1 / 25

Konsep W ahyu

Konsep W ahyu. Nashruddin Syarief. Dekonstruksi Konsep Wahyu.

anika
Download Presentation

Konsep W ahyu

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KonsepWahyu NashruddinSyarief

  2. DekonstruksiKonsepWahyu • al-Qur`an haruslahdilihatdariperspektifteologidanfilsafatlinguistik. Sebuahpandanganteologismenyebutkanbahwa al-Qur`an adalahsuci, kebenarannyaabsolut, berlaku di manadankapansaja, sehinggaiatidakmungkinbisadiubahdanditerjemahkan. • Namundemikian, darisuduthistorisdanfilsafatlinguistik, begitukalamTuhantelahmembumidansekarangmalahmenjelmakedalamteks, maka al-Qur`an menjadisebuahteksbiasa yang dibuatolehbangsa Arab. KomaruddinHidayat, MenafsirkanKehendakTuhan. Jakarta: Teraju, 2004, Cet. II, hlm. 150.

  3. DekonstruksiKonsepWahyu al-Qur`an yang telahtersajisaatini, setidaknyatelahmelaluidua proses penafsiran. Pertama, penafsiran al-Qur`an yang dilakukanolehJibrildankemudiandidiktekankepada Muhammad saw. Kedua, penafsiran yang mungkinterjadidalamdiri Muhammad Rasulullah. Bