1 / 128

SERI AJARAN SOSIAL GEREJA

DISADURKAN DARI NOFHID OLEH SEKRETARIAT JUSTICE AND PEACE DAN KOMISI PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI/KWI. SERI AJARAN SOSIAL GEREJA. No.7. OCTOGESIMA ADVENIENS Panggilan untuk Bertindak. PENDAHULUAN

lilka
Download Presentation

SERI AJARAN SOSIAL GEREJA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. DISADURKAN DARI NOFHID OLEH SEKRETARIAT JUSTICE AND PEACE DAN KOMISI PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI/KWI SERIAJARAN SOSIAL GEREJA No.7

  2. OCTOGESIMA ADVENIENSPanggilan untuk Bertindak PENDAHULUAN Octogesima Adveniens adalah sebuah surat apostolik terbuka Paus Paulus VI kepada Kardinal Maurice Roy, Presiden Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian. Surat gembala ini ditulis tahun 1971 untuk memperingati ulang tahun ke-80 Ensiklik Paus Leo XIII, Rerum Novarum.

  3. GARIS-GARIS BESAR OCTOGESIMA ADVENIENS Paus Paulus VI mengatakan, orang-perorangan kristiani dan gereja-geraja setempat harus menanggapi situasi ketidakadilan dengan cara mereka sendiri. Disorot pula permasalahan sosial baru yang berhubungan dengan kaum wanita, generasi muda dan orang miskin, yang timbul dari urbanisasi. Sri Paus menekankan perlunya menjamin persamaan dan hak semua orang untuk berperan serta dalam masyarakat. Ia mendesak semua orang kristiani merefleksikan tanda-tanda zaman, menerapkan prinsip-prinsip Injil, dan mengambil tindakan tepat. Bahasa utama meliputi : • Menanggapi kebutuhan baru dari dunia yang berubah. • Masalah-masalah sosial baru-khususnya yang disebabkan oleh urbanisasi. • Aspirasi-aspirasi mendasar dan gagasan-gagasan yang berkembang. • Orang-orang kristiani berhadapan dengan masalah-masalah baru. • Panggilan untuk bertindak.

  4. PAUS PAULUS VI Pengalaman delapan belas tahun sebagai Paus membuat Paulus VI memahami sangat mendalam realitas dunia. Paus Paulus VI mengadakan kunjungan bersejarah ke Manila, menghadiri Pertemuan Pertama Uskup-Uskup Asia, November 1970. surat kepada Kardinal Maurice Roy ini melengkapi pesan yang disampaikan Kardinal di PBB dalam Pembangunan Kedua. (17 November 1970)

  5. TEMA-TEMA KUNCI DALAM OCTOGESIMA ADVENIENS • MENANGGAPI KEBUTUHAN-KEBUTUHAN BARU DARI DUNIA YANG BERUBAH • Karena ketidakadilan yang menyolok masih hadir dalam perkembangan ekonomi, budaya dan politik di banyak negara, diperlukan usaha yang lebih besar untuk keadilan dan perdamaian. (2#) • Karena keanekaragaman situasi setempat, masing-masing Gereja lokal mengemban tanggung jawab uhntuk menilai dan bertindak dalam terang Injil dan pengajaran sosial Gereja. (#3-4) • Adalah tugas Gereja untuk melayani semua orang, membantu mereka memahami masalah-masalah serius dewasa ini, dan meyakinkan mereka bahwa kesetiakawanan dalam tindakan adalah mendesak. (#5)

  6. Setiap gereja lokal harus bertanggungjawab untuk membedakan dan bertindak dalam terang injil dan pengajaran sosial gereja

  7. Kendati daerah perkotaan mengalami pertumbuhan, banyak orang tidak dapat memenuhi kebutuhan utama mereka, sementara kebutuhan yang tidak utama diciptakan. (#9) • Orang-orang sedang mengalami kesepian baru dalam suatu dunia yang asing.(#10) • Mereka yang lemah menjadi korban kondisi hidup yang tidak manusiawi. (#11) • Orang kristiani harus berbagi tugas dalam menciptakan tipe-tipe baru keramahtamahan, hubungan, dan keadilan sosial dalam dunia yang mengalami perkembangan pesat urbanisasi.umat kristiani harus menghadirkan pesan penghargaan di kota. (#12) • Kaum muda bersama aspirasi, pembaruan serta kegelisahannya semakin merasa sulit berdialog dengan kaum dewasa. (#13) • Perundang-undangan perlu untuk melindungi dan mengakui hak-hak dan kebebasan wanita untuk berperan serta dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. (#13) • MASALAH-MASALAH SOSIAL BARU

  8. Setiap orang berhak atas pekerjaan dan upah yang adil. Serikat pekerja penting untuk melindungi hak-hak mereka, kendati harus juga bertindak secara bertanggung jawab. (#15) • “Kaum miskin baru” yang diciptakan urbanisasi, yaitu orang-orang cacat, jompo, dan tersingkir, harus dilindungi dalam masyarakat yang kompetitif. (#15) • Diskriminasi ras, keturunan, warna kulit, kebudayaan, jenis kelamin, atau agama masih ada dan tidak dapat dibenarkan. (#16) • Emigrasi merupakan suatu hak. Perilaku nasionalistis yang sempit harus dilewati. (#17) • Lapangan kerja harus segera diciptakan melalui suatu kebijakan penanaman modal yang tepat guna, pendidikan, serta organisasi produksi dan perdagangan. (#18) • Para pengelola media komunikasi sosial mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan kesejahteraan umum. (#20) • Semua orang bertanggung jawab melindungi lingkungi. (#21)

