Pustaka : Budiman, Arief (1995), Teori Pembangunan Dunia Ketiga., PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Capron, H.L. (2000), Computers, Tools for an Information Age., Sixth edition, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey, 07458 Laudon, Kenneth C. and Jane P. Laudon (2000), Management Information System. Sixth Edition, The Dryden Press, Orlando FL _____________ (1991), Business Information System, A Problem-Solving Approach., The Dryden Press, Orlando FL. Mujiran, Paulus (2006), Imperialisme Budaya : Globalisasi Pornografi., Kompas, 18/02/2006, Hal. 14. Kuncoro, Mudrajad (1996), Manajemen Keuangan Internasioanal, Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global., Penerbit BPFE, Yogyakarta. Kwik Kian Gie (2006), Blok Cepu dan Bangsa Mandiri., Kompas, 23/02/2006, Hal. 6. Kwik Kian Gie (2006), Pikiran yang Terkorupsi., Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Kwik Kian Gie (2006), Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar., Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Mas’oed, M. Mochtar, (2002), Tantangan Internasional dan Keterbatasan Nasional : Analisis Ekonomi-Politik tentang Globalisasi Neo-Liberal., Pidato Pengukuhan Guru Besar pada FISIPOL Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 19 Oktober 2002. Sritua Arief & Adi Sasono (1984), Ketergantugan dan Keterbelakang-an., Penerbit Sinar Harapan, Jakarta.

  4. Hakekat dan Konsepsi Perspektif Global : (1) • Global  Sifat gejala yang men-”dunia”. • Globalisasi  Proses menuju terbentuknya sifat, kejadian, keputusan, kebijakan, dsb yang bersifat global. • Isu global  Masalah, kejadian, kegiatan, sikap cosmopolite, dsb yang berpengaruh ke seluruh dunia (internasional) • Ciri-ciri globalisasi : Masyarakat terbuka, liberal, pasar bebas, persaingan bebas (kompetisi), demokrasi berkembang. • Perspektif global : Pandangan yang timbul dari kesadaran bahwa dalam hidup dan kehidupan ini selalu berkaitan dengan isu global. Orang sudah tidak memungkinkan lagi bisa mengisolasi diri. Ia adalah warga dunia, bagian dari dunia. Oleh karena itu harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia.

  5. Hakekat dan Konsepsi Perspektif Global :(2) • Tujuan Umum pengetahuan tentang Perspektif global adalah : • Menghindarkan diri dari cara berfikir sempit, terkotak oleh batas-batas subyektif, misalnya : Perbedaan warna kulit, ras, SARA, nasionalisme yang sempit, nasionalisme yang berlebihan, right or wrong is my country, dsb. • Tidak mudah menggeneralisasi suatu kejadian. Lebih bijaksana dalam “menafsirkan suatu kejadian”. Contoh : Kasus kartun Nabi Muhammad SAW di media Denmark Jyllands Posten (2006)  menimbulkan reaksi pembakaran bendera Denmark. Pada bendera itu ada gambar salib  Isu berubah/berkembang ke pertentangan antar agama (Islam vs Kristen). • Tujuan Khusus :  Tugas Mahasiswa • Kaitannya dengan misi mahasiswa sebagai calon pendidik • Kaitannya dengan kurikulum ADP

  6. Latar belakang, ciri & dampak globalisasi : (1) • Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi berpengaruh pada : • Proses/aktivitas ekonomi masyarakat (domestik maupun internasional). • Opini masyarakat (domestik maupun internasional) menjadi lebih dinamis. • Berkembangnya sifat kosmopolitan masyarakat (via media komunikasi). • Kebijakan sosial & politik pemerintah (domestik) harus mempertimbangkan aspek hubungan internasional (dampak/reaksi LN terhadap DN). • Hukum ekonomi (the invisible hand) semakin besar peranannya dibanding peranan hukum negara  • Mekanisme pasar semakin berperan daripada proses administrasi. • Sistem ekonomi mengarah ke keterbukaan, ekspansi kapitalisme internasional. • “Hilangnya batas-batas” negara untuk aktivitas ekonomi. Transaksi ekonomi tidak lagi dibatasi peraturan pemerintah, contoh : pembelian dengan US $ di Indonesia tidak bisa dilarang oleh pemerintah. Munculnya komunitas/assosiasi/organisasi internasional & kerjasama multilateral semacam MEE, OKI, OPEC, mata uang Euro, pembebasan visa, dsb. Pemerintah cenderung melepas urusan-urusan domestik masyarakatnya itu (debirokratisasi)

  7. Latar belakang dan ciri globalisasi (2) • Keunggulan komparatif antar kawasan mendorong diterapkannya teori pembagaian kerja internasional secara konsisten. Kalau tidak, akan muncul masalah di dalam negeri. • Hubungan struktural yang cenderung tidak adil & gagal menciptakan kesejahteraan masyarakat secara merata. Bentuknya : • Interdependensi asimetris antar negara, antar kawasan, antara negara-negara di utara dan selatan, antara negara kaya & negara miskin, antara negara maju (industri) & negara terbelakang (peng-ekspor bahan mentah), dsb. • Semakin kuatnya isu keterbelakangan di dunia ke 3 karena faktor struktural tersebut dan faktor struktur sosial di dalam negeri. Sehingga tesis lengkapnya menjadi “Ketergantungan dan keterbelakangan”.

