1 / 33

DINAMIKA PERLINDUNGAN KONSUMEN

DINAMIKA PERLINDUNGAN KONSUMEN. OLEH : SOEMALI. 1. PENGANTAR. Setiap manusia adalah konsumen. Manu- sia bagian dari kegiatan pasar. Manusia sebagai pengguna barang dan jasa.

ronna
Download Presentation

DINAMIKA PERLINDUNGAN KONSUMEN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. DINAMIKA PERLINDUNGAN KONSUMEN OLEH : SOEMALI

  2. 1. PENGANTAR • Setiap manusia adalah konsumen. Manu- sia bagian dari kegiatan pasar. Manusia sebagai pengguna barang dan jasa. • Manusia sebagai pengguna barang dan jasa menghendaki kualitas barang dan jasa, sesuai dengan biaya yang dibayar. Namun, kenyataan kualitas barang dan jasa yang dikehendaki, tidak sesuai de- ngan harapan. Begitu juga manusia se-

  3. Lanjutan … • bagai konsumen, ia tidak tahu kegunaan dan manfaat barang dan jasa yang dibe- linya. Hal ini mungkin terjadi, karena ia mengetahui barang dan jasa berasal dari iklan, baik melalui media elektronika mau- pun media cetak. • Kondisi tersebut di atas, dapat menimbul- kan kerugian bagi konsumen. Oleh karena • Itu, perlu adanya perlindungan hukum bagi

  4. Lanjutan … • konsumen, agar tidak frustasi dan marah bila ditipu atau dipaksa menerima barang bermutu rendah atau berbahaya, serta yang tidak sesuai dengan apa yang dijanji- kan oleh produsen atau pelaku usaha. • Perlindungan hukum menyangkut hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut harus seimbang, agar berkeadilan. Keti- dak seimbangan berarti ketidakadilan.

  5. A.Dinamika Organisasi Konsumen • Semenjak pertengahan tahun 1800-an, yakni saat revolusi industri mencapai pun- caknya, persoalan konsumen belum seru- mit sekarang. Jarak konsumen dan produ- sen masih sangat dekat, pabrik dan pasar masih bersifat lokal. • Bila timbul persoalan, maka dengan mu- dah kita mengadukan pada penjualnya. Tetapi, apabila tidak tercapai kesepakatan

  6. Lanjutan … • Dengan gampang atau mudah kita mengadukan kepada penjualnya. Namun, apabila juga tidak tercapai kesepakatan, maka hukuman bagi penjual atau peda- gang yang bertingkah laku buruk tersebut, adalah dagangannya tidak laku atau su- rutnya para langganannya. • Itulah gambaran konsumen pada saat itu.

  7. Lanjutan … • Sejarah mencatat adanya masyarakat yang mengorganisir diri demi kepenting- annya, yaitu, kaum, Hittites. Kaum ini me- ngembangkan etika konsumen, yang ber- bunyi : “ Jangan Kamu Racuni Roti Te- tanggamu “. Makna yang terkandung dari pernyataan ini bahwa bahan pangan itu harus bersih, sehat, dan layak untuk di- konsumsi.

  8. Lanjutan … • Gerakan konsumen tumbuh sebagai keku- atan yang teroganisir dan mandiri sekitar tahun 1930-an. Hal ini dimulai di Amerika Serikat, berkembang pasar bebas yang memang sekaligus membawa potensi me- rugikan konsumen. • Masyarakat mulai menuntut kesesuaian “Nilai Uang”, dengan mutu dan keamanan barang yang harus diterimanya. Masyara-

  9. Lanjutan … • kat sangat membutuhkan informasi yang dapat menolong pengambilan kebutusan. • Sejak tahun 1950-an, di Amerika Serikat, pengujian produk menjadi perhatian utama, dan Consumer Union, merupakan organisasi konsumen, tumbuh sebagai ke- kuatan yang diperhitungkan. • Dengan melakukan pengujian-pengujian atas barang, untuk membandingkan mutu

  10. Lanjutan … • Dengan harganya, kemudian melaporkan hasilnya lewat media Consumer Report, menjadikan Consumer Union menjadi populer di setiap rumah tangga. • Gerakan konsumen, pada tahun 1960-an, mulai menyebar di kawasan Eropa. Orga- nisasi konsumen, di Inggris, Belanda, Denmark dan Belgia, mengikuti model yang dikembangkan di Amerika Serikat,

  11. Lanjutan … • Organisasi konsumen tersebut, mengan- dalkan kegiatan pada pengujian perban- dingan (comperatif testing ), dengan me- nyiarkan hasil-hasil pengujian perbanding- an, dengan penerbitannya sendiri. • Misalnya, di Inggris terkenal majalah WHICH, di Swis majalah J’Achete Mieux, dan di Australia majalah Choice. • Di negara-negara berkembang, gerakan

  12. Lanjutan … • Konsumen tumbuh dan menempatkan diri sebagai suatu kekuatan untuk melawan ekspansi global perusahaan-perusahaan multinasional. • Gerakan konsumen di Indonesia, berlang- sung sejak tahun 1970-an, dengan berdiri- nya Yayasan Konsumen Surabaya Jawa Timur, Yayasan Lembaga Konsumen In- donesia, Lembaga Bina Konsumen Ban-

  13. Lanjutan … • dung, Lembaga Bina dan Perlindungan Konsumen Semarang, dan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsu- men, oraganisasi konsumen tumbuh men- jamur. • Gerakan konsumen negara berkembang masih tetap memperhitungkan “ Nilai Uang” dan juga mempermasalahkan “Nilai

  14. Lanjutan … • Manusia”, karena konsumen di masyara- kat miskin sangatlah berbeda keadaan- nya, dan kemiskinan nerupakan mayoritas konsumen di negara berkembang. Hak konsumen yang utama dan pertama ada- lah hak untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasarnya, yakni, memperoleh makanan, sandang, kesehatan, perumah- an, dan sanitasi.

  15. Lanjutan … • Kesadaran baru akan Nilai Manusia, me-nambah vitalitas baru, gerakan konsumen secara internasional dan memperbaharui penekanan padaaspek perlindungan kon- sumen. • Pengujian dan pendidikan konsumen me- rupakan dua hal yang penting bagi gerak- an konsumen di negara maju. • Standar hidup yang layak bagi konsumen

  16. Lanjutan … • tidak akan terjamin hanya dengan laporan mutu dan harga suatu produk, tetapi harus memperhatikan pelayanan. • Anwar Fazal, menyatakan bahwa tindakan membeli adalah andil dalam model ekono- mi dan sosial, maupun dalam proses pro- duksi. Kita menuntut kualitas dan kepuas- an yang harus kita dapat, tetapi kita tidak boleh mengabaikan keadaan berlangsung-

  17. Lanjutan … • nya proses produksi tersebut, yakni, dampak lingkungan dan kondisi kerjanya. Kita tercakup di dalamnya dan karenanya harus ikut bertanggung jawab terhadap maasalah ini. • SIAPAKAH KONSUMEN ITU ? • Jelaskan pendapat atau argumentasi Anda

  18. B. LANDASAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN • Sebelum adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Kon- sumen, landasan hukum perlindungan konsumen masih tersebar di berbagai peraturan perundangan. Peraturan terse- but seperti Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Barang, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Me- trologi Legal, Undang Undang Nomor 5 ahun 1984 tentang Perindustrian, Undang-

  19. Lanjutan … • Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pa- ngan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan lainnya, yang bersifat administratif, sehingga aspek ganti kerugian yang berkaitan dengan ti-dak seimbangnya hak dan kewajiban para pihak, tidak tercermin dalam perundangan yang ada. • Secara teoritis perlindungan konsumen di-

  20. Lanjutan … • jumpai dalam hukum perikatan dan hukum pidana. Dalam hukum perikatan seperti tercantum dalam Pasal 1320, 1321, 1328, 1235, 1236, 1504 KUH Perdata dan pasal lainnya. Dalam hukum pidana seperti ter- cantum dalam Pasal 204, 205, 359. 360, 386 KUH Pidana dan lainnya. • Secara konstektual, pasal-pasal tersebut dapat digunakan untuk melindungi konsu-

  21. Lanjutan … • sumen, sejauh syarat-syarat yang diten- tukan dalam perundangan tersebut terpe- nuhi. • Sebelum adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Kon- sumen, masih belum ada peraturan yang terpadu mengenai perlindungan konsu- men. Pengertian konsumen baru terbatas pada pembeli.

  22. C. FAKTOR PERLINDUNGAN KONSUMEN • Seluruh manusia adalah konsumen. Konsumen terbagi dalam konsumen per- kotaan dan pedesaan. Perbedaan pola konsumsi, berhubungan langsung dengan akibat dari pemakaian barang dan jasa, di mana konsumen pedesaan lebih banyak dicurangi, karena posisinya lebih rawan di banding konsumen perkotaan. Bagi mere-ka yang dirugikan jarang mengadukan permasalahannya ke pengadilan maupun

  23. Lanjutan … • Lembaga konsumen. Sikap tidak melaku- kan tindakan hukum pada saat mengalami kerugian ini, dilandasi oleh sikap masyara- kat yang lebih suka menghindari konflik, dan biasanya malah mendatangkan keru- gian yang lebih besar. Sikap yang dilaku- kan biasanya tidak membeli barang pada pedagang atau pengecer, dan merek yang sama. Sikap ini menimbulkan taraf kesa-daran konsumen yang masih rendah dan

  24. Lanjutan … • merupakan kendala utama bagi terlaksa- nanya perlindungan konsumen. • Budaya nrimo para konsumen hampir me- nyebar pada masyarakat. Keengganan un- tuk mempertahankan haknya apabila diru- gikan banyak terjadi pada diri konsumen. • Usaha yang berat untuk mempertahankan haknya, sementara nilai hasil yang akan dicapai tidak memadai secara ekonomis,

  25. Lanjutan … • hal ini sangat menghambat upaya perlin- dungan konsumen. • Aparat hukum menentukan dalam perlin- dungan konsumen, karena perundangan yang ada akan tidak bermanfaat apabila tidak didukung oleh aparat hukum. • Aparat hukum harus tegas dalam menja- lankan tugasnya dan penuh tanggung ja- wab, dalam mencapai kepastian hukum,

  26. Lanjutan … • keadilan dan kegunaan/kemanfaatan. • Partisipasi masyarakat, baik secara indivi- du, maupun dalam ikatan kelembagaan, dalam upaya perlindungan konsumen diperlukan dalam membantu tercapainya tujuan perlindungan konsumen. Partisipasi ini harus disertai dengan perubahan sikap tindak ke arah yang mendukung tercapai-nya tujuan mewujudkan perlindungan

  27. Lanjutan … • konsumen. • Pengusaha dan konsumen merupakan pi-hak-pihak yang saling membutuhkan, ma- ka tidak mustahil diwujudkan suatu aturan main yang dianggap adil bagi kedua belah pihak. Aturan permainan ini diharapkan mengembangkan dan meningkatkan usa- ha bagi pengusaha lebih bertanggung ja- wab dan tidak merugikan konsumen.

  28. D. SENDI-SENDI PERLINDUNGAN KONSUMEN • Polarisasi konsumen dengan pengusaha merupakan conditio sine quanon. Perlin- dungan konsumen tidak merupakan gang- guan terhadap kepentingan pengusaha. • Perlindungan hukum terhadap warga negara terdapat dalam Pasal 27 Undang- Undang Dasar 1945, segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hu- kum dan pemerintahan dan wajib menjun-

  29. Lanjutan …. • Consumers sovereignity pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pemenuhu- an kebutuhan atas performance ptoduksi untuk memenuhi selera konsumen dalam konteks keinginan masyarakat pada umumnya. • Consumers sovereignity kemudian dimodi- fikasi menjadi konsep Consumers Rights.

  30. Lanjutan … • jung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. • Di Amerika Serikat terdapat konsep Con- sumer’s Sovereignity, yaitu : • “ All value judgment which stipulates that we should take the degre to which perfor- mance accords with consumer’s taste …. • As a creterion for evaluating the social situation s and through these, the desira-

  31. Lanjutan … • bility of different social situations and • through these the desirability of the va- • rious public polities or institusional struc- • tures which gives rise to them “.

  32. Lanjutan … • Dalam perlindungan konsumen,pengusa- ha mempunyai tanggung jawab mengenai kewajiban, mengenai pelaksanaan hak- hak konsumen. Hak-hak konsumen akan efektif apabila yang punya hak memberi- kan apresiasi terhadap hak tersebut. • Kesadaran sikap terhadap hak-haknya, maka konsumen akan dapat melindungi dirinya secara mandiri.

  33. Lanjutan … • Kesederajatan antara konsumen dan pengusaha, juga faktor perlindungan konsumen. Pengusaha adalah konsumen, produksi tanpa konsumen tidak akan ber- daya guna atau mempunyai nilai. • Hal-hal tersebut di atas, merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi terhadap per- lindungan konsumen. • Alhamdulillah, semoga dibaca dengan ikhlas

More Related