  9. ASPIRASI-ASPIRASI MENDASAR DAN GAGASAN-GAGASAN YANG BERKEMBANG • Aspirasi persamaan dan aspirasi peran serta adalah dua bentuk martabat dan kebebasan manusia. (#22) • Perundang-undangan penting namun tidak mencakup untuk menata hubungan sejati keadilan dan persamaan. Pendidikan untuk melayani sesama yang berlandaskan cinta kasih merupakan sumbangan kristiani. (#23) • Hanya dengan rasa hormat yang mendalam serta pelayanan kepada sesama, cinta kasih, penghormatan utama kepada orang miskin, dan kesetiakawanan dapat dicapai. (#23) • Aspirasi persamaan dan peran serta yang diupayakan dan bukan berasal dari ideologi, memajukan tipe masyarakat yang demokratis. (#24) • Kegiatan politis harus sejalan dengan panggilan manusia secara menyeluruh. (#25) Hanya dengan suatu rasa hormat yang mendalam serta pelayanan kepada sesama, cinta kasih, penghormatan utama kepada orang miskin, dan kesetiakawanan dapat dicapai.

  10. Kritik terhadap Ideologi-Ideologi • Ideologi Marxis maupun Liberal menentang iman kristiani dan konsep pria dan wanita. (#26) • Ideologi sosial, entah strategi teoritis ataupun aktif, dapat mengasingkan umat manusia, dan bertentangan dengan iman kristiani. (#27) • Ada bahaya bahwa keinginan manusia untuk melayani dapat disirnakan oleh suatu ideologi yang berakhir dengan perbudakan manusia pria maupun wanita, kendatipun ia menawarkan jalan-jalan pasti menuju pembebasan. • Pengajaran-pengajaran ideologis senantiasa senada. Namun, gerakan-gerakan historis, walaupun berasal dari pengajaran ideologis itu, dapat membawa perubahan. Gerakan-gerakan historis dapat mengandung unsur-unsur positif. (#30) • Ciri-ciri tertentu sosialisme menarik, tetapi orang kristiani harus menyaring daya tariknya dalam terang iman. (#31)

  11. Terdapat beberapa penafsiran tentang Marxisme, tetapi secara historis Marxisme menimbulkan totalitarianisme dan kekerasan. (#32-34) • Liberalisme mengembangkan efisiensi ekonomi tetapi merusak kodrat manusia. (#35) • Orang kristiani perlu dengan hati-hati menyaring aneka ideologi berbeda ini dalam terang iman mereka dan pengajaran Gereja. Mereka mengatasi setiap sistem, mengikat diri mereka pada pelayanan, dan menjawab karakter khusus dari sumbangan mereka bagi perubahan positif masyarakat. (#36) • Sosialisme birokratis, kapitalisme teknokratis, dan demokrasi otoriter tidak memecahkan persoalan besar manusia yaitu hidup bersama dalam keadilan dan kesamaan. Mereka tidak melepaskan materialisme, egoisme, atau kendala-kendala yang menyertainya. (#37)

  12. Di saat bersamaan, lahir kembali “utopia-utopia”. Kendati tidak efektif, “utopia-utopia” (bersama kritiknya mengenai masyarakat yang ada) dapat merangsang imajinasi dan tindakan demi suatu dunia yang lebih baik. (#37) • Manusia telah menjadi obyek ilmu pengetahuan yang kehilangan gambaran utuh mengenai kemanusiaan. Orang kristiani perlu terlibat dalam dialog. (#38-40) • Nilai dan hasil kemajuan bermakna ganda. Pertumbuhan kualitatif seperti mutu hubungan antar manusia dan tingkat peran serta, mutu tanggung jawab dan pertumbuhan kesadaran moral tidak kalah pentingnya dengan jumlah dan keanekaragaman barang yang dihasilkan dan dikonsumsi. (#41)

  13. ORANG KRISTIANI BERHADAPAN DENGAN MASALAH BARU • Pengajaran sosial Katolik menegaskan pentingnya merefleksi situasi dunia yang berubah dan menerapkan prinsip-prinsip Injil pada situasi tersebut. (#42) • Bangsa-bangsa perlu meninjau kembali hubungan mereka demi karya keadilan yang lebih besar. (#43) • Pemusatan sarana dan kekuatan yang berlebihan dalam perusahaan-perusahaan swasta multi-nasional dapat mengakibatkan suatu bentuk penguasaan ekonomi yang baru dan keji di tingkat sosial, buaya dan politik. (#44) • Pembebasan dimulai dengan kebebasan dari dalam dari barang-barang kekuasaan. Pembebasan hanya dapat ditemukan lewat cinta dan pelayanan bagi umat manusia. (#45) • Muncul kebutuhan untuk berpindah dari ekonomi ke politik. Dalam bidang sosial dan ekonomi, baik nasional maupun internasional, keputusan terakhir tergantung pada kekuatan politis dalam memecahkan masalah-masalah semesta. Kekuatan politis harus mengabdi kepentingan umum. (#46)

  14. Sambil mengakui otonomi realitas politik, orang-orang kristiani yang terpanggil untuk berkarya dalam kegiatan politik haruslah berusaha membuat keputusan yang selaras dengan Injil dan memberikan kesaksian baik secara pribadi maupun bersama-sama mengenai keseriusan iman mereka denga pelayanan yang efektif dan tidak memihak. (#47) • Keterlibatan dalam politik ini menuntut pula keikutsertaan yang lebih besar dalam tanggung jawab dalam pengambilan keputusan. (#47) • Kebebasan akan menghasilkan keterlibatan dalam pembangunan kesetiakawanan manusia. (#47)

