1 / 27

SCREENING By: Nurul Hidayah, S.KM

SCREENING By: Nurul Hidayah, S.KM. Salah satu upaya pemberantasan penyakit (terutama penyakit menahun ) Penemuan kasus (case finding) (diagnosis sedini mungkin) : 1. Saat muncul gx klinis (simptomatik) 2. Sebelum muncul gx klinis (asimptomatik)

Download Presentation

SCREENING By: Nurul Hidayah, S.KM

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SCREENING By: Nurul Hidayah, S.KM

  2. Salah satu upaya pemberantasan penyakit (terutama penyakit menahun ) • Penemuan kasus (case finding) (diagnosis sedini mungkin) : 1. Saat muncul gx klinis (simptomatik) 2. Sebelum muncul gx klinis (asimptomatik) Sehingga prognosis penyakit akan lebih baik, mempercepat kesembuhan, memperlambat proses penyakit, mengurangi kecacatan dan kematian

  3. Tujuan screening : • Utk mengurangi morbiditas & mortalitas dr peny. Dg pengobatan dini thd kasus-kasus yg ditemukan lebih diutamakan peny. non infeksi, mis kanker, DM

  4. individu mencari pengobatan pada saat mempunyai keluhan (std simptomatik) sebagian kecil kasus yang dapat terdeteksi penyakit menahun kematian tinggi Misal : Ca Cervik, datang dengan perdarahan.

  5. PROYEKSI KE DEPAN SELF REFERRAL CARE for CHRONIC DISEASE DX SURVEILLANCE RECOVERY Program surveilens sudah baik (std asimptomatik) deteksi penyakit angka kesembuhan . Misal : Ca Cervik (pemeriksaan sitologis Pap smear)

  6. Pemeriksaan pd orang-orang yg asimptomatik untuk diklasifikasikan dlm kategori yg diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (as likely or unlikely to have the disease) Uji skrining dapat memisahkan : Orang yang nampaknya sehat tapi kemungkinan mempunyai penyakit ( tes + ) dan Orang yang kemungkinan tidak mempunyai penyakit ( tes - )

  7. CONTOH : - Pemeriks. Rontgen, • Sitologi, • Tekanan darah

  8. - Usaha identifikasi pada seseorang terhadap kemungkinan adanya penyakit / faktor resiko dengan menggunakan pemeriksaan, test atau prosedur tertentu yang dilakukan dengan segera Misal : Anamnesa – pemeriksaan fisik, tes laboratorik dan prosedur sigmoidoskopi. - Tes Skrining bukan diagnostik tapi mendeteksi penyakit sedini mungkin Orang dengan test skrining + dirujuk pemeriksaan Dx (diagnostic test), hasil : * Dx + Tx * Dx -

  9. Tingkatan prevensi penyakit

  10. Pengertian lain :

  11. SCREENING IN THE DETECTION OF DISEASE APPARENTLY WELL POPULATION (well persons plus those with undiagnosed disease) Population To be tested ■■о■о■ о□о□□■ ■о■■о оооо □■□■ оScreening Test ■ Negative □ Positive (Person presumed (Person presumed to have to be free of disease □■□□ the disease or be at under study) ■■ □ increased risk in future) □□□ ■■■ ■■■ □ Diagnostic Procedures ■ ■ о Negative on test Disease or Risk Disease Risk ■ Positive on test factor Present factor Absent no disease □ Positives on test, disease present THERAPEUTIC INTERVENTION

  12. TUJUAN SKRINING 1. Untuk Penelitian Epidemiology/ surveilens : menghitung Insidens, Prevalensi distribusi & trend 2. Protection of the public’s health misal : X-Ray massal deteksi tb aktif pengobatan 3. Prescriptive Screening sebagai landasan petunjuk / anjuran terhadap individu misal : tes tuberkulin + dianjurkan profilaksis INH

  13. JENIS SKRINING • Mass Screening misal X-Ray massal • Selective Screening kelompok penduduk, msl wanita 40 th Ca cervik • Single Disease Screening 1 jenis penyakit, misal tb • Multiphase Screening untuk mengetahui kemungkinan beberapa penyakit (kombinasi beberapa pemeriksaan/multipletest/ procedure. Misal : tes kesehatan seleksi mahasiswa, pegawai • Periodic Health Examination : pemeriksaan kesehatan berkala untuk staf eksekutif

  14. SYARAT SKRINING 1. Masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting (morbiditas & mortalitas ) 2. Prevalensi penyakit cukup tinggi, kalau prevalensi rendah nilai pred +, rendah 3. Harus ada cara skrining yang cocok (sederhana, murah & aman) 4. Harus ada fasilitas Dx dan pengobatan yang efektif untuk kasus yang positif 5. Faham riwayat alamiah penyakit

  15. METODE EPIDEMIOLOGI UNTUK MENILAI SKRINING Tes skrining yang baik : valid, akurat, presis, reprodusibel, sensitif & spesifik Validitas tes skrining Kemampuan tes untuk memberikan indikasi pendahuluan mengenai siapa yang menderita penyakit (yg sedang dicari) dan yang tidak Komponen Validitas : * sensitivitas : kemampuan menemukan yg menderita penyakit * spesificitas : kemampuan menemukan yang tidak menderita penyakit Screening test valid : sangat sensitif dan sangat spesifik

  16. Dx penyakit + penyakit – + a (TP) b (FP) hasil tes: - c (FN) d (TN) a + c b + d Sensitivitas = a = TP Spesifisitas = d = TN a+c TP+FN b+d TN+FP FN = c FP = b a+c b+d Contoh : pop = 1000 orang 100 menderita penyakit 900 tidak menderita penyakit skrining dilakukan pada 100 orang yang mempunyai penyakit hasil :

  17. keadaan sebenarnya : sakit tidak sakit Hasil + 80 100 180 pemeriksaan: - 20 800 820 100 900 1000 Sensitivitas = 80 = 80 % 100 Spesifisitas = 800 = 89 % 900 * Makin tinggi sensitivitas tes, akan makin sedikit FN * Makin tinggi spesifisitas tes, akan makin sedikit FP

  18. Hubungan Prevalensi Penyakit dengan % FP : Prev. DM Hsl tes Sakit Tdk Sakit Total %FP + 99 495 594 495 = 85% 1% - 1 9405 9406 594 Total 100 9900 10000 + 198 490 688 490 = 71% 2% - 2 9310 9312 688 Total 200 9800 10000 + 495 475 970 475 = 49% 5% - 5 9025 9030 970 Total 500 9500 10000 Bila dilakukan skrining : Prevalensi penyakit False Positive rate

  19. Hubungan Sensitivitas dengan spesifisitas Sensitivitas Spesifisitas dan sebaliknya Pem. klinis memilah sakit (abnormal) dan tidak sakit (normal) Bagaimana individu di daerah perbatasan (grey zone, borderline) ? Tergantung cut-off point yg digunakan. Kalau: - kriteria positif longgar subyek borderline di klasifi- kasikan sebagai SAKIT ( Sensitivitas ) - Kriteria positif ketat subyek borderline di klasifi- kasikan sebagai TIDAK SAKIT ( Spesifisitas ) & tidak diklasifikasikan sebagai SAKIT ( Sensitivitas )

  20. Sensitivity and specifity of a two hour post-prandrial blood test for glucose for 70 true diabetics and 510 true non-diabetics at different levels of blood glucose Blood Glucose Sensitivity Specifity level (percent Diabetics (Percent Non-diabetics (mg/100ml) so identified) so identified) 80 100.0 1.2 90 98.6 7.3 100 97.1 25.3 110 92.9 48.4 120 88.6 68.2 130 81.4 82.4 140 74.3 91.2 150 64.3 96.1 160 55.7 98.6 170 52.9 99.6 180 50.0 99.8 190 44.3 99.8 200 37.1 100.0

  21. Jika batas normal BSN 2jpp ≤ 100% Sensitivitas = 97,1% dan Spesifisitas = 25,3%, bila batas normal di kan Sensitivitas , Spesifisitas . Jadi Program Skrining hendaknya sangat sensitif, kemudian dilanjutkan pemeriksaan yang lebih spesifik untuk menyingkir- kan kasus False positive dari pemeriksaan I. Skrining Bertingkat Dua : Contoh : Prevalensi DM = 5%, Populasi = 10.000 I. Skrining dengan pemeriksaan urine ( Sens=70%, Spes=80% ) : DM + - Hasil + 350 1900 2250 skrining - 150 7600 7750 500 9500 10000

  22. II. Dilanjutkan dengan skrining pada orang yang + pada skrining I menggunakan tes gula darah ( lebih spesifik ; sens 90% & spes 90% ) Hasil : DM + - Hasil + 315 190 505 skrining - 35 1710 1745 350 1900 2250 Net Sensitivitas kedua pemeriksaan ( gabungan ) : 315 = 63 % ( ) 500 Net Spesifisitas kedua pemeriksaan ( gabungan ) : 7600 + 1710 = 98 % ( ) 9500

  23. Reliabilitas tes skrining * Hasil konsisten jika dilakukan lebih 1 kali pada individu yang sama pada situasi yang beda waktu berbeda (pengamat sama), pengamat berbeda atau tes serupa. * Dipengaruhi : 1. Variasi pada Metode Pemeriksaan tergantung stabilitas instrumen alat harus dibakukan 2. Variasi didalam subyek / individu (biologis) misal : hasil pengukuran suhu tubuh pagi berbeda dengan siang dan malam hari 3. Variasi intraobserver misal : pembacaan hasil rontgen pada waktu yang berbeda, hasil berbeda karena jenuh, lelah & lingkungan 4. Variasi interobserver misal : 2 radiologis mempunyai interpretasi yang berbeda thd sebuah hasil rontgen gunakan orang terlatih & motivasi tinggi

  24. Reliabilitas dan Validitas Perbedaan : matriks sasaran tembak ( bull’s eye ): Reliabilitas (Precision / ketepatan) + ― Validitas • • (Accuracy/ + • • ketelitian • • • • •• • • ― •• • •

  25. Reliabilitas = ketepatan = Presisi = konsistensi : * apakah tes / alat ukur mengukur sesuatu dengan cara yang konsisten tidak mempersoalkan apakah pengukurannya benar / tidak sehingga : - Valid belum tentu reliabel - Reliabel belum tentu valid Validitas : * mempersoalkan betul-tidaknya pengukuran ( Correctness of the measurement ) 4 kemungkinan hasil pengukuran : 1. Tepat & teliti (valid – reliabel): good precision & good accuracy 2. Teliti tp tdk tepat (valid tdk reliabel): good accuracy& poor precision 3. Tdk teliti tp tepat (tdk valid tp reliabel): poor accuracy & good precision 4. Tdk teliti & tdk tepat (tdk valid & tdk reliabel): poor accuracy & poor precision Tidak teliti = tidak valid Bias

  26. TERIMA KASIH Terima Kasih

More Related