  8. Latar Belakang dan ciri globalisasi (3) Efisiensi vs Ketidakadilan • Terjadinya peningkatan efisiensi yang dahsyat karena pemanfaatan teknologi informasi & komunikasi ber-skala global (kecepatan, kapasitas dan kecanggihan feature)  di satu sisi menimbulkan dampak positif, di sisi lain berdampak negatif berupa persaingan antara industri padat modal vs padat karya, padat teknologi vs kebutuhan akan teknologi sederhana, dsb. Contoh : Kasus HK di PT Gudang Garam, penurunan manfaat Kartu Pos, tukang pos dan semacamnya tidak laku lagi. Kebijakan pemerintah menghadapi risiko lebih besar  Mendukung investasi tetapi tidak populer di mata rakyat kecil. Contoh : Kebijakan Upah Minimum, pembebasan tanah untuk industri, RUU Ketenagakerjaan (2006) yang banyak diprotes, dsb. • Peningkatan efisiensi tsb mensyaratkan dukungan tatanan organisasi & manajemen (sektor publik/negara maupun privat/swasta)  mengarah ke skala global. Di negara-negara terbelakang tatanan organisasi ini kebanyakan tidak mampu mengimbanginya. Pemerintah (aparat) & masyarakat di negara sedang berkembang belum siap. Contoh : Kasus Perlindungan HAKI. Meski sudah ada UU namun masyarakat & aparatnya belum siap melaksanakannya. Mengapa ini bisa terjadi ? Cultural schock.

  9. Mendadak Latar Belakang dan ciri globalisasi (4) • Cultural schock  kejutan budaya yang mempengaruhi pola pikir & peradaban masyarakat secara tiba-tiba (mendadak). • Meliputi : • Pemanfaatan teknologi import. • Manual  Automatic • Kapasitas produksi yang kecil  besar • Skala kecil  skala besar • Perluasan pasar : Domestik  Internasional Akibatnya : • Biaya operasi perusahaan bisa ditekan – a.l. biaya transportasi, biaya ekspedisi, dokumentasi, dsb. • Kebutuhan perusahaan berubah & berkembang : • Padat karya  Padat modal • Teknologi sederhana  teknologi tinggi Fenomena ini mensyaratkan struktur organisasi yang jauh lebih efisien. Kebutuhan SDM meningkat secara kualitatif, namun menurun drastis secara kuantitatif.  PHK meningkat  muncul ledakan pengangguran  Muncul kebutuhan akan outsourcing (mencari TK dari LN, kebanyakan dengan sistem kontrak). Indonesia butuh tenaga ahli dari LN, sedang Malaysia butuh TK kasar dari LN terutama dari Indonesia  muncul masalah domestik & regional.

  10. Latar Belakang dan ciri globalisasi (4) • Muncul peningkatan kecepatan, kualitas, kuantitas, serta lingkup & jangkauan pelayanan(service) pada konsumen & mitra kerja yang amat drastis. Oleh karena itu muncul pula kebutuhan ekspansi perusahaan. Contoh : Pelayanan Bank  mengarah ke layanan secara online, kepada MNC, perusahaan besar/ekspor-import. Layanan domestik – yang kurang menguntungkan a.l. UKM – terabaikan. • Ada peningkatan fleksibilitasorganisasi perusahaan : Small organization menjadi “besar” dalam bertindak, Big organization menjadi “kecil” dalam kebutuhan space, ramping dan gesit dalam bertindak. • Batas negara & kewenangannya tunduk pada kekuatan teknologi, tatanan ekonomi global, tatanan sosial & politik internasional. Transaksi ekonomi sudah tidak mungkin diatur lagi secara efektif oleh negara. Kebijakan pemerintah cenderung pro-pasar. (NR. Klas B, 13/03/2007) • Capital flight ke LN gampang sekali terjadi (= risiko yang senantiasa dihadapi kebijakan domestik pemerintah). Ketika kebijakan pemerintah tidak menguntungkan investor, maka kapital akan ditarik & dipindahkan ke LN yang lebih menguntungkan. Bentuk kebijakan yang tidak menguntungkan tsb misalnya : kebijakan pemerintah tentang PHK, UMR, infrastruktur industri yang tidak mendukung (kebijakan kenaikan TDL, BBM), fasilitas ekstra ekonomi yang buruk (perijinan yang berbelit, korupsi, fasilitas jalan raya yang buruk, telepon, tarif BM yang tinggi, dsb.). • Modal selalu bergerak ke arah mana yang lebih menguntungkan !

  11. Global Disorder & Global Instability : Mas’oed (2002) menguraikan : Persoalan yang muncul berkait dengan globalisasi ini adalah ketidakstabilan & ketidak-pastian ekonomi-politik (global disorderdan global instability) – paling tidak sejak tahun 1980-an. Terdapat 3 kekuatan yang menyebabkannya, yaitu : • Penciptaan & pengintegrasian ekonomi global di bawah hegemoni kapitalis. • Perubahan teknologi yang amat cepat • Konsentrasi kepemilikan uang dan kapital oleh si kaya dan si kuat. • Penciptaan ekonomi global (1) dan kemajuan teknologi (2) tidak mesti mendorong ketidak-stabilan. Tetapi ketika ke dua kekuatan itu digabung dengan konsentrasi kepemilikan kapital, hasilnya adalah instability dan disorder. Mengapa ? Karena berkaitan dengan “who get’s what”dan isu keadilan

  12. Kebutuhan eksport dan persaingan merebut pasar global Mengapa dan bagaimana bisa terjadi disorder & Instability ? • Adanya persaingan sengit & pertikaian dagang yang tidak sehat antar negara. Disebabkan oleh faktor : • “krisis over-produsksi” negara kapitalis, • Perluasan pasar global, • Peningkatan teknologi, • Konsentrasi kapital pada negara-negara tsb. • Pasar DN negara kapitalis jenuh, surplus barang di DN meningkat Kompetisi dan keunggulan kompetitif menjadi kata kunci dalam konteks ini  namun cenderung tidak sehat  a.l. Dumping, perang tarif, dsb.  merusak pasar global (merusak stabilitas harga, sistem produksi, pola konsumsi, dsb. di negara tujuan eksport). Berbeda dengan Indonesia. Eksport Indonesia didasari kebutuhan untuk mendapatkan devisa, bukan karena over-produksi

  13. Global Disorder & Global Instability : • Flexible Accumulation Dalam rangka memenangkan persaingan dengan cara meningkatkan efisiensi, MNC melakukan sourcing, yaitu mengkontrakkan pekerjaan kepada pengusaha mana saja di dunia yang bisa memasok komponen, sehingga perusahaan besar bisa mempertahankan fleksibilitas maksimum demi memperoleh komoditi dengan faktor produksi paling murah. Prinsipnya : “Buat apa membuat komponen sendiri kalau orang lain bisa memasok dengan harga lebih murah ?” Untuk memperoleh keuntungan tidak perlu secara langsung memiliki sarana produksi sendiri. Cukup men-sub-kontrakkan pembuatan barang & jasa (yang sebelumnya mereka produksi sendiri) ke perusahaan lain di LN. Mereka mem-PHK buruhnya di negaranya sendiri dan mengkontrakkan pekerjaannya di LN atau mempekerjakan perusahaannya di LN (tempat investasi asingnya berlangsung). – lihat ilustrasi berikut !

  14. Contoh : Produk Persepatuan (Produk setiap perusahaan Italia : Cita rasa Manufacturing Design tergantung pada keunggulan seni tinggi Company Company komparatif masing - masing lokasi) Indonesia : Buruh Murah dan banyak Desain & program dikirim via internet tersedia CORE COMPANY Di Jerman Pemasaran di USA dan Eropa : Daya beli Australia : masyarakat tinggi Produsen Kulit Berkualitas tinggi (Peternakan) Sales and Logistics Marketing Company Company Finance Company USA (Wallstreet Stock Exchange) Ilustrasi :Kemajuan Teknologi yang memungkinkan outsourcing untuk pencapaian fleksibilitas maksimum dlm rangka menghasilkan produk yang efisien sehingga kompetitif

