1 / 92

BULK CARRIER PROCEDURES PROSEDUR KAPAL MUATAN CURAH

*. BULK CARRIER PROCEDURES PROSEDUR KAPAL MUATAN CURAH. DAFTAR ISI. Section 1 - General Section 2 - Hazards and Precautions Section 3 - Pollution Prevention Section 4 - Operational Planning Section 5 - Standard Operating Procedures Section 6 - Ballast and Hold Bilge Operations

grady
Download Presentation

BULK CARRIER PROCEDURES PROSEDUR KAPAL MUATAN CURAH

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. * BULK CARRIER PROCEDURES PROSEDUR KAPAL MUATAN CURAH

  2. DAFTAR ISI Section 1 - General Section 2 - Hazards and Precautions Section 3 - Pollution Prevention Section 4 - Operational Planning Section 5 - Standard Operating Procedures Section 6 - Ballast and Hold Bilge Operations Section 7 - Periodic Inspection, Testing and Maintenance

  3. Section 1- General 1.01 Introduction 1.02 Operational Safety 1.03 Operational Procedures 1.04 Commercial Responsibilities 1.05 Commercial Consideration 1.06 Officer in Charge

  4. 1.01 - Introduction • Prosedur ini digunakan untuk kapal yang di design khusus Bulk Carrier (Muatan Curah)

  5. 1.02 - Operational safety • Perusahaan menyadari adanya publikasi yang relevan dengan muatan curah. Daftar Buku terdapat pada Lampiran I

  6. 1.03 - Operational Procedures • Rekomendasi yang tedapat dalam publikasi telah diadopsi menjadi prosedur Perusahaan. • Bila terdapat konflik antara publikasi dan prosedur perusahaan, maka prosedur perusahaan adalah acuannya.

  7. 1.04 - Commercial Responsibilities • Keselamatan personil dan kapal tetap merupakan hal paling utama. Efisiensi operasi kapal harus menyangkut masalah safety dan komersial. • Master harus mempelajari persyaratan Charterer dan memenuhinya.

  8. 1.05 - Commercial Consideration • Manual ini tidak menjelaskan secara detil tentang Bills of Lading, Charter Parties dan aspek komersial lainnya. • .

  9. 1.06 - Officer in Charge • Officer in Charge adalah Chief Officer • Yang bertanggung jawab kepada Master untuk seluruh operasi yang meliputi • Operasi Cargo • Operasi Ballast • Operasi pendukung lainnya

  10. Section 2 - Hazard and Precautions 2.01 General 2.02 Peraturan Merokok 2.03 Barang Berbahaya 2.04 Muatan Curah 2.05 Portable Gas Detector 2.06 Hot Work 2.07 Riding Squat 2.08 Masuk ke Ruang Muat 2.09 Akses ke Ruang Muat 2.10 Pencahayaan di Ruang Muat

  11. 2.01 - General / Umum • Bahaya kesehatan, kebakaran dan bahaya lainnya untuk setiap jenis muatan dijelaskan didalam IMDG Code • Code of Safe Working Practice juga menjelaskan tentang hal tersebut.

  12. 2.02 - Peraturan Merokok Peraturan merokok telah ditetapkan dalam prosedur Keselamatan , termasuk dilarang merokok : 1. Di luar ruang akomodasi atau kamar mesin 2. Tempat-tempat tertentu sesuai dengan peraturan setempat

  13. 2.03 - Barang Berbahaya • Definisi barang berbahaya sesuai dengan IMDG Code • Pemuatan barang berbahaya sesuai dengan IMDG Code dan fitness certificate • Bila barang berbahaya tidak teridentifikasi, maka harus ditolak untuk dimuat. • Jika barang berbahaya ditemukan mengalami kerusakan, maka : • Check di Ems IMDG Code tentang tindakan yang harus dilakukan. • Lapor ke Perusahaan dan Shipper • Copy manifest barang berbahaya harus ada di bridge • Master harus minta assistant dari P & I bila barang berbahaya diletakan dengan barang berbahaya jenis lainnya. Atau bila menemukan barang berbahaya mengalami kerusakan.

  14. 2.04 - Muatan Curah • Pemuatan muatan curah harus sesuai dengan rekomendasi IMO-Bulk Carrier Code. • Pemuatan Grain Cargo harus dilekukan sesuai dengan Ship Grain Plan dan Grain Stability Data. • Rekomendasi dari The Internatinal Code for the safe carriage of grain in Bulk harus diperhatikan juga.

  15. 2.05 - Portable Gas Detector • Kapal harus mempunyai: • Oxygen meter • Combustible gas meter • Toxic gas meter (jika diperlukan - sesuai jenis muatan) • Alat tersebut harus dicheck dan dikalibrasi sesuai dengan rekomendasi maker-nya.

  16. 2.06 - Hot Work • Prosedur pekerjaan Hot Work telah ditetapkan didalam Prosedur Permesinan

  17. 2.07 - Riding Squads • Jika Riding Squads bekerja di atas kapal, maka Prosedur Keselamatan harus diperhatikan.

  18. 2.08 - Masuk ke Ruang Muat • Masuk ke ruang mauat (penuh atau kosong) adalah dilarang bila tanpa persetujuan C/O. • Prosedur masuk ruang tertutup dapat dilihat pada Prosedur Keselatan

  19. 2.09 - Akses ke Ruang Muat • Tangga masuk ke ruang muat harus selalu dirawat • Bukaan di ruang muat yang dapat menyebabkan bahaya harus dijaga dan terdapat cukup penerangan.

  20. 2.10 - Penerangan Ruang Muat • Lampu penerangan tetap di ruang muat harus dicheck secara rutin • Saklar harus ditutup pada saat pemuatan untuk mencegah mati sendiri. • Lampu portable harus selalu dijaga dan dirawat. Bola lampu spare harus tersedia. • Penerangan harus cukup pada saat orang masuk ke ruang muat.

  21. Section 3 - Pencegahan Polusi 3.01 General 3.02 Persyaratan Peraturan 3.03 Persyaratan Perusahaan 3.04 Prosedur Pembersihan Ruang Muat 3.05 Overboard Discharge 3.06 Ballast 3.07 Accident Overboard Loss of Cargo

  22. 3.01 - General / Umum • Walaupun residu muatan dikategorikan bukan polutan, tetapi bisa menjadi polutan pada pelabuhan - pelabuhan tertentu. Peraturan setempat harus diperhatikan. • Resiko polusi bisa terjadi bila melakukan pemompaan got ruang muat langsung ke laut.

  23. 3.02 - Persyaratan Peraturan Peraturan secara unum tentang pembuangan material ke laut telah diatur oleh konvensi internasional. Konvensi tersebut selalu mengalami amendmen dan ada beberapa negara yang memberlakukannya lebih awal. Peraturan nasional dan peraturan internasional harus selalu diperhatikan.

  24. 3.03 - Persyaratan Perusahaan 1. Perusahaan mensyaratkan bahwa pembuangan sampah ke laut harus seminimum mungkin. 2. Pembungan sisa muatan kelaut harus seijin Master. 3. Master harus melakukan review terhadap peraturan nasional dan internasional. 4. Membuang sampah harus dilakukan sejauh mungkin dari darat walaupun peraturan membolehkan buang sampah lebih dekat.

  25. 3.04 - Prosedur Pembersihan Ruang Muat • Selalu diusahakan untuk membuang sampah ke darat untuk mengurangi pembuangan sampah ke alut. • Pembuangan sampah harus dicatat di dalam Garbage Record Book.

  26. 3.05 - Overboard Discharge • Overborad discharge dari tangki ballast dan got ruang muat harus domonitor untuk mendeteksi adanya minyak • Bila pompa ruang muat dan sistim pipa merupakan bagian elemen dari system di ruang mesin , maka harus dipastikan bahwa elemen di kamar mesin diflushing sampai bersih.

  27. 3.06 - Ballast • Ballast yang dimuat di pelabuhan harus diganti dengan air laut bersih pada saat pelayaran dan di catat di Deck Log Book. • Pergantian ballast tersebut harus dilakukan kecuali bila tidak terdapat cukup waktu atau cuaca buruk. • Bila ballast berlumpur dan kotor, maka agar diganti segera dengan air laut yang bersih. Hal ini untuk mencegah menumpuknya lumpur sehingga sistim catodic protection dapat bekerja dengan baik.

  28. 3.07 - Accidental Overboard Loss of Cargo • Sesuai dengan persyaratan MARPOL, Master bertanggung jawab melaporkan kepada Coastal State bila terjadi loss/membuang muatan berbahaya kelaut • Sesuai dengan persyaratan SOLAS, jika loss atau pembuangan tersebut dapat menyebabkan bahaya navigasi, Master harus mengirimkan Danger Message kepada Coastal State dan Perusahaan.

  29. Section 4 - Operational Planning 4.01 General / Umum 4.02 Cargo Loading 4.03 Loaded Passage 4.04 Cargo Discharge 4.05 Ballast Passage

  30. 4.01 - General / Umum • Setiap kegiatan pemuatan, ballast dan pembersihan ruang muat harus direncanakan sebaik mungkin.

  31. 4.02 - Cargo Loading • Distribusi muatan direncanakan untuk memaksimumkan muatan dan meminimkan hull stress dengan menjaga trim dan stability yang cukup selama pelayaran.

  32. 4.03 - Loaded Passage • Palka harus dikontrol setiap hari penutup lubang palka dan access ke palka untuk memastikan kedap air, terawat secara keseluruhan serta dasar palka untuk memastikan terawat • Deck cargo lashing di check setiap hari diperbaiki, dicatat dalam Deck Record Book. • Require Cargo Temperature , dicheck dan dicatat paling sedikit 1x per hari. • Muatan Berbahaya di deck dikontrol dalam interval waktu • Ventilasi Ruang Muat disediakan bila diperlukan lengkapi dengan wet & dry temperature, humidity dipelihara dan dicatat.

  33. 4.04 - Cargo Discharge • Discharge operational harus direncanakan sebelumnya dengan menghitung semua factor yang diketahui. • Urutan Cargo Discharge dan Ballast Loading harus direncanakan sebelumnya untuk memastikan selama bongkar waktu yang limit, keterbatasan pelabuhan dan tambahan kebutuhan stabilitas kapal dapat terpenuhi semua. • Periodic draft survey harus dilaksanakan untuk confirm bahwa bongkar dan ballast berjalan sesuai perencanaan • Buka dan tutup palka harus memperhatikan peraturan dan per-syaratan setempat, koordinasikan dengan agent atau stevedores • Pollutants dari muatan dipisahkan sesuai jenisnya seperti plastic separations and coverings, broken packaging dibongkar dengan koordinasi pihak penguasa pelabuhan • Departure ballast disesuaikan dengan keselamatan manouvering dan sebagai bagian awal dari ballast voyage.

  34. 4.05 - Ballast Passage • Rencana pembersihan ruang muat diperhitungkan dengan kebutuhan next cargo serta persyaratan pencharter. • Program pengecatan dan perbaikan di ruang muat diperhitungkan dengan next cargo dan cukup waktu untuk cat kering sebelum muat next cargo. • Rencana penggantian ballast agar me- minimise hull streess dan stabilitas kapal terpelihara setiap saat. • Arrival ballast agar memperhatikan terhadap keselamatan manouvering dan pelayaran.

  35. Section 5 - Standard Operating Procedures 5.11 Hold Preparation 5.12 Routine sounding 5.13 Manholes, access, opening 5.14 Draught Survey 5.15 On hire and off hire survey 5.16 Voyage order 5.17 Documentary Procedures 5.18 Notice of readiness 5.19 Quantity of cargo loaded/discharged 5.20 Statement of facts 5.21 Cargo hold inspection 5.22 Stevedore damage 5.23 Discovery and reporting of defects 5.01 General 5.02 Standing Order 5.03 Recording of operations 5.04 System, machinery and equipment 5.05 Standard Operational Test and Inspection 5.06 Stability 5.07 Longitudinal and local strength 5.08 Cargo lifting gear 5.09 Stevedores 5.10 Hold Cleaning

  36. Section 5 - Standard Operating Procedures 5.24 Ventilation of cargo space 5.25 Engine room manning 5.26 Presentation of a ship with loaded ballast hold 5.27 Insurance incident reports

  37. 5.01 - Umum • Prosedur detail dalam seksi ini perihal yang berhubungan dengan operational cargo dan yang relevant. • 5.02 - Standing order • The company Bulk Carrier Standing Order didapatkan pada Appendix II manual ini.

  38. Company Bulk carrier Standing Orders • 1. Master menunjuk Chief Officer sebagai Officer in Charge pada Cargo, Ballast dan operasional Cleaning dan yang berhubungan dengan operational tsb, untuk itu Master dapat dipanggil atau diminta untuk konsultasi. • 2. Tugas Officer in Charge adalah merencanakan, mengorganize, kontrol dan supervise untuk seluruh deck dan cargo aspects pada operational yang tepat serta berhubungan dengan Chief Engineer untuk memastikan tepat pada waktunya system dapat operational. • 3. A Deck Watch harus dilaksanakan selama operational seluruh cargo & ballast dan Officer in Charge mengorganise Deck Officers lainnya dan Ratings ke dalam penjagaan ini, • 4. A Deck Watch paling sedikit berjumlah 3(tiga)orang yaitu : (1) The Officer in Charge, (2) One Deck Officer, (3) One Rating.

  39. 5. Rotasi personil Deck Watch diatur sedemikian rupa agar mereka mendapatkan periode istirahat yang cukup, Bilamana diperlukan Officer in Charge mengambil periode istirahat pada waktu penjagaannya, hal ini akan meng-akibatkan kegiatan operasional rendah. • 6. Officer in Charge harus memberi briefing kepada Watch Officers tentang rencana operasional dan pemenuhan tugas Watch Officer untuk control dan suprevise terhadap aspect routine operational, yang meliputi : (1) Supervise Loading & Discharge operasional awal dan akhir, (2) Supervise Ballasting operasional awal dan akhi, (3) Inspect Cargo di palka sebelum menutup penutup palka pada akhir Loading, (4) Pastikan bahwa lubang muatan palka dan access penutup palka rapat-rapat sebelum bertolak ke laut, (5) Supervise seluruh intensional Discharge ke laut sebagaimana diketahui ada resiko polusi, (6) Tanda tangan Mate’s Receipts atau Cargo Document lainnya wewenang Master.

  40. 7. Sebelum meninggalkan deck untuk waktu yang lama Officer in Charge harus memberikan instruksi tertulis kepada Watch Officer sehubungan dengan kontinuitas operational yang berjalan dan waktu atau keadaan kapan dia harus dipanggil. • 8. Pada saat Officer in Charge absen di deck, Watch Officer mengambil tanggung jawab untuk melanjutkan seluruh rencana operasi seperti yang sudah dituliskan dalam instruksinya. Dia harus control dan suprevise seluruh aspect monitoring operasi muat dan bongkar sebaik-baiknya antara lain pemenuhan persyaratan umum mooring, gangway, draught, penerangan dsb. Dia boleh meng adjust kecepatan muat atau bongkar, tetapi dia tidak boleh menyimpang dari rencana tanpa instruksi dari Officer in Charge. Dia harus memanggil Officer in Charge segera jika timbul keadaan emergency. Dalam keadaan emergency dia tidak boleh ragu-ragu untuk menstop seluruh operasional, jika menurut pertimbangannya keadaan tsb harus segera diaksi.

  41. 5.03 Recording of operations • Record secara menyeluruh dan detail kejadian selama operasi dilakukan dengan mencatat kejadian ke dalam Cargo Log Book di Deck Office atau tempat lain yang sesuai. Hanya kejadian yang menonjol saja yang direcord / ditransfer ke Deck Log Book. • Perlu dicatat bahwa Cargo Log Book dan Deck Log Book dibutuhkan untuk Legal proses bila timbul kejadian dalam cargo operasi.

  42. 5.04 Systems, Machinery and Equipment. • Officers harus familiar dengan Manual Instruction dari Galangan pembuat kapal dan Pabrik yang berhubungan dengan operasional system, machinery dan equipment dan memerintahkan kepada Ratings untuk menggunakan secara benar peralatan tsb, test & check rutin waktu start dan operasional. • 5.05 Standard operational tests and inspections • Menggerakkan peralatan Cargo Lifting seperti Cargo Cranes, Derricks dsb harus ditest secara opersi penuh sebelum peralatan tsb diserahkan penggunaannya kepada Stevedores. • Dasar ruang muat harus di test dan souding pipes harus clear. • Sebelum Hatch Cover ditutup, rel dan compression bar harus diperiksa untuk memastikan bebas dari cargo dan serpihan puing dan katup saluran tidak tertutup.

  43. 5.06 Ship Stability * Master dan Deck Officer harus familiar dengan kebutuhan specific stability Trim kapal dan buku stability maupun documrent lain yang relevan. Apabila kapal memiliki requirement specific Damage Stability, maka Master harus membrifing dan memberikan perhatiannya kepada Deck Officers. * Master dan Officer in Charge harus memastikan bahwa kapal sebelum berlayar dan pada waktu berlayar memenuhi stabilitas yang tepat. Bilamana diperlukan pemenuhan kebutuhan tsb. dihitung dengan calculasi yang tepat termasuk perhitungan pertimbangan angin dan es. * Ketika sandar di pelabuhan, Master dan Officer in Charge harus yakin, dengan calculasinya bahwa setiap saat kapal memiliki stabilitas yang baik.

  44. 5.07 Longitudinal dan local strength • a) Master dan Deck Officer harus familiar detail persyaratan Specific Longitudinal dan Local Strength yang terdapat dalam Ship’s Loading Manual dan document yang relevant. • b) Master dan Officer in Charge harus memastikan bahwa sebelum berlayar dan selama berlayar kapal memenuhi persyaratan Strength yang tepat, jika ada methode untuk menghitung shear forces dan bending moments agar dicheck dengan kalkulasi untuk menyakin-kan memenuhi syarat. • c) Sewaktu sandar di pelabuhan, Master dan Officer in Charge harus memastikan dengan kalkulasi jika diperlukan bahwa persyaratan shear forces dan bending movements terpenuhi. • d) Sebelum memuat bulk cargoes, sangat penting bahwa urutan pengisian palka dan discharge ballast diuji secara detail dengan check setiap kondisi intermediate pada instrumen Ship’s Loading untuk memastikan bahwa setiap saat Shear Forces dan Bending Moments dalam limit yang diijinkan pelabuhan.

  45. e) Jumlah Loading Runs atau passes yang digunakan dan Quantity Loaded pada setiap pass harus dipertimbangkan dengan forces acting pada kapal dan tidak dengan pertimbangan lain waktu atau sesukanya. • f) Urutan rencana muat disarankan secara terulis ke fasilitas muat. • g) Sebelum bongkar bulk cargoes, sagat penting partial bongkar palka dan muat ballast dan diuji secara detail dengan check setiap intermediate kondisi pada Ship’s Loading Instrumen untuk memastikan bahwa setiap saat shear forces dan bending moments dalam limit yanh diijinkan pelabuhan • h) Urutan palka yang dibongkar dan quantity bongkar pada setiap kerja harus dipertimbangkan dengan forces acting pada kapal dan tidak dengan pertimbangan lain waktu atau seenaknya. Persyaratan ini penting ketika bongkar full cargo dari palka berganti-ganti namun harus diikuti selama bongkar keseluruhan.

  46. 5.08 Cargo lifting gear • a) Crew diinstruksikan seperlunya dalam penggunaan Cargo Lifting Gear sesuai prosedur manouver Gear In dan Gear Out pada Stow Position. • b) Hanya Crew untuk Rig dan Stow ship’s gear. Stevedores hanya menggunakan ship’s gear pada saat Operating Position. • 5.09 Stevedores • a) Sebagai penghubung untuk memelihara operasi cargo. • b) Kebutuhan untuk buka dan tutup palka, penerangan, mengaman kan cargo, dsb, agar disetujui sebelum memulai operasi cargo. • c) Officer in Charge harus menyarankan kepada Stevedores dalam tulisan pada Loading atau Discharge Plan dan harus di up date atau diamandemen rencana tsb jika diperlukan.

  47. 5.10 Hold Cleaning • a) Ketika mengganti cargo, seluruh palka dan dasar palka harus dibersihkan disapu dan kumpulan kotorannya (berupa cargo residues dan sisa puing reruntuhan) diangkat sebelum dicuci dengan air dalam persiapan untuk memuat cargo berikutnya. • b) Jika memungkinkan penyapuan pembersihan dilaksanakan sebelum selesai bongkar muatan, sehingga crane bongkar dapat digunakan untuk mengangkat kumpulan kotoran ke luar palka. • c) Palka cargo yang akan di ballast harus dibersihkan disapu dan kotorannya diangkat dari palka sebelum ballast diisi ke palka. • d) Pembersihan dengan air di palka dan dasar palka dilaksanakan dengan menggunakan perlengkapan perkakas yang dapat mem bersihkan parikel muatan yang menempel. Jika mungkin Educators digunakan untuk menyalurkan air pembersihan ini, air pempersihan tsb disalurkan langsung keluar kapal. Bilamana dasar palka dilengkapi dengan saringan agar dipasang selama pembersihan.

  48. e) Penyelesaian pencucian palka dengan mengeringkannya keluar membuat ventilasi terbaik mengunakan fasilitas yang ada • f) Penyelesaian Hold Cleaning, Officer in Charge harus memeriksa palka untuk meyakinkan bahwa kondisi palka siap untuk menerima cargo berikutnya. • g) Selama pemeriksaan agar diperhatikan kondisi baud, mur atau peralatan lainnya untuk keamanan Manholes atau access lainnya ke double bottoms dan ruangan-ruangan untuk memastikan tidak ada terjadi kerusakan. • h) Ketika dipesan untuk pelayaran berurutan berikutnya meng angkut bulk cargo yang sama, derajat cleaning dikurangi dan program cleaning yang diikuti untuk memastikan bahwa setiap palka lansung dibersihkan sedikitnya 1X pada setiap cargo ketiga. Namun tanpa memperhatikan derajat Cleaning palka yang dilaksana kan, setiap ruangan didasar palka dibersihkan dan ditest isap pada setiap ballast passage.

  49. 5.11 Hold preparation • a) Penyelesaian leaning palka, palka harus disiapkan sedapat mungkin jauh hari sebelumnya untuk muat cargo berikutnya. Jika peralatan atau material yang dibutuhkan untuk persiapan palka tidak ada dikapal, maka Master memintanya ke Perusahaan. • b) Jika Bulk Cargo akan menutupi lubang-lubang saringan didasar palka, maka saringan-saringan tsb harus dilapisi dengan kain goni atau bahan material yang dapat tembus air untuk mencegah cargo masuk menutupi saringan di dasar palka. • 5.12 Sounding rutine Palka, Tanki dan ruangan-ruangan Setiap hari rutin dilaksanakan sounding pada dasar palka cargo bilge ballast tanks dan ruangan-ruangan kosongnya untuk mengetahui quantity dan medeteksi kebocoran. Direcord di Deck Sounding Book dan Deck Log Book. Bila terdeteksi ada kebocoran Master harus ambil aksi untuk mengontrol situasi dan melaporkan keadaan tsb ke Company secepatnya.

  50. 5.13 Manholes, Access dan Openings • a) Record harus dibuat pada Deck Log Book tentang Pembukaan dan Penutupan seluruh cover manhole yang berada di luar kamar mesin dan yang berada di bawah Upper Deck. Hal ini merupakan bagian yang disyaratkan pada pelaksanaan Inspeksi Kondisi Struktural. • b) Officer in Charge harus supervise anak buahnya pada saat penutupan setiap access yang memungkinkan air atau oil bocor dari tanki masuk ke dalam ruangan cargo. Dia harus check kondisi kebersihan seluruh paking, baud dan mur dan peralatan keamanan lainnya untuk memastikan bahwa benar benar kedap air dan oil. • c) Officer in Charge boleh mendelegasikan supervise untuk penutupan manhole lainnya atau access kepada anak buahnya / Officer yang dilengkapi dengan laporan tertulis dari Officer tsb bahwa access benar-benar tertutup

More Related