1 / 26

KAJIAN PENGEMBANGAN SNI MAKANAN MINUMAN DALAM MENGHADAPI AEC 2015

KAJIAN PENGEMBANGAN SNI MAKANAN MINUMAN DALAM MENGHADAPI AEC 2015. Jakarta, 21 Maret 2014. Kondisi industri MANMIN. Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi :

gavin
Download Presentation

KAJIAN PENGEMBANGAN SNI MAKANAN MINUMAN DALAM MENGHADAPI AEC 2015

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KAJIAN PENGEMBANGAN SNI MAKANAN MINUMAN DALAM MENGHADAPI AEC 2015 Jakarta, 21 Maret 2014

  2. Kondisi industri MANMIN Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi : Potensi industri makanan dan minuman di Tanah Air masih sangat besar. Tingkat permintaannya juga terus meningkat, bahkan untuk memenuhinya, Indonesia masih banyak bergantung bahan baku dari impor. Contoh : impor gandum tahun 2011 mencapai 5,6 juta ton, gula 2,7 juta ton, dan kedelai 2 juta ton. "Ketergantungan kita terhadap bahan baku masih cukup besar. Seperti gandum, gula, dan kedelai. Bahkan untuk produk susu, sekitar 70% bahan bakunya juga masih mengandalkan impor,” katanya. (ACH) Sumber : http://www.eksekutif.co.id/component/content/article/4-berita-bisnis/771-industri-makanan-dan-minuman-prospektif.html(data th 2012)

  3. Penjualan Makanan Minuman

  4. Pengeluaran Tahunan Makanan Minuman Hasil studi McKinsey memperkirakan Annual Consumer Spending Mamin Indonesia meningkat dari USD 73 bn (2011) menjadi USD 194 bn (2030)

  5. Pertumbuhan Pasar Minuman Ringan • Pasar minuman ringan memiliki prospek yang besar untuk tumbuh menuju level matang (growing to mature). • Pasar minuman ringan diperkirakan tumbuh 12,3 persen.

  6. Pertumbuhan Industri Mamin dan Tembakau Sisi produksi, Industri Mamin menjadi kontributor terbesar pembentukan PDB Sektor Industri Manufaktur non migas dengan share yang terus meningkat 28,6 % (2005) menjadi 36,3% (2012)

  7. Impor Barang Konsumsi Mamin Olahan • Import content bahan baku mamin masih relatif besar (70% - 80%). Impor mamin bahan baku mencapai Rp 66 tn (GAPMMI, 2013). • Nilai impor barang konsumsi mamin tumbuh rata-rata 17% (Kemendag, 2012)

  8. Tuntutan globalisasi (AEC 2015) dan dampak terhadap industri serta pasar di Indonesia Untuk lingkup ASEAN, terutama dalam kelompok ACCSQ (ASEAN Consultative Committee on Standard and Quality) disepakati pengembangan atas ASEAN COMMON FOOD CONTROL REQUIREMENTS. Dokumen persyaratan pengendalian makanan minuman untuk lingkup ASEAN ini menetapkan banyak acuan standar atau prinsip manajemen keamanan pangan seperti HACCP, GAP, GMP maupun GRP.

  9. ASEAN Cooperation in Food, Agriculture and Forestry (FAF) • ASEAN Economic Community (AEC) by 2015 will be a single market and production base: • enhancement of competitiveness of food, agricultural and forestry products in international markets, and the empowerment of farmers through the promotion of agricultural cooperatives has become regional priorities • Emerging and cross-cutting issues such as food security, mitigation of and adaptation to climate change for the agriculture and forestry sector, and sanitary and phytosanitary (SPS) are also addresses within the priorities. • Initiatives towards the Realisation of ASEAN Integration Through the harmonisation of quality and standards, assurances of food safety, and standardisation of trade certification, ASEAN agricultural products are expected to be ready to compete in the global market by offering safe, healthy and quality foods : ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Framework and Strategic Plan of Action on ASEAN Food Security (SPA-FS)

  10. Has been achieved : • ASEAN good agricultural practices (GAP), standards for the production, harvesting and post-harvest handling of agricultural produces (2006) • the ASEAN maximum residue limit of pesticides, criteria for the accreditation of livestock and livestock products enterprises • guidelines on good management practices for shrimp, and a code of conduct for responsible fisheries will be used as references for developing national priorities and means to support the agro-industry

  11. ASEAN STANDARD FOR FRUITS 1 MANGOES 2. DURIAN 3. PINEAPPLE 4. PAPAYA 5. PUMMELO 6. RAMBUTAN 7. GUAVA 8. LANSIUM 9. MANDARIN 10. Mangosteen 11.WATERMELON 12. YOUNG COCONUT 13. BANANA Sumber : ASEAN STANDARD FOR FRUITS (ASEAN MINISTERS MEETING ON AGRICULTURE AND FORESTRY (AMAF), ASEAN ECONOMIC COMMUNITY. DIREKTORAT MUTU DAN STANDARDISASI DITJEN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN TAHUN 2009)

  12. Terobosan yang perlu dilakukan untuk menghadapi AEC 2015 antara lain: • Analisis kemampuan daya saing industri khususnya untuk makanan dan minuman • 2. Review standar, SNI dan regulasi terkait • Pengembangan dan pembinaan kemampuan daya dukung SDM (smart, etis dan inovatif) • 4. Edukasi masyarakat menuju “smart consumer”

  13. TUJUAN WORKSHOP • Terbentuknya gugus kerja perumus untuk pengembangan dan penerapan standar/SNI sektor makanan minuman termasuk air minum dalam kemasan • 2. 10 – 20 SNI sektor makanan minuman yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing dan memenangkan persaingan di pasar domestik sekaligus sebagai strategi untuk memasuki pasar global. • Naskah akademis pengembangan dan penerapan standar/SNI sektor makanan minuman termasuk air minum dalam kemasan

  14. Hasil Identifikasi dan Assessment Data Termasuk dalam industri strategis untuk FG :  1. Industri minyak goreng dari kelapa sawit   beserta bahan bakunya yaitu CPO  dan keturunannya seperti margarin, Hydrogenated Oil dst  2. Industri minuman ringan termasuk Air Minum Dalam Kemasan ; Minuman Beraroma ; Sirup dan Minuman ringan lainnya yang termasuk Katagori Pangan 14 beserta gula pasir, HFS (High Fruktosa sirup) dan juice/ konsentrat buah yang masih import.  3. Industri berbahan baku Terigu dan pati-patian termasuk bahan baku Terigu, tapioka (pati ubi kayu)  Industri Mi Instan , Makaroni, bihun, Soun dan sejenisnya ; Industri Roti , industri makanan ringan / snack , industri Biskuit 4. Industri berbahan baku utama Gula Pasir dan sirup seperti kembang gula , industri confectionery seperti coklat dst.  5. Industri minyak goreng kelapa beserta bahan bakunya kopra  6. Industri berbahan baku susu beserta bahan baku susu cair, susu bubuk , Anhydrous Milk Fat, Buter milk  7. Industri pengolahan teh dan kopi beserta bahan bakunya teh dan kopi  8. Industri pengolahan buah seperti manisan, pulp /konsentrat , buah kaleng, dried fruit dsb  9. Industri lainnya seperti kecap, saus sambal, saus bumbu dsb beserta bahan bakunya pasta cabe, pasta tomat, dsb  10. Industri Minuman Keras (?)  11. Industri tempe ; 12. Industri Infant Foods including infant formula, baby cereals & RTE meals ; 13. Industri Medical Foods including supplement ; 14. Industri Frozen Foods.

  15. Dari assessemnt data diperoleh hasil industri strategis untuk 17 Finished goods dan 11 Raw material Langkah berikut dilakukan identifikasi SNI oleh Sekretariat

  16. Identifikasi SNI berdasarkan cluster FG dan RM serta Kategori Pangan 1. FG (17 kluster) maupun RM (11 kluster), cocokkan dengan Katagori Pangan / KP  (Regulasi BPOM). Berhasil diidentifikasi 117 Kategori Pangan 2. Kategori Pangan (117 kategori) disandingkan dengan SNI. Berhasil teridentifikasi 330 SNI. 3. Identifikasi kemutakhiran 330 SNI 4. Identifikasi Kategori Pangan yang tidak ada SNI nya

  17. Komdoditi , kategori pangan dan SNI

  18. Hasil pertemuan 23 Januari 2014 I. Pengolahan data kluster komoditi Catatan : Terdapat 10 kluster komoditi dengan 60 komoditi

  19. II. AGENDA SETELAH PERTEMUAN 23 JANUARI 2014         1. Pertemuan Mastan dengan pimpinan Gapmmi dan Asosiasi terkait kontribusinya untuk membantu sponsorisasi pembuatan dan penyempurnaan RSNI.         2. Pertemuan dengan pimpinan BSN         3. Pertemuan dengan Kadin yang difasilitasi Gapmmi         4. Pertemuan dengan Menteri BUMN         5. Agenda WS dan penentuan tanggal , lokasi dan daftar participants.

  20. OutcomeKajian Penetapan SNI sektor makanan dan minuman terpilih secara tepat waktu dalam menghadapi AEC 2015. Ketersediaan infrastruktur penerapan SNI sektor makanan dan minuman. Tersusunnya panduan penerapan SNI, sertifikasi serta proses export bagi pelaku usaha sektor makanan dan minuman

  21. BIAYA KAJIAN PENGEMBANGAN SNI MANMIN         1. KajiUlang SNI MANMIN (10) Rp 4.894.400.000 2. Perumusan SNI baru (12) Rp 2.709.600.000 Total Rp 7.605.000.000

  22. NILAI TAMBAH KAJIAN         1. PemberdayaanTenagaKerja 355.694 2. Jumlah Perusahaan 2.433 Total Rp 67 Triliun

  23. Outcome • Penetapan SNI sektor makanan dan minuman terpilih secara tepat waktu dalam menghadapi AEC 2015 • Ketersediaan infrastruktur penerapan SNI sektor makanan dan minuman tersebut di atas • Tersusunnya panduan penerapan SNI, sertifikasi serta proses export bagi pelaku usaha sektor makanan dan minuman

More Related