  15. Global Disorder & Global Instability : Implikasinya : • Kalau ongkos produksi di suatu negara meningkat secara signifikan, maka mereka akan mencari mitra kontraktor di negara lain (capital flight). • Mereka dapat menghindar dari tanggung-jawab atas dampak buruk proses produksi barang dan jasa, a.l. kerusakan lingkungan hidup dan perburuhan. Alasannya : mereka tidak ikut berproduksi disitu, namun hanya membeli dari produsen lokal  secara formal tidak melanggar hukum, namun secara moral tidak etis. • Komoditifikasi Uang  Pergeseran fungsi uang dari alat pembayaran mejadi barang dagangan (komoditas). • Menanam modal disektor riil tidak banyak menjanjikan keuntungan. Oleh karena itu banyak keuntungan pemodal ditanam di sektor finansial (jual-beli mata uang dalam skala besar-besaran). Sektor finansial menjadi sektor yang paling menguntungkan & sekaligus paling spekulatif. Menimbulkan julukan casino capitalism (Strange. 1986). • Pasar uang dan kapital dipisahkan dari sektor riil yang produktif. Akibatnya : Tidak berdampak pada penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja. (Reg. Klas A, 20/03/2007)

  16. Global Disorder & Global Instability : Latar belakang munculnya gejalaKomoditifikasi Uang : • Defisit neraca pembayaran USA. Hal ini disebabkan oleh karena banyaknya Dollar AS yang dikirim ke LN untuk membiayai : • Belanja militer USA yang sangat besar sejak perang dingin 1940 • Biaya impor minyaknya yang melonjak tinggi akibat embargo minyak negara-negara di timur tengah sejak tahun 1973. • Dollar AS tsb tidak banyak yang kembali ke USA karena memang ekspornya waktu itu juga sedang mengalami penurunan. Uang dollar yang berkeliaran di LN itu kemudian mendorong munculnya pasar kapital internasional. Di hampir setiap negara didirikan bursa saham  Hal ini mendorong maraknya investasi portofolio (surat berharga). • Pasar inilah yang memberi pinjaman pada banyak perusahaan dan negara, termasuk negara-negara industri baru di Asia Timur pada tahun 1970-an. • Berbeda dengan investasi di sektor riil. Investasi portofolio tidak mesti untuk kegiatan produktif, dan bisa ditarik sewaktu-waktu. • Investor bisa untung sangat besar tanpa ada hubungannya dengan kenaikan produksi dan penciptaan lapangan kerja baru.

  17. Global Disorder & Global Instability :

  18. Dampak globalisasi Politik LN -- diplomasi • Lemahnya posisi & daya tawar Indonesia. Menjadikan Indonesia tidak memiliki banyak pilihan untuk lobi politik internasional. Diplomat tidak mampu melepaskan diri dari bayang-bayang negara adi-kuasa seperti AS. • Ketergantungan Indonesia menjalar ke segala bidang. Dari ketergantungan ekonomi saja menjalar ke bidang politik hingga ke pertahanan & keamanan. • Kemampuan diplomasi menjadi cenderung dipersepsikan tidak sungguh-sungguh, lemah & skeptis (ragu-ragu), tidak PD dalam membela kepentingan rakyat & negara. Baik dalam hubungan bilateral maupun multilateral antar bangsa. Pemerintah Indonesia dipersepsikan oleh rakyatnya sendiri belum menempatkan diri setara dengan negara lain. Cenderung kalah/mengalah dalam diplomasi memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Contoh : • Kasus Persetujuan Indonesia pada Resolusi DK PBB No. 1747 (Th. 2007) tentang Perluasan Sanksi Kepada Iran karena mengembangkan Energi Nuklir. Indonesia (harus) memihak ke AS dan sekutunya yang jelas-jelas menerapkan standar ganda. Indonesia tidak mendapat keuntungan apapun dari dukungan tsb, malah menuai banyak kritik dari dalam negeri. • Kasus Lepasnya Pulau Simpadan & Ligitan karena kalah berperkara di Mahkamah Internasional Belanda. Mengapa tidak diselesaikan secara bilateral atau dengan kekuatan militer ? (Seperti kasus Blok Ambalat 2006 & penangkalan kedatangan kapal Lusitania di Timtim)

  19. Kasus Blok Cepu  Mampu dikelola sendiri, mengapa harus diberikan ke Exxon Mobil. Menlu AS banyak berperan. • Embargo suku cadang militer AS kepada Indonesia karena kasus Timor Timur  Banyak senjata & pesawat terbang TNI tidak bisa beroperasi. Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa. • Embargo senjata, makanan, obat-obatan & alat kesehatan sebelum invasi AS ke Irak  menyebabkan banyak orang mati. • Di sisi lain, AS cenderung men-dikte negara lain dan lembaga internasional – seperti PBB, IMF dsb dalam menentukan kebijakannya.

  20. Kepentingan Ekonomi dan Diplomasi AS di Timur Tengah • Cadangan minyak terbesar dunia berada di Timur Tengah (mencapai 1/3 dari seluruh cadangan dunia). Ketergantungan AS pada impor minyak semakin besar disebabkan karena meningkatnya permintaan DN, sementara produksi domestiknya menurun. • Konsumsi minyak DN AS saat ini (2007) mencapai 20 juta barrel/hari. 55 %-nya harus diimpor. • AS tidak mau kehilangan pengaruhnya pada kawasan yang kaya akan sumber minyak tersebut.

