00:00

Understanding Earthquakes and Disaster Management

Earthquakes are surface tremors caused by sudden energy release within the Earth, measured using a Seismometer. Disaster management, as defined by Law Number 24 of 2007, is a dynamic, integrated process aimed at improving disaster-related actions such as observation, prevention, mitigation, preparedness, early warning, emergency response, rehabilitation, and reconstruction. The stages include pre-disaster, disaster occurrence, and post-disaster phases focusing on prevention, response, relief, recovery, reconstruction, and rehabilitation efforts.

peligro
Download Presentation

Understanding Earthquakes and Disaster Management

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. A Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba- tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang dialami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Momen Magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang dilaporkan oleh observatorium seismologi nasional yang diukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude.

  2. B Manajemen Bencana Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. Tujuan manajemen bencana : 1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan lingkungan hidup. 2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban. 3. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman. 4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama 5. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut. 6. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.

  3. Tahap Pra Bencana 1 3 Kesiapsiagaan (Preparedness). Pencegahan (prevention). Kesiapsiagaan adalah serangkaian Upaya yang dilakukan untuk 3 kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya mengantisipasi bencana melalui bencana (jika mungkin pengorganisasian serta melalui dengan meniadakan bahaya) langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 4 2 Peringatan Dini (Early Warning). Mitigasi Bencana (Mitigation). Serangkaian kegiatan pemberian peringatan Serangkaian upaya untuk sesegera mungkin kepada masyarakat mengurangi risiko bencana, baik tentang kemungkinan terjadinya bencana melalui pembangunan fisik maupun pada suatu tempat oleh lembaga yang penyadaran dan peningkatan berwenang atau upaya untuk memberikan kemampuan menghadapi ancaman tanda peringatan bahwa bencana bencana. kemungkinan akan segera terjadi.

  4. Tahap Saat Terjadi Bencana 1. Tanggap Darurat (response). Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara lain: a) pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya b) penentuan status keadaan darurat bencana c) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana d) pemenuhan kebutuhan dasar e) perlindungan terhadap kelompok rentan f) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. 2. Bantuan Darurat (relief). Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa: Pangan, Sandang, Tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.

  5. Tahap Pasca Bencana Pemulihan (recovery). Rekonstruksi (reconstruction). Rehabilitasi (rehabilitation). Pemulihan adalah serangkaian Rekonstruksi adalah perumusan Rehabilitasi adalah perbaikan dan kegiatan untuk mengembalikan kebijakan dan usaha serta langkah- pemulihan semua aspek pelayanan kondisi masyarakat dan lingkungan langkah nyata yang terencana baik, publik atau masyarakat sampai hidup yang terkena bencana konsisten dan berkelanjutan untuk tingkat yang memadai pada wilayah dengan memfungsikan kembali membangun kembali secara pasca bencana dengan sasaran kelembagaan, prasarana, dan permanen semua prasarana, utama untuk normalisasi atau sarana dengan melakukan upaya sarana dan sistem kelembagaan, berjalannya secara wajar semua rehabilitasi. baik di tingkat pemerintahan aspek pemerintahan dan kehidupan maupun masyarakat, masyarakat pada wilayah pasca bencana.

  6. ANALISIS KASUS Berdasarkan kasus yang ada di Sumbawa Barat dimana daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang rawan bencana salah satunya yaitu gempa bumi. Sebagian besar tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan bidan) memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen bencana, khususnya terkait pengertiannya, dan upaya-upaya yang dilakukan di setiap fasenya, walaupun sebagian besarnya masih salah dalam membedakan klasifikasi bencana alam, non alam daan bencana sosial. Di beberapa penelitian sejenisnya yang dilakukan pada tenaga kesehatan yaitu perawat menunjukkan bahwa hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Hermawati (2010), yang menunjukkan bahwa perawat memiliki tingkat pengetahuan tentang bencana yang lebih rendah. Demikian pula, hasil studi Hammad et al (2011) yang menyimpulkan bahwa perawat memiliki pengetahuan kebencanan yang kurang. Menurut asumsi peneliti, peningkatan teknologi informasi melalui internet mempengaruhi pengetahuan umum responden terkait manajemen bencana, sehingga walaupun sebagian besar responden tidak pernah mengikuti pelatihan tentang manajemen bencana, responden sudah mengetahui tentang dasar-dasar pengetahuan yang harus diketahui tenaga kesehatan dalam manajemen bencana. Salah satu contohnya adalah ketersediaan informasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI tentang berbagai informasi terbaru terkait penanganan bencana yang terjadi di Indonesia yang dapat diakses dengan mudah melalui situs internet. Hal ini merupakan bentuk perkembangan kondisi telekomunikasi untuk penanganan bencana di Indonesia yang tentunya sangat bermanfaat terutama dalam menghadapi situasi krisis saat bencana terjadi.

  7. KESIMPULAN Gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang manajemen bencana di puskesmas wilayah rawan bencana di Kabupaten Sumbawa Barat sebagian besar termasuk pada kategori baik. Tingkat pendidikan, tempat bekerja, dan pernah terlibat dalam kegiatan tanggap darurat bencana secara signifikan berhubungan dengan pengetahuan tenaga kesehatan di puskesmas tentang manajemen bencana. di puskesmas agar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kesiapsiagaan bencana dengan mengikuti pelatihan kebencanaan dan kegawatdaruratan secara kontinue dalam rangka menunjang kesiapan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tanggap, sigap dan tepat saat menghadapi situasi krisis bencana. Pemantauan kesiapan tenaga kesehatan dalam manajemen bencana dapat dilakukan secara berkala oleh Dinas Kesehatan, dimana hasilnya dapat menjadi rekomendasi untuk peningkatan kompetensi tenaga kesehatan yang ada, peningkatan sarana dan prasarana serta akses informasi di bidang kesehatan dan penanggulangan bencana. Diperlukan adanya tim yang terlatih untuk menangani kesiapsiagaan bencana, untuk mewujudkan sumber daya manusia yang terlatih maka diperlukan adanya pelatihan kegawatdaruratan dan kebencanaan bagi setiap individu terutama tenaga kesehatan di puskesmas.

  8. SARAN Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan wawasan informasi untuk bisa dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk metode atau desain penelitian lainnya dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan menjadi bahan refrensi untuk penelitian lanjutan yang menyangkut faktor kesiapsiagaan bencana. Bagi tenaga kesehatan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dari penelitian ini bagaimana cara manajemen bencana, khususnya terkait pengertiannya, dan upaya-upaya yang dilakukan di setiap fasenya, walaupun sebagian besarnya masih salah dalam membedakan klasifikasi bencana alam, non alam daan bencana sosial. Bagi masyarakat masyarakat di kabupaten sumbawa barat dapat memahami mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi yang berupa pengetahuan dan sikap terhadap risiko gempa bumi, rencana tanggap darurat terhadap bencana gempa bumi, sistem peringatan bencana gempa bumi dan dapat menyebarluaskan ke anggota keluarga dan masyarakat yang lain.

  9. TERIMA KASIH

More Related