1 / 10

ROSTOW’S THEORY

ROSTOW’S THEORY. TEORI LIMA TAHAP PEMBANGUNAN. Masyarakat Tradisional. Pertanian padat tenaga kerja; Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era Newton); Pertanian adalah mata pencaharian; Adanya sistem barter; Produktivitas rendah.

halia
Download Presentation

ROSTOW’S THEORY

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. ROSTOW’S THEORY TEORI LIMA TAHAP PEMBANGUNAN

  2. Masyarakat Tradisional • Pertanian padat tenaga kerja; • Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era Newton); • Pertanian adalah mata pencaharian; • Adanya sistem barter; • Produktivitas rendah.

  3. Prasyarat Tinggal Landas“the preconditions for takeoff” • Pendirian industri-industri pertambangan; • Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian; • Perlunya pendanaan asing; • Tabungan dan investasi meningkat; • Terdapat lembaga dan organisasi tingkat nasional; • Adanya elit-elit baru; • Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar.

  4. Tinggal Landas “The Take-off” • Industrialisasi meningkat; • Tabungan dan investasi semakin meningkat; • Peningkatan pertumbuhan regional; • Tenaga kerja di sektor pertanian menurun; • Stimulus ekonomi berupa revolusi politik, • Inovasi teknologi, • Perubahan ekonomi internasional, • Laju investasi dan tabungan meningkat 5 – 10 persen dari Pendapatan nasional, • Pengaturan kelembagaan lebih baik (misalnya sistem perbankan).

  5. Menuju kematangan ekonomi / Kedewasaaan (the drive to maturity), • Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan; • Diversifikasi industri; • Penggunaan teknologi secara meluas; • Pembangunan di sektor-sektor baru; • Investasi dan tabungan meningkat 10 – 20 persen dari pendapatan nasional.

  6. Era konsumsi-massal tingkat tinggi (the age of high mass-consumption) • Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa; • Meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa; • Peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran

  7. Pendukung Rostow’s Theory Arief Budiman. “Teori Pembangunan Dunia Ketiga.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2000.”

  8. Drs. Odry Syafwil, MS. “Kuliah 5/11/2012 @STIS ruang 266”. “rasio konsumsi tinggi” maka suatu masyarakat itu dikatakan mundur dikarenakan nilai pendapatannya rendah. “rasio konsumsi rendah” maka suatu masyarakat itu dikatakan maju dikarenakan nilai pendapatannya tinggi. Nah, jika konsumsi semakin tinggi diharapkan pendapatannya semakin meningkat dan tinggi juga (sesuai dengan kaidah pendapatan melalui pendekatan pengeluaran).

  9. Penentang Rostow’s Theory Simon Kuznets (1901-1985), pakar ekonomi dari Columbia University, S. Djojohadikusumo, 1991:129) Prof Sarbini Sumawinata (Suwarsono dan So, 2006: 33) “Teori ini kurang memperhatikan segi sosial, budaya, dan politik negara-negara berkembang termasuk Indonesia sebagai syarat untuk tinggal landas sebagaimana yang ditulis Rostow.“ “Menurutnya, Teori Rostow sangat kabur dan sulit untuk diuji secara empiris selain itu juga , mengkritik tentang kegagalan Rostow dalam menyatakan ruang lingkup yang bagaimana teorinya berlaku.”

  10. Penentang Rostow’s Theory (cont) Judistira K.Gama “Kurang memperhatikan faktor politik dari pembangunan ekonomi yang dipaksakan dalam percepatan pembangunan. Selain itu juga pluralitas budaya dari suku bangsa dan tingkat serta kualitas pendidikan suatu negara perlu diperhitungkan karena bisa terjadi di suatu negara itu adadaerah dan kelompok masyarakat maju, kurang maju, dan terbelakang dibandingkan satu dengan yang lainnya.” (Teori Sosial dan Pembangunan Indonesia 1999: 15)

More Related