  21. Dampak globalisasi Imperialisme Budaya Muncul semacam Imperialisme Budaya yang mengancam budaya dan kearifan lokal. Contoh : Fenomena/gejala globalisasi pornografi. Bagaimana memahami gejala ini dengan perspektif global ? • Rencana beredarnya majalah Playboy = merupakan suatu bentuk imperialisme budaya barat. Majalah itu simbol kapitalisme dan ekspresi kebebasan ala barat yang sangat kontradiktif dengan pandangan budaya lokal (masyarakat Indonesia) • Hampir tidak ada yang mampu membetengi globalisasi pornografi ini. Upaya pemerintah untuk melarang dengan UU justru banyak ditentang berbagai kelompok masyarakatnya sendiri (kel. perempuan, tokoh masyarakat Bali, kel. Seniman, dsb.) RUU APP ini terancam gagal. • Hebert Schiller (1995) : Kapitalisme telah berada pada di puncak sublimasinya – bentuknya yang halus – (advance capitalism), di mana modal tidak hanya diterjemahkan dalam dimensi ekonomi saja, namun juga nilai-nilai budaya (cultural capital). Kapitalisme barat ini tidak hanya menginvestasi modal dan infrastruktur fisik saja, namun sekaligus menanamkan nilai-nilai budaya/peradabannya untuk diterima bangsa lain, yaitu membuka lahan di kawasan lain agar produknya diterima bangsa lain. Muncul semacam intervensi kultural yang menimbulkan benturan-benturan peradaban. • Masyarakat akan hanyut dalam gelombang globalisasi tersebut & tidak memiliki identitas serta kepribadian sendiri.

  22. Dampak globalisasi (2) Siapa yang berperanan besar ? Antara lain pers & organisasi media beserta perangkatnya. Bagaimana bentuk peranannya ? Terdapat 3 pola : • Integrasi • Deversifikasi • Internasionalisasi • Integrasi Mengukuhkan kontrol managerialnya di seluruh dunia untuk mengkonsolidasi (memperkuat posisi) untuk mengartikulasikan kepentingannya. Ada 2 pola : (1) Mengakuisisi media lain pada tingkat produksi yang sama (merger) ; (2) Perluasan bidang usaha, tabloid, majalah, dsb. Bergerak dalam nuasa lokal kemudian bergeser ke muatan visi, misi dan substansi kapitalisme. • Deversifikasi  Perusahaan media besar melakukan peng-aneka-ragaman usaha dan mengembangkan bidang-bidang usaha baru yang belum disentuh. Contoh : Kompas mengembangkan usaha percetakan, hotel, Toko Buku, dsb. Langkah deversifikasi ini digunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi ketidak-pastian dan risiko usaha. Sebagai cadangan sumber daya ketika salah satu bidang usahanya terkena resesi atau bangkrut oleh karena sebab lain (misal : tekanan ekstrim masyarakat, kebijakan pemerintah yang melarang, dsb). • Internasionalisasi  Meng-eksport produk media secara fisik atau non-fisik (melalui SCJJ, media internet, siaran radio & TV luar negeri dsb), menanamkan modal dan kepemilikan media di luar negeri. Rencana terbitnya Playboy edisi Indonesia masuk dalam kategori ini. Diilustrasikan oleh Schiller (1991) US telah mengekspor 1.200.000 jam tayang program TV di seluruh dunia dengan keuntungan sekitar 550 juta US $. Jumlah itu tentu meningkat dari tahu ke tahun. Bisa kita banyangkan, berapa besar dampaknya pada budaya masyarakat Indonesia yang setiap hari menonton TV ?

  23. Dampak globalisasi (3) • AsimetricalInterdependency Contoh : Tuntutan masyarakat Papua agar PT Freeport berhenti beroperasi di tanah Papua (Maret 2006) • Selama hampir 40 th – sejak PT FI beroperasi (th 1967) : • Masyarakat tetap miskin. Padahal tanahnya sangat kaya bahan tambang (emas, perak, tembaga) yang di ekstrak investor asing. • Pendidikan terbengkelai. Sebagian besar lulusan SD masih buta huruf. • Hak-hak rakyat Papua diabaikan • Tanah adat “diserobot”, tidak diakui (yang dipakai hukum negara, bukan hukum adat). Bahkan masyarakat dilarang masuk area operasi PT FI yang dulunya merupakan tanah adat. Padahal masyarakat asli Papua masih sangat tergantung pada alam. Area PT FI selalu dijaga ketat oleh aparat TNI & Polri yang terkadang sangat represif & arogan. • Martabat warga Papua tidak dihormati. Paling tidak, penghormatan itu tidak dirasakan warga Papua. • Pemerintah pusat seakan tidak perduli akan tuntutan masyarakat Papua, justru “lebih memihak” pada kepentingan PT FI (investor asing). Alasannya : Kontrak sudah ditanda-tangani & PT FI merupakan salah satu pembayar pajak terbesar di Indonesia. • Unjuk rasa masyarakat Papua terjadi di banyak kota besar. Masyarakat Papua memblokir jalan masuk ke PT FI. Terjadi perusakan kantor pusat PT FI di Jakarta. Mereka menuntut penutupan PT FI karena dinilai tidak memberikan keuntungan yang adil bagi warga lokal. Kontrak (konsesi pertambangan) yang dilakukan PT FI dengan pemerintah Indonesia (c.q. elite pemeritah) dinilai tidak mengakomodasi hak rakyat Papua. masyarakat Papua merasa tidak diikut-sertakan dalam kontrak tsb. Oleh karena itu harus di-renegosiasi. • Tuntutan ini akan terus berlanjut. Bilamana tidak diakomodasi, justru akan berkembang ke arah tuntutan merdeka. Paling tidak, integrasi dengan NKRI dilakukan tidak dengan sepenuh hati. Warga Papua tidak betul-betul sebagai warga Indonesia, tetapi sebagai rakyat terjajah yang dieksploitasi. (R. Senin, 20/03/2006)

  24. Dampak globalisasi (4) • Otonomi khusus yang sebenarnya bisa menjadi resep jalan keluar ternyata dijalankan tidak konsisten. Pemberian otonomi tidak menyentuh pola penguasaan tanah yang selama ini merugikan warga Papua. • Pembagian wilayah didasarkan pada garis-garis imajiner dalam peta, namun tidak didasarkan pada adat masyarakat setempat, perbedaan geografis, keaneka-ragaman etnis, dsb. Misalnya : Daerah kekuasaan suku tertentu, pola migrasi penduduk yang ada. • Faktor-faktor lain : • Kasus lepasnya Propinsi Timor-Timur dari NKRI memberi inspirasi rakyat Papua untuk merealisasikan kembali keinginannya untuk merdeka. • Wilayah itu amat sensitif, namun perilaku represif & pernyataan para pejabat tidak pernah berfikir sampai pada dampaknya di lapangan. Contoh : Penembakan warga Papua yang sedang menambang tailing (limbah) PT FI. Pernyataan Menhan JS bahwa “PT FI harus tetap beroperasi”. Hal ini bisa diinterpretasikan : Perilaku aparat dan pejabat RI telah “dibeli” oleh kapitalis asing untuk menjajah rakyatnya sendiri.

  25. Dampak globalisasi (4) • AsimetricalInterdependency Contoh : Alotnya negosiasi manajemen eksploitasi Blok Cepu antara Pertamina dan ExxonMobil.

  26. Dampak globalisasi (4) • Gejala Neo-liberalisme, konflik kepentingan dan kesepakatan global Contoh : • Pasar adalah institusi paling sempurna bagi homo oeconomicus. Pasar = institusi sukarela untuk memuaskan preferensi manusia (bebas memilih berdasarkan harga pasar, demokratis). • Tugas pokok pemerintah adalah sebagai regulator yang menjaga agar pasar bisa bekerja dengan sempurna. Jadi, regulator itu harus netral dan tidak berpihak pada salah satu atau beberapa kepentingan yang terlibat. Idealisme ini tidak memungkinkan pemerintah sebagai regulator sekaligus bertindak sebagai pelaku pasar. Sebaliknya, pelaku pasar – misalnya seorang pengusaha dipilih/diangkat sebagai pejabat pemerintah dan kemudian bertindak sebagai regulator – tidak bakalan bisa menjaga netralitas ini. Konflik kepentingan niscaya akan terjadi jika pelaku pasar dan pengambil kebijakan menyatu dalam satu tubuh. • Kesepakatan global sebagai solusi (AFTA, NAFTA, WTO, dsb) : Kesepakatan ini mencegah dinamika kebebasan pasar global diganjal kebijakan nasional yang tidak konsisten dan berubah-ubah seiring dengan iklim politik domestik. Kesepakatan-kesepakatan inilah yang merubah wajah ekonomi dunia. Contoh dampaknya di Indonesia : HAKI diakui, PT asing, RS asing, Dokter asing, Pengacara asing boleh beroperasi di Indonesia. Hal ini bisa menguntungkan (bagi yang sudah siap) dan sekaligus bisa merugikan (bagi negara yang belum siap, seperti Indonesia).

  27. Dampak globalisasi (4) • Si lemah (modal, teknologi dan akses informasi) kalah bersaing  perlu proteksi dari negara. Namun proteksi negara thd rakyatnya ini bertentangan dengan prinsip liberalisasi, persaingan bebas. Proteksi vs pasar bebas  tarik-menarik kedua prinsip ini menimbulkan isu politik yang dinamis. Birokratisasi vs debirokatisasi. Negara/pemerintah sering dihadapkan pada dilema ini. Contoh : Isu impor beras, bisnis ritel oleh pemodal besar (asing), dsb. • Berkembangnya problema domestik – khususnya di negara miskin – karena kecenderungan liberalisasi ini, a.l. : • Sifat pertumbuhan ekonomi  tidak ideal & cenderung mengarah ke kondisi yang tidak adil. • Penyerapan tenaga kerja • Pembiayaan pembangunan yang sangat tergantung pada faktor-faktor di luar jangkauan pambuat kebijakan domestik. Misalnya : Perubahan harga minyak dunia, fluktuasi nilai tukar US Dollar, dsb. (NR. B & C, 11/04/2006)

  28. Birokratisasi vs debirokratisasiKeterlibatan Negara dalam kehidupan Ekonomi Masyarakatnya

  29. Birokratisasi vs debirokratisasi (2)Keterlibatan Negara dalam kehidupan Ekonomi Masyarakatnya

  30. Catatan : • Tidak ada satu negara pun menganut sistem ekonomi ekstrim, kapitalis murni atau sosialis murni. Pada umumnya setiap negara menganut sistem campuran. Dinamis, bergerak di antara dua titik ekstrim itu. Ada dinamika proses birokratisasi dan debirokratisasi. • Pada umumnya dimensi-dimensi itu konsisten dan dituntut konsisten. Kebijakan pemerintah banyak yang tidak konsisten. Contoh kebijakan di Indonesia yang tiddak konsisten : Peran pemerintah yang “4 in 1” di bidang pengelolaan BUMN di tahun-tahun sebelum Megawati berkuasa. Pemerintah bertindak sebagai pemilik, pengawas, pengelola/manajemen (produsen), dan sekaligus konsumen.  Makanya BUMN menjadi ladang subur bagi korupsi, karena mekanisme kontrolnya tidak jalan. Kebanyakan BUMN tidak sehat, namun pengelolanya tetap saja kaya.

  31. Birokratisasi vs debirokratisasi (3)Keterlibatan Negara dalam kehidupan Ekonomi Masyarakatnya Bagaimana Indonesia ? • Indonesia menganut sistem campuran ! Secara konstitusional faktor-faktor produksi yang menguasai hajad hidup orang banyak dikuasai oleh negara (konsep sosialis). Sedang yang tidak menguasai hajad hidup orang banyak boleh dikelola aktor swasta. • Ada proses liberalisasi. Indikatornya : (1) Pengelolaan sarana umum dan yang menguasai hajad hidup orang banyak diserahkan ke swasta, a.l. Jalan umum, tranportasi umum, listrik, industri hulu, distribusi BBM, dsb.,(2) Privatisasi/penjualan BUMN, dsb. (R. 26/04/2006)

  32. Tesis Ketergantungan dan Keterbelakangan (1) Pengantar : • Kita sering merasakan bahwa arah pembangunan di negara kita ini menuju ke arah yang tidak dikehendaki. Dilihat dengan ukuran UUD 1945, logika berfikir, ataupun ukuran-ukuan yang lain. Konstruksi lembaga politik, ekonomi, sosial dan budaya mengandung elemen-elemen yang rapuh. • Oleh karena itu perlu pemikiran yang lebih mendasar. Tidak hanya melihat masalah pembangunan dalam kacamata resmi, formal versi pemerintah yang sedang berkuasa. Tidak hanya dari sudut pandang yang sempit, melainkan dari perspektif global. • Terdapat faktor-faktor kekuatan ekonomi-politik yang sulit dikendalikan oleh siapapun yang berkuasa di dalam negeri. Ada faktor internasional. Faktor apa itu ? – pemahaman persoalan ini memerlukan wawasan yang lebih jauh dengan perspektif global. • Pemahaman pemikiran tentang Indonesia sebagian (besar) muncul dari kawasan di luar Indonesia. Para ahli berpendidikan di LN, Teori-teori pembangunan diadopsi dari LN, misalnya teori linear stages dari Rostow dsb.

  33. Tesis Ketergantungan dan Keterbelakangan (2) • Persoalan pembangunan yang muncul : • Ketergantungan pada pihak asing yang semakin meningkat • Kemiskinan massal • Pengangguran & (bahkan) Penyempitan kesempatan kerja • Disparitas pendapatan antar lapisan masyarakat, antar daerah, antara kota dan desa • Kerusakan lingkungan, dsb. Pesoalan-persoalan itu bukan semata-mata hanya persoalan ekonomi saja, namun menyangkut pula stuktur politik dan sistem sosial budaya yang ada di masyarakat, persoalan “who gets what” yang melahirkan isu ketidak-adilan, serta hubungan internasional. Oleh karena itu pada langkah pemecahannya dibutuhkan sikap, tindakan serta kearifan komprehensif yang berwawasan global.

  34. Tesis Ketergantungan dan Keterbelakangan (3) Pendekatan International Structuralist: • Adalah salah satu cara pandang untuk menganalisis ketergantungan dan keterbelakangan negara-negara dunia ke 3. Pendekatan ini populer sejak tahun 1970-an. Sejak teori linear stages dari Rostow terbukti tidak tepat. • Teori Rostow mengatakan : “Negara-negara terbelakang akan mengalami proses perkembangan ekonomi seperti yang telah dialami oleh negara maju, apabila negara terbelakang tersebut dapat melakukan proses pembentukan modal (capital formation) secara terus-menerus”. • Namun kenyataannya, proses pembentukan modal untuk memperoleh surplus ekonomi di negara terbelakang tidak membawa negara ini ke arah perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat pada umumnya. Banyak faktor yang menyebabkannya, diantaranya : • Tidak sempurnanya stuktur kelembagaan dan Kepincangan yang ada dalam tatanan sosial, ekonomi dan politik masyarakatnya • Adanya proses eksploitasi pihak luar sebagai akibat dari hubungan ekonomi luar negeri yang tidak adil. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu. Hal ini merupakan tesis ketergantungan dan keterbelakangan dan merupakan anti-tesis dari teori Rostow.

  35. Teori linear stages Dikemukakan oleh WW Rostow dalam bukunya The Stages of Economic Growth, A Non-Communist manifesto (1960) : Pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus (linear); melalui tahap-tahap: • Traditional Society • Precondition for Growth • The Take-off • The drive to Maturity • The Age of High Mass-Consumption

  36. Tesis Ketergantungan dan Keterbelakangan (4) Pencetus dan Tokoh tesis ketergantungan : • Paul Baran • Andre Gunder Frank • Fernando Hendrique Cardoso • Theotonio dos Santos • Samir Amin Tesis Ketegantungan : • Paul Baran mengemukakan bahwa faktor utama yang telah menjadi penyebab keterbelakangan negara-negara di Ameika Latin yang begitu kaya akan bahan mentah ialah proses eksploitasi oleh pihak asing sebagai akibat dari hubungan ekonomi dengan pihak asing yang sifatnya tidak adil.  Hampir sama dengan kondisi di Papua saat ini. • Tesis ini menolak tesis yang mengatakan pekembangan ekonomi negara miskin hanya akan terjadi sebagai akibat hubungan ekonomi dengan negara-negara maju – yang mana hubungan ini dianggap akan menimbulkan difusi modal, teknologi, nilai-nilai institusi dan faktor-faktor dinamik lainnya.

  37. Tesis Ketergantungan dan Keterbelakangan (5) Dalam perkembangan selanjutnya, tesis ketergantungan ini mendapat kritik dari pemikir di luar Amerika Latin, namun kritik ini tidak menolak tesis ketergantungan tersebut. Malahan justru melengkapinya dengan analisis hubungan antar kelas dalam proses ekonomi di dalam negeri. Tokoh-tokohnya : Richard Fagen, Ivar Oxaal, Christian Palloix dan Ranjit Sao. Para pengritik ini mengemukakan : Proses ekploitasi pihak asing terhadap massa rakyat di negara terbelakang dilakukan atas bantuan compadore class. Mereka ini adalah kelas yang langsung melakukan penindasan di dalam negeri.

  38. Contoh masalah yang meng-global : • Kerusakan lingkungan di Kalimantan akibat eksploitasi hutan • GAM di Aceh • Lepasnya Timor-timur dari NKRI • Deportasi massal TKI ilegal dari Malaysia !

  39. Mulai th 1997 (krisis moneter) pemikiran ini terbukti salah. Utang LN bukan prestasi sejati, tapi prestasi semu yang pada akhirnya membebani rakyat. Utang LN • Secara politis pada masa Orde Soeharto (1967 – 1998) konsep utang LN dikaburkan menjadi bantuan LN. Dijadikan bukti bahwa meningkatnya utang = meningkatnya kepercayaan negara asing dan lembaga internasional kepada Indonesia. • Utang LN digunakan untuk membiayai program pembangunan. Konsep pembangunan kemudian “dirubah” menjadi semacam ideologi untuk melegitimasi kekuasaan Soeharto. Pembangunan menjadi mirip “berhala” yang semua WN harus mendukungnya.

More Related