1 / 14

Kajian Staf

Kajian Staf. Pengembangan Jaringan Kereta Api. di Pulau Sulawesi. Unpublished paper. DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Latar Belakang.

gautam
Download Presentation

Kajian Staf

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Kajian Staf Pengembangan Jaringan Kereta Api di Pulau Sulawesi Unpublished paper DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Direktorat Jenderal Penataan Ruang

  2. Latar Belakang • Peran strategis Pulau Sulawesi sebagai pintu gerbang keluar dan masuk Indonesia melalui Asia Timur dan Pasifik; • Peran strategis Pulau Sulawesi sebagai prime mover untuk percepatan pengembangan KTI – mengatasi kesenjangan antara KBI dan KTI – serta perekat perekonomian Nasional • Masih terbatasnya kehandalan sistem transportasi wilayah (khususnya transportasi darat) dalam melayani demand yang ada dan mendukung pergerakan orang dan barang • Munculnya keinginan masyarakat Sulawesi (yang diwakili oleh Pemerintah Daerah) untuk mengembangkan jaringan rel kereta api dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah • Sarana transportasi kereta api merupakan sarana transportasi orang dan barang dengan kapasitas besar

  3. Profil Pulau Sulawesi • Kondisi topografi Sulawesi umumnya pegunungan (60,1%) dan berbukit (18,5%), memanjang mulai dari Sulawesi Utara ke arah selatan, timur dan tenggara. Lahan yang relatif datar (11,5%) terdapat hanya di wilayah pesisir pantai dan banyak dilintasi oleh sungai-sungai. • Jumlah penduduk Sulawesi tahun 1999 adalah 14,5 juta jiwa dengan pertumbuhan 2,18% per tahun (1995-1999) dengan persebaran yang tidak merata, berakibat pada tidak meratanya sebaran tenaga kerja • Besaran PDRB Sulawesi tahun 1999 adalah Rp. 4,7 Trilyun dengan pendapatan per kapita rata-rata sebesar Rp. 3,3 juta/tahun • Produk-produk unggulan di Sulawesi adalah hasil hutan (kayu), pertambangan (nikel, aspal, emas, marmer), perkebunan (kakao, kopi, kelapa, cengkeh, mete), pertanian (pangan) dan perikanan (tuna, udang, dsb) ; Prospek pemasaran produk-produk yang dihasilkan di Sulawesi sangat baik, karena demand yang tinggi.

  4. Tujuan dan Sasaran • Tujuan dari Kajian Staf ini adalah untuk mengidentifikasi aspek-aspek penting yang menyangkut peluang/potensi, permasalahan, serta dampak (positif dan negatif) dari rencana pengembangan jaringan rel kereta api di Sulawesi • Sasaran dari Kajian Staf ini adalah untuk memberikan masukan dan pertimbangan bagi Pimpinan Departemen dalam rangka pengambilan kebijakan dan langkah tindak lanjut mengenai rencana pengembangan rel kereta api di Sulawesi yang ditinjau dari aspek penataan ruang

  5. Metodologi • Metoda yang digunakan dalam Kajian Staf ini meliputi : • Pengumpulan data/informasi dan potensi/masalah yang terkait dengan profil Pulau Sulawesi yang bersumber dari : studi literatur, laporan, internet dan sumber-sumber lainnya • Desk Study berupa analisis potensi dan permasalahan pembangunan jaringan jalan kereta api di Pulau Sulawesi

  6. Issues Strategis Pengembangan Wilayah Sulawesi • Kesenjangan antar wilayah internal Pulau Sulawesi (antara wilayah Tengah-Tenggara dengan Utara-Selatan) dan didalam wilayah itu sendiri • Aksesibilitas yang rendah antara kawasan-kawasan produksi dengan outlet pemasaran • Kehandalan sistem transportasi darat yang belum memadai, baik secara kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas Pengembangan Jaringan Rel Kereta Api sebagai Alternatif Moda Transportasi Darat yang Komplementer dengan Moda Transportasi Lain

  7. Analisis (1) • Kesenjangan antar wilayah internal Pulau Sulawesi (antara wilayah Tengah-Tenggara dengan Utara-Selatan) terjadi karena : • terkonsentrasinya kegiatan ekonomi wilayah terbatas pada kota-kota utama saja (khususnya Makassar dan Manado) dengan multiplier effect yang rendah. Fakta menunjukkan bahwa Share PDRB Sulsel (2,4 Trilyun) dan Sulut (1,07 Trilyun) adalah 74% dari Total Sulawesi sementara Sulteng (0,73 Trilyun) dan Sultra (0,44 Trilyun). Selain itu, aglomerasi penduduk terjadi di Sulsel (7,9 juta jiwa) dan Sulut (2,8 juta) sementara di Sulteng (3,1 juta) dan Sultra (1,7 juta) • belum termanfaatkannya seluruh potensi kekayaan sumber daya alam Sulawesi (baik di darat maupun di laut) • keterbatasan dukungan prasarana dan sarana transportasi antar wilayah internal Pulau yang menghubungkan kawasan berkembang dengan kawasan tertinggal

  8. Analisis (2) • Aksesibilitas yang rendah antara kawasan-kawasan produksi dengan outlet pemasaran yang diantaranya disebabkan oleh: • Kawasan-kawasan sentra produksi, spt pertanian (kws. Pare-Pare, Mamuju, Kotamobagu, Palopo), perikanan (kws. Manado- Bitung, Gorontalo, Toli-Toli, Mamuju), pertambangan (kws. Kolaka, Kotamobagu), dan perkebunan (kws. Bukari, Pare-Pare, Luwuk, Palopo, Bulukumba, Toli-Toli) kurang terhubungkan secara optimal dengan outlet-outlet pemasaran ; • Daerah/kota dgn kegiatan utama belum terintegrasi secara ekonomi dan spasial. baik satu sama lain maupun dengan daerah belakangnya (forward and bakward linkages) • Jalur-jalur krusial yang penting untuk ditingkatkan aksesibilitasnya adalah : (1) Gorontalo – Bitung – Manado, (2) Makassar – Pare-pare – Mamuju, (3) Palu-Poso, dan (4) Kolaka – Kendari.

  9. Analisis (3) • Kehandalan sistem transportasi darat yang belum memadai, baik secara kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas • Produktivitas sektor-sektor unggulan di Sulawesi tidak didukung oleh ketersediaan prasarana dan sarana transportasi yang memiliki daya angkut besar; hal ini menghambat pengembangan skala ekonomi hasil-hasil produksi untuk kebutuhan internal maupun tujuan export • Kualitas sistem transportasi darat yang ada sangat terbatas (khususnya dalam hal lebar dan kapasitas jalan) • Akan dikembangkannya Bitung sebagai Pelabuhan Samudra dengan fungsi Utama Primer ke arah Pasifik ; serta dibukanya jalur-jalur perdagangan (export-import) dengan skala internasional (Singapura – Malaysia – Philipina) maupun skala regional (Pel. Pare-Pare dengan Tawau-Kaltim, dsb) membutuhkan supply hasil-hasil produksi yang kontinu dan handal (reliable) dari sentra-sentra produksi.

  10. Implikasi Pengembangan Jaringan Rel Kereta Api • Perubahan Struktur Ruang Wilayah Pulau Sulawesi, karena : • - perubahan pola pergerakan orang dan barang (kapasitas besar, continuous system, waktu yang relatif cepat) • - meningkatnya aksesibilitas dari pusat-pusat produksi (KAPET kws. Andalan) ke outlet-outlet pemasaran (Makassar & Bitung) • - pertumbuhan kota-kota yang lebih merata sehingga tercipta keseimbangan antar wilayah yang lebih baik (mendorong percepatan pembangunan kws. Tertinggal) • Percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah, sebagai akibat : • - meningkatnya minat investasi ke Sulawesi (PMA dan PMDN) • - termanfaatkannya produk-produk unggulan (potensi ekonomi wilayah) secara lebih optimal • 3. Tingginya biaya investasi dan operasi/pemeliharaan jaringan rel kereta api, yakni untuk : membangun track, perlintasan dengan jalan dan sungai (jembatan), terminal/gudang, dsb.

  11. Rekomendasi • Pengembangan jaringan rel K.A di Sulawesi sangat penting untuk pemanfaatan kekayaan sumber daya alam, pemasaran dan perluasan skala ekonomi hasil-hasil produksi • Pengembangan jaringan rel K.A harus komplementer dengan sistem transportasi lainnya, khususnya jalan dan pelabuhan laut, yang terintegrasi dalam SISTRANAS • Pengembangan jaringan rel K.A harus berada dalam konteks pengembangan wilayah secara terpadu melalui pendekatan penataan ruang • Pengembangan jaringan rel kereta api perlu dilakukan secara bertahap dalam cluster-cluster pelayanan yang pada gilirannya akan membentuk struktur ruang yang lebih efisien. Cluster tersebut meliputi : (a) Manado-Bitung-Gorontalo, (b) Makassar-Pare-Pare – Mamuju, (c) Palu – Poso, dan (d) Kolaka – Kendari. • Kemitraan antara Pemerintah dan Swasta perlu terus didorong melalui PMA dan PMDN dalam rangka pembiayaan investasi awal dan pengoperasian/pemeliharaan sistem jaringan rel kereta api

  12. SKEMATIK JARINGAN REL KERETA API WILAYAH PULAU SULAWESI INTERNASIONAL/NASIONAL KESR BIMP-EAGA GORONTALO KAPET MANADO / BITUNG POSO Nasional (Kalimantan) PALU PALOPO Nasional/ PASAR KTI KAPET PARE-PARE PARE PARE KAPET BUKARI Kalsel dan Kaltim Keterangan : Orientasi Pergerakan Intensitas aliran penumpang dan barang tinggi WATAMPONE KENDARI KOLAKA Intensitas aliran penumpang dan barang sedang MAKASSAR Rencana s/d Thn 2020 Rencana s/d Thn 2030 JAKARTA/ SURABAYA /INTERNASIONAL TAKALAR BULUKUMBA Rencana s/d Thn 2050 KESR AIDA

More Related