  15. PANGGILAN UNTUK BERTINDAK • Hirarki mengemban tugas untuk mengajar dan menafsirkan secara otentik norma moralitas, dan semua umat awam mengemban tanggung jawab pribadi yang berdasarkan iman dan pengharapan, untuk meresapi tata-dunia dengan Semangan Kristiani. (#48) • Orang kristiani harus membuat suatu pilihan bijaksana sesuai imannya dan menghindari bahaya keakuan kelompok dan totalitarisme yang menindas. (#49) • Orang-orang kristiani mengemban tugas untuk memberikan inspirasi dan membantu membenahi struktur agar menemukan kebutuhan nyata dewasa ini. (#50) • Organisasi Kristen bertanggung jawab atas tindakan bersama demi perubahan masyarakat. Mereka adalah saksi karya Roh Kudus. (#51) • Surat ini bertujuan membangkitkan “Umat Allah agar sungguh memahami peranannya di zaman sekarang ini” dan “memajukan kerasulan di tingkat internasional. (#52)

  16. SERIAJARAN SOSIAL GEREJA No.8 DISADURKAN DARI NOFHID OLEH SEKRETARIAT JUSTICE AND PEACE DAN KOMISI PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI/KWI

  17. KEADILAN DI DUNIA PENDAHULUAN Dokumen ini merupakan hasil pertemuan para Uskup sedunia, termasuk para Uskup Asia, yang dalam Gereja Katolik disebut Sinode. Keadilan di Dunia adalah tema sinode, dengan refleksi tentang “misi Umat Allah dalam memajukan keadilan di dunia”. Sinode Umum Kedua ini mempersembahkan dokumen tersebut kepada Paus Paulus VI karena menganggap bahwa hal ini “harus diketahui oleh seluruh Gereja mengingat dampak-dampak menguntungkan yang pasti terkandung di dalamnya.”

  18. GARIS BESAR “KEADILAN DI DUNIA” Dalam dokumen ini para uskup menegaskan hak setiap atas perkembangan yang bersifat pribadi dan secara kultural peka. Mereka mengajarkan, di samping kesadaran akan struktur-struktur dosa dan ketidakadilan, terdapat pula kesadaran akan hak atas perkembangan. Aksi atas nama keadilan dan transformasi dunia merupakan “matra konstitutif pewartaan Injil”. Gereja harus bersaksi demi keadilan lewat gaya hidupnya sendiri, kegiatan-kegiatan pendidikan, serta aksi internasionalnya. Didahului dengan sebuah pendahuluan singkat, dokumen ini mengetengahkan 4 bagian utama sebagai berikut : • Keadilan dan Masyarakat Dunia • Pesan Injil dan Misi Gereja • Praktek Keadilan • Sepatah Kata Harapan

  19. Sinode Para Uskup Dokumen ini adalah hasil Sinode Umum Kedua para Uskup Sedunia, 30 September sampai dengan 6 November 1971. sinode Para Uskup adalah suatu badan konsultatif dan Sri Paus dapat sewaktu-waktu memanggilnya bila dibutuhkan untuk berkonsultasi mengenai kebutuhan Gereja pada suatu saat tertentu.

  20. PENDAHULUAN • Setelah berkumpul dari seluruh dunia kami telah membaca “tanda-tanda zaman”, mendengarkan Sabda Alla, menanyakan diri kami sendiri tentang tugas perutusan Umat Allah untuk memajukan keadilan di dalam dunia. (#1-2) • Terdapat sistem-sistem dan struktur-struktur yang tidak adil yang menindas umat manusia dan mengekang kebebasan, dan mencegah banyak orang dari usaha mereka membangun dan bekerja sama dalam suatu dunia yang lebih adil dan bersahabat. (#3,5) • Serentak pula muncul suatu kesadaran baru yang melepaskan mereka dari suatu “kepasrahan yang mematikan”. Kesadaran ini pula mendorong mereka untuk membebaskan diri dan tanggung jawab atas nasib mereka sendiri. (#4) • Panggilan Gereja adalah hadir dalam hati dunia dengan memaklumkan Kabar Gembira kepada orang miskin, kebebasan kepada yang tertindas, dan sukacita kepada yang berdukacita. (#5) • “Bertindak atas nama keadilan dan berperan serta dalam pengubahan dunia nampak sepenuhnya bagi kami sebagai matra pokok pewartaan Injil, atau dengan kata lain, sebagai dimensi utama perutusan Gereja bagi penebusan umat manusia dan pembebasannya dari setiap situasi yang menindas.” (#6)

  21. KEADILAN DAN MASYARAKAT DUNIA • Di satu pihak, adanya kesadaran yang lebih jelas akan martabat manusiawi dan persamaan mendasar setiap orang, dengan suatu gerakan yang kuat menuju persatuan dunia; (#7-8) • Di pihak lain, kekuatan-kekuatan yang memecah-belah (perlombaan senjata, ketidak adilan ekonomi, kurangnya peran serta sosial) semakin kuat. (#9-11) • Suatu paradoks dialami dunia dewasa ini : • Berhadapan dengan sistem-sistem penguasaan internasional, keadilan semakin banyak bergantung pada kemauan yang kuat untuk berkembang dan tuntutan akan hak-hak seseorang dan pengungkapan diri. (#13-14) • Nilai pribadi harus ditingkatkan baik bagi pribadi manusia seutuhnya maupun umat manusia seluruhnya. (#15) • Hak atas perkembangan merupakan hak manusiawi yang mendasar dari orang-perorangandan bangsa-bangsa. (#15)

  22. Apabila negara-negara dan daerah-daerah sedang berkembang tidak mencapai pembebasan melalui perkembangan, ada bahaya besar bahwa kondisi-kondisi kehidupan kolonialisme baru di mana negara-negara sedang berkembang akan menjadi korban kekuatan-kekuatan ekonomi internasional. (#16) • Dengan mengendalikan sendiri masa depannya melalui kemauan yang kuat untuk maju, negara-negara sedang berkembang menciptakan jati dirinya sendiri. (#17) • Perkembangan sejati terdiri atas pertumbuhan ekonomi dan peran serta sosial-politis. (#18) • Modernisasi harus melayani kesejahteraan bangsa. Ia pun harus kreatif dan memiliki kepekaan kultural. (#19) • Orang-orang dan bangsa-bangsa yang menderita ketidakadilan tidak bersuara dan bersikap diam. Gereja harus siap mengemban fungsi dan tugas baru dalam masyarakat dunia, demi pengamalan keadilan yang lebih meluas. (#20)

  23. Beberapa ketidakadilan ini meliputi diskriminasi terhadap kaum pendatang, pekerja, dan pengungsi; penganiyayaan karena iman dan asal-usul etnis; pelanggaran hak-hak asasi manusia; narapidana politik yang tidak melalui proses peradilan; antikehidupan (pengguguran yang dilegalkan, perang); ditolaknya orang-orang berusia lanjut, yatim-piatu dan orang sakit. (#21-26) • Pengantaraan lewat dialog perlu untuk pencapaian persatuan sejati. Kembali kepada nilai-nilai otentik diperlukan, khususnya dalam mendorong peran serta generasi muda. (#27-28)

  24. PESAN INJIL DAN PERUTUSAN GEREJA • Dalam dunia yang ditandai dengan dosa berat ketidakadilan, kami mengakui tanggung jawab maupun ketidakmampuan kami untuk menanggulanginya dengan kekuatan kami sendiri. Kami perlu mendengarkan Sabda Allah dengan rendah hati sehingga kami dapat bertindak demi keadilan di dalam dunia. (#29) Keadilan Allah yang Menyelamatkan melalui Kristus • Dalam Perjanjian Lama Allah menyatakan dirinya sendiri sebagai pembebas kaum tertindas dan pembela kaum miskin, sambil menuntut dari kita kepercayaan akan Dia serta keadilan terhadap sesamanya. (#30) • Dalam Perjanjian Baru Yesus menyerahkan diri-Nya secara total kepada Allah demi keselamatan dan pembebasan segenap manusia. Ia menyamakan diri-Nya dengan “saudara-saudara-Nya yang paling hina”. (#31) • Wafat dan Kebangkitan Kristus merupakan panggilan Allah untuk berbalik kepada keyakinan akan Kristus dan cinta akan sesama.

  25. Menurut St. Paulus, hidup kristiani adalah iman yang memercikan cinta kasih dan pelayanan kepada sesama. Kehidupan ini mengarah kepada pembebasan diri yang sejati serta penyerahan diri bagi kebebasan orang lain. (#33) • Hubungan manusia dengan sesamanya terkait dengan hubungannya dengan Allah dalam cinta. “Cinta sesama kristiani dan keadilan tak dapat dipisahkan.” cinta mengandung tuntutan mutlak akan keadilan. Keadilan mencapai kepenuhan batinnya hanya dalam cinta. (#34) • Tugas pewartaan Injil menuntut pengabdian diri kita bagi pembebasan umat manusia dalam dunia ini. Amanat cinta dan keadilan kristiani hanya akan mendapatkan kepercayaan orang-orang dewasa ini, bilamana kita menunjukkan kedayagunaannya lewat tindakan demi keadilan dalam dunia. (#35) Tugas Gereja, Hirarki, dan Umat Kristiani • Pesan Injil memberikan kepada Gereja hak dan kewajiban untuk memaklumkan keadilan ditingkat sosial, nasional dan internasional, dan mencela hal-hal yang tidak adil, bilamana hak-hak asasi manusia dan keselamatannya menuntut hal itu. Gerejapun berhak dan wajib bersaksi tentang cinta dan keadilan dalam lembaga-lembaga gerejani dan dalam kehidupan kita. (#36)

  26. Orang-orang dan bangsa-bangsa yang menderita ketidakadilan tidak bersuara dan bersikap diam. Gereja harus siap mengemban fungsi dan tugas baru dalam Masyarakat dunia demi pengamatan keadilan. • Gereja tidaklah sendirian bertanggung jawab terhadap keadilan di dunia. Peran Gereja tidak menawarkan pemecahan yang konkret atas masalah-masalah khusus, tetapi membela serta memajukan martabat dan hak-hak asasi pribadi manusia. Para anggota gereja mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana warga lainnya. Mereka harus bertindak sebagai ragi di dalam dunia, di dalam kehidupan keluarga, profesi, sosial, dan politis mereka. (#36-38)

  27. PRAKTEK KEADILAN Kesaksian Gereja • Orang kristiani terikat untuk bersaksi tentang Injil dengan menunjukkan adanya sumber-sumber kemajuan yang lain daripada konflik, yaitu cinta dan hak. Keunggulan cinta ini menjadi penuntun untuk bertindak tanpa kekerasan dan berkarya di bidang pendapat umum. (#39) Prioritas utama dari cinta kasih ini adalah anti kekerasan dan bekerja di tengah-tengah pendapat umum. • Siapapun yang memberanikan diri berbicara tentang keadilan haruslah terlebih dahulu adil dalam dirinya sendiri. Karena itu, gereja sendiri perlu meneliti caranya bertindak, harta miliknya, serta gaya hidupnya. (#40)Di dalam gereja sendiri hak-hak haruslah dipertahankan…. Mereka yang melayani gereja dengan karya mereka, termasuk para imam dan kaum religius, harus menerima nafkah yang cukup serta memperoleh jaminan sosial sebagaimana yang biasanya berlaku di daerah mereka. (#41)Tenaga-tenaga awam harus memperoleh upah serta kenaikan jenjang karir yang adil. Hendaknya mereka menjalankan fungsi-fungsi yang lebih penting berkaitan dengan harta milik gereja dan harus dilibatkan dalam administrasinya. (#41)

  28. Kaum wanita harus mendapatkan bagian tanggung jawab dan peran serta dalam kehidupan bersama masyarakat dan gereja. (#42)Di dalam gereja pun harus diakui hak atas kebebasan untuk berbicara dan berpikir, hak atas tata cara hukum yang memadai, dan haka atas peran serta dalam proses pengambilan keputusan. (#44-46)Gereja wajib hidup dan mengelola barang-barang miliknya sedemikian rupa sehingga Injil dapat diwartakan kepada kaum miskin. Tetapi apabila Gereja kelihatan hanya berada di antara kaum kaya dan berkuasa di dunia ini, kredibilitasnya akan sirna. (#47)Gaya hidup semua orang (para uskup, imam, religius, umat awam) harus diteliti. Haruslah dipertanyakan apakah pantas Gereja menempatkan orang dalam kemiskinan di sebuah pulau yang kaya. Pola hidup sederhana sangat perlu di kala berjuta orang menderita kelaparan. (#48)

  29. Pendidikan menuju Keadilan • Sumbangan khusus orang kristiani bagi keadilan adalah kehidupan sehari-hari orang beriman individual. Jadi, pendidikan haruslah mengajarkan orang menghayati hidupnya berdasarkan moralitas pribadi dan sosial yang terungkap dalam kesaksian kristiani. (#49) • Pendidikan dewasa ini, bersama dengan media komunikasi, memperkokoh individualisme dan membentuk pribadi-pribadi yang sesuai dengan ukuran-ukuran baku duniawi. (#50) • Pendidikan untuk keadilan : • Menuntut suatu pembaruan hati dengan pengakuan akan dosa-dosa pribadi maupun sosial; • Kemajuan pola hidup manusia dalam keadilan, cinta, dan kesederhanaan; • Menciptakan kepekaan kritis untuk menyelami masyarakat serta nilai-nilainya; • Membuat manusia sedia mengingkari nilai-nilai yang melecehkan keadilan. (#51)

  30. Di negara-negara sedang berkembang, pendidikan : • Berusaha membangkitkan kesadaran akan situasi nyata masyarakat; • Menyerukan perbaikan-perbaikan dalam masyarakat. (#51) • Pendidikan demikian mencegah manipulasi oleh media komunikasi dan kekuatan-kekuatan politis. (#52) • Pendidikan praktis ini timbul dari aksi, partisipasi, dan kontak dengan situasi-situasi ketidakadilan. (#53) • Pendidikan untuk keadilan dimulai pertama-tama dalam keluarga, dibantu oleh gereja, sekolah, dan organisasi-organisasi lain. (#54) • Isi pendidikan ini meliputi penghormatan akan sesama bersama martabatnya. (#55) • Prinsip-prinsip dasar Injil terdapat dalam pengajaran sosial Gereja Katolik. (#56) • Tugas perutusan kita menuntut keberanian untuk mencela ketidak adilan, dengan cinta kasih, kebijaksanaan dan kegigihan, dan dalam dialog yang jujur dengan semua pihak. (#57) • Liturgi sabda, katekese, dan sakramen-sakramen dapat membantu pendidikan keadilan. Ekaristi membentuk persekutuan dan menempatkannya dalam pelayanan kepada sesama manusia. (#58)

  31. Kerja Sama Antargereja Lokal • Kerja sama antargereja di daerah-daerah yang kaya dan yang miskin melaui persatuan spiritual dan pembagian sumber daya manusia dan materiil merupakan tanda solidaritas gereja. (#59) Kerja Sama Ekumenis • Kerja sama ekumenis dengan semua orang yang percaya kepada Allah dapat dijalin dalam kegiatan yang memperjuangkan martabat dan hak-hak asasi manusia, keadilan sosial, perdamaian, dan kebebasan. (#61-62)

  32. Tenaga-tenaga awam harus memperoleh upah serta kenaikan jenjang karir yang lebih adil. Hendaknya mereka fungsi-fungsi yang lebih penting berkaitan dengan harta milik gereja dan harus dilibatkan di dalam administrasinya. Aksi Internasional • Sambil mengakui pentingnya kerja sama internasional untuk perkembangan sosial dan ekonomi, Gereja mendesak kita untuk mempertimbangkan saran-saran berikut ini : • Perlunya retifikasi dan pengamalan Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Asasi Manusia oleh semua pemerintah; (#64) • Mendukung upaya PBB untuk menghentikan perlombaan senjata, perdagangan senjata, dan menyelesaikan konflik dengan cara-cara damai; (#65) • Memajukan tujuan-tujuan Dasawarsa Pembangunan Kedua yang mencakup pengalihan pendapatan dari negara-negara kaya kepada negara-negara sedang berkembang, harga yang adil untuk bahan baku, pembukaan pasar negara-negara kaya, pengutamaan ekspor dari negara-negara sedang berkembang, perpajakan dengan basis yang meliputi seluruh dunia; (#66)

  33. Merubah pemusatan kekuatan yang memungkinkan peran serta negara-negara sedang berkembang; (#67) • Menekankan pentingnya badan-badan khusus di PBB dalam penegakan keadilan; (#68) • Pemerintah-pemerintah hendaklah meneruskan sumbangan-sumbangan individual mereka untuk suatu dana pembangunan, dengan tetap mengikutsertakan tanggung jawab negara-negara sedang berkembang dalam pengambilan keputusan; (#69) • Negara-negara kaya perlu mengurangi sikap materialistis, konsumsi, serta pemborosan; (#70) • Hak atas perkembangan dapat dipenuhi dengan tindakan : • Rakyat tidak boleh dirintangi untuk mencapai perkembangan sesuai kebudayaan mereka sendiri; • Melalui kerja sama timbal balik, seluruh rakyat merupakan arsitek-arsitek utama perkembangan sosial-ekonomi mereka sendiri; • Setiap warga masyarakat harus sanggup bekerja sama demi kesejahteraan umum dengan dasar berpijak yang sama. (#71)

  34. SEPATAH KATA HARAPAN • Umat Allah hadir di tengah-tengah orang miskin dan mereka yang menderita penindasan dan penganiyayaan. Mereka menghayati Sengsara Kristus dan bersaksi tentang Kebangkitan-Nya. (#73)Harapan akan datangnya kerajaan itu sudah mulai berakar di dalam hati manusia. Misteri Paska Tuhan akanbermakna bilamana kita mengurangi ketidakadilan, kekerasan dan kebencian, dan memajukan keadilan, kebebasan, persaudaraan, dan cinta. (#75)

  35. SERIAJARAN SOSIAL GEREJA No.9 DISADURKAN DARI NOFHID OLEH SEKRETARIAT JUSTICE AND PEACE DAN KOMISI PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI/KWI

  36. EVANGELII NUNTIANDIPewartaan Injil dalam Dunia Modern PENDAHULUAN Menanggapi Sidang Umum Ketiga Sinode para Uskup (1974) yang bertemakan “Pewartaan Injil” (Evangelisasi), Yang Mulia Paus Paulus VI mengeluarkan Ekshortasi Apostoliknya yang berjudul Evangelii Nuntiandi (“Pewartaan Injil dalam Dunia Modern”), 1975, sekaligus untuk memperingati ulang tahun ke-10 penutupan Konsili Vatikan II.

  37. Evangelii Nuntiandi meneguhkan pengajaran Konsili Vatikan II tentang peranan aktif yang harus dilaksanakan Gereja sebagai lembaga maupun sebagai anggota umat Allah dalam menegakkan keadilan di dunia. Nasihat Apostolik ini menyajikan pula ajaran utama Paus Paulus VI tentang misi pewartaan Injil Gereja. Ensiklik Evangelii Nuntiandi memiliki tiga persoalan hangat : GARIS-GARIS BESAR EVANGELII NUNTIANDI • Apa yang telah terjadi terhadap daya tersembunyi dari Kabar Gembira yang dapat berpengaruh pada suara hati manusia? • Dalam bentuk apa dan dengan cara bagaimana kekuatan Injil sungguh-sungguh mampu membawa perubahan bagi manusia dewasa ini? • Metode-metode apa yang harus diikuti agar kuasa Injil dapat membawa pengaruh?

  38. Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Evangelii Nuntiandi dibagi dalam : • Dari Kristus Pewarta Injil kepada Gereja yang Mewartakan Injil • Apakah Pewartaan Injil itu? • Isi Pewartaan Injil • Metode-Metode Pewartaan Injil • Orang-Orang yang Mendapat Manfaat dari Pewartaan Injil • Pekerja-Pekerja Pewartaan Injil • Semangat Pewartaan Injil

  39. PAUS PAULUS VI Paus Paulus VI (1963-1978) sangat terkenal karena menuntun KOnsili Vatikan II sampai pada pencetusan resolusi-resolusinya. Ia banyak mengunjungi ke negara-negara Dunia Ketiga, termasuk Asia, bahkan berpidato di PBB. Hal ini mencerminkan suatu era baru dalam peranan para Paus dalam Gereja dan dunia dewasa ini. Salah satu prestasinya yang gemilang adalah pembentuk Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian. Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan.

  40. TEMA-TEMA KUNCI EVANGELII NUNTIANDI • DARI KRISTUS PEWARTA INJIL KEPADA GEREJA YANG MEWARTAKAN INJIL • Pengutusan Yesus adalah pergi dari kota ke kota sambil mewartakan kepada orang miskin Kabar Gembira Allah. Seluruh segi dari misteri-Nya-Inkarnasi, mukjizat-mukjizat dan pengajaran-Nya, berkumpulnya para rasul, perutusan keduabelas rasul-Nya, Salib dan Kebangkitan-merupakan bagian dari kegiatan penginjilan-Nya. (#6) • Yesus, sebagai pewarta Injil, memaklumkan Kerajaan Allah dengan kata-kata dan tanda-tanda. (#8, 11, 12) • Dia memaklumkan pula penebusan yaitu pembebasan dari segala sesuatu yang menindas umat manusia, dan pembebasan dari dosa dan Kejahatan. (#9) • Kerajaan dan keselamatan ini tersedia bagi setiap orang. Untuk itu, dituntut suatu pembaruan pikiran dan hati yang mendalam. (#10) • Kabar Gembira dimaksudkan untuk semua orang. Mereka yang menerima Kabar Gembira ini pada gilirannya harus menjadi pewarta Injil dengan menyebarluaskannya. (#13) • “Mewartakan Injil…adalah rahmat dan panggilan yang tepat bagi Gereja.” Gereja adalah pewarta Injil namun harus dimulai dengan mewartakan Injil dalam tubuh Gereja sendiri. (#14, 15)

  41. APAKAH PEWARTAAN INJIL ITU? • Evangelisasi dapat dirumuskan sebagai upaya mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya, berkotbah, memberikan katekese, memberikan Permandian dan Sakramen-Sakramen lainnya. Namun, realitas penginjilan harus tidak memihak atau fragmentaris. (#17) Unsur-unsur pewartaan Injil adalah : • Pembaruan - “Bagi Gereja mewartakan Injil berarti membawa Kabar Gembira kepada segenap lapisan umat manusia, dan melaui pengaruh Injil merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru.” (#18) • Perubahan – Pewartaan Injil harus mempengaruhi tolok ukur penilaian manusia, nilai-nilai, kepentingan, pemikiran dan pola hidupnya yang bertentangan dengan Sabda Allah dan rencana penyelamatan. (#19) • Budaya – Evangelisasi kebudayaan harus selalu menjadikan pribadi manusia sebagai titik pangkalnya dan selalu kembali kepada hubungan antar manusia dan hubungan manusia dengan Allah. (#20)

  42. Kesaksian dan Pewartaan – Injil harus dimaklumkan dengan kesaksian hidup pribadi dan dengan pewartaan yang jelas dan eksplisit tentang Yesus. Kesaksian hidup berjalan bersama dengan sabda kehidupan. (#21, 22) • Komunitas Umat Beriman - Umat yang mengalami perubahan karena evangelisasi memasuki komunitas Gereja yang merupakan tanda hidup baru. (#23) • Kerasulan – Orang yang telah menerima pewartaan Injil hendaknya pula mewartakan Injil kepada orang-orang lain. (#23) • Pewartaan Injil adalah suatu proses kompleks dengan banyak unsur yang saling melengkapi dan saling memperkaya :pembaruan kemanusiaan, kesaksian, pewartaan yang eksplisit, ketaatan batin, masuk dalam umat, menerima tanda-tanda, dan prakarsa merasul.

  43. Perutusan Yesus adalah pergi dari kota ke kota sambil mewartakan kepada orang miskin kabar Gembira Allah. Seluruh segi dari misteri-Nya-Inkarnasi, mukjizat-mukjizat dan pengajaran-Nya, berkumpulnya keduabelas rasul-Nya, salib dan kebangkitan merupakan bagian dari kegiatan penginjilan-Nya. (#6)

  44. ISI PEWARTAAN INJIL • Penebusan – Pesan utama pewartaan Injil adalah bahwa “dalam Yesus Kristus, Putera Allah yang menjadi manusia, yang wafat dan bangkit dari kematian, penebusan ditawarkan kepada semua orang sebagai suatu karunia rahmat dan belas kasih Allah.” (#27) • Harapan – Pewartaan Injil menyangkut pewartaan tentang kehidupan akhirat. Pewartaan Injil mencakup pula pewartaan tentang harapan akan janji yang dibuat Allah dalam Perjanjian Baru dalam Yesus Kristus, pewartaan tentang misteri kejahatan dan usaha mencari kebaikan secara aktif. Pewartaan tentang pencarian aktif akan Allah dilakukan lewat doa, Komuni, dan Sakramen-Sakramen. (#28) • Kehidupan Seutuhnya – Pewartaan Injil memiliki dimensi pribadi, keluarga, dan sosial yang mencakup hak-hak dan kewajiban manusia, kehidupan keluarga, kehidupan dalam masyarakat dan kehidupan internasional, perdamaian, keadilan, perkembangan, dan pembebasan. (#29)

  45. Pembebasan – Gereja mempunyai kewajiban untuk mewartakan pembebasan ini, memberikan kesaksian, dan menjamin bahwa hal ini adalah sempurna. Semuanya ini bukanlah suatu yang asing melainkan menyatu dengan pewartaan Injil. (#30) • Pemajuan Manusia – Rencana penebusan meliputi karya menentang ketidakadilan. Dalam pewartaan Injil keadilan tak dapat diabaikan. • Integral dan Total – Penyelamatan dan pembebasan tidak dapat dikurangi hanya pada kesejahteraan materiil belaka. Dimensi spiritual dan religius tak dapat diingkari. (#32) • Pembebasan Injil – Pembebasan tak dapat dibatasi pada ekonomi, politik, kehidupan sosial atau budaya. Ia harus mencakup seluruh pribadi. (#33) Pewartaan Injil memiliki dimensi pribadi, keluarga dan sosial yang mencakup hak-hak dan kewajiban manusia, kehidupan keluarga, kehidupan dalam masyarakat dan kehidupan internasional, perdamaian, keadilan, perkembangan dan pembebasan. (#29)

  46. Yang Berpusat pada Kerajaan Allah – Pewartaan Kerajaan Allah tak dapat digantikan dengan pewartaan tentang bentuk-bentuk pembebasan manusia. Sumbangan Gereja bagi pembebasan adalah tidak lengkap jika ia mengabaikan pewartaan keselamatan dalam Yesus Kristus. (#34) • Pewartaan Injil dan Pembebasan – Pembebasan manusia dan penebusan dihubungkan dalam Yesus Kristus. Pembebasan sejati harus digerakkan oleh keadilan dan cinta kasih, dan tujuan akhirnya haruslah penebusan dan kebahagiaan dalam Allah. (#35) • Pertobatan – Pertobatan pribadi diperlukan dalam membangun struktur-struktur yang lebih manusiawi, adil, menghormati hak-hak manusia, tidak menindas dan tidak memperbudak. (#36) • Tanpa Kekerasan - Kekerasan tidak selaras dengan pembebasan sejati. Kekerasan akan membangkitkan kekerasan dan membawa bentuk-bentuk penindasan dan perbudakan baru dan lebih berat. (#37) • Kebebasan Beragama adalah hak asasi manusia yang penting. (#39)

  47. METODE-METODE PEWARTAAN INJIL • Kesaksian Hidup – Sarana pertama pewartaan Injil adalah kesaksian hidup kristiani yang otentik, yang diberikan kepada Allah dan sesamanya dalam suatu persekutuan yang tak dapat dibinasakan oleh apapun juga. (#14) • Kotbah yang Hidup – Sarana kedua adalah berkotbah tentang Kabar Gembira. Metode-metode komunikasi modern telah dipergunakan dengan sukses. (#42) • Liturgi Sabda – Kotbah terdapat dalam Liturgi Sabda dan merupakan kesempatan istimewa untuk mengkomunikasikan Sabda Allah. (#43) • Katakese – Pengajaran Katakese harus disesuaikan dengan usia, kebudayaan, dan sikap pribadi-pribadi bersangkutan; mereka harus senantiasa menanamkan dalam ingatan, pikiran dan hati mereka kebenaran-kebenaran yang hakiki. (#44) • Media Massa – Penggunaan media massa untuk pewartaan Injil hendaknya menjangkau sejumlah besar orang, namun dengan kemampuan menembus hati nurani setiap individu. (#45)

  48. Kontak Pribadi – Dalam jangka panjang, kontak pribadi sangat penting bagi pewartaan Injil. (#46) • Sakramen-Sakramen – Pewartaan Injil harus menyentuh kehidupan kodrati maupun adikodrati. Kehidupan adikodrati ini terungkap dalam tujuh Sakramen. Peranan evengelisasi adalah mendidik masing-masing individu kristiani agar menghayati Sakramen-Sakramen sebagai Sakramen-Sakramen sejati dari kehidupan – dan bukan untuk menerimanya secara pasif melainkan untuk menjalaninya. (#47) • Kesalehan yang Merakyat – Agama rakyat ini mencerminkan suatu kehausan akan Allah yang hanya dapat dikenal oleh orang sederhana dan miskin. Ia juga membuat orang-orang mampu bersikap murah hati dan rela berkorban bahkan bersikap sebagai pahlawan. Orang harus peka akan kesalehan yang merakyat, mengetahui bagaimana menyelami dimensi-dimensinya yang terdalam serta nilai-nilainya, membantunya mengatasi bahaya penyelewengan. Dengan demikian kesalehan yang merakyat itu dapat menjadi suatu pertemuan sejati dengan Allah dalam Yesus Kristus. (#48)

  49. ORANG-ORANG YANG MENDAPAT MANFAAT DARI PEWARTAAN INJIL • Kabar Gembira ditujukan kepada setiap orang. “Pergilah ke seluruh dunia; beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (#49) • Kendala-kendala seperti penyiksaan dan perlawanan, serta cobaan-cobaan terhadap para pewarta Injil tidak pernah dapat merintangi pewartaan Kabar Gembira ke seluruh dunia. (#50) • Kepada Mereka yang Belum Mengenal-Nya – Yesus Kristus dan Injil-Nya pertama-tama diwartakan kepada mereka yang belum mengenal-Nya. “Pra-evengelisasi” dapat membantu pewartaan ini, misalnya, melalui karya seni, pendekatan ilmiah, penelitian filosofis dan menggugah hati manusia. (#51) • Kepada Dunia yang Tidak Lagi Kristiani – Kabar Baik Yesus harus diwartakan juga kepada mereka yang sudah dibaptis namun hidup di luar kehidupan kristiani, kepada orang-orang sederhana yang tentu mempunyai iman namun tanpa pengetahuan yang sempurna, kepada kaum intelektual yang merasa perlu mengetahui Yesus Kristus, dan juga kepada banyak orang lain. (#52)

  50. Kepada Agama-Agama Bukan Kristen – Gereja menghormati dan menghargai agama-agama bukan Kristen karena merupakan ungkapan hidup dari jiwa kelompok besar umat manusia. Mereka mengandung gema usaha pencarian yang tidak pernah lengkap akan Allah selama ribuan tahun, tetapi dilakukan dengan ketulusan yang besar dan kelurusan hati. Namun, Gereja tidak dapat menyembunyikan dari mereka pewartaan tentang Yesus dan kekayaan Misteri-Nya. (#53) • Kepada Orang-Orang yang Percaya – Iman para Pengikut Kristus perlu diperdalam, diperkokoh, diperkaya dan didewasakan. Untuk itu, Gereja perlu menyapa sekularisme, ateisme, dan humanisme. (#54) • Kepada Orang-Orang yang Tidak Percaya – Semakin meningkatnya ketidak percayaan dalam dunia modern dengan hadirnya humanisme ateis, sekularisme dan ateisme yang berpusat pada manusia. (#55) • Kepada Orang yang Tidak Mengamalkan Agamanya – Pewartaan Injil harus menemukan sarana dan bahasa yang tepat untuk menyajikan wahyu Allah dan iman akan Yesus Kristus kepada orang-orang kristiani yang tidak mengamalkan agamanya. KABAR GEMBIRA ditujukan kepada setiap orang. “PERGILAH keseluruh dunia; beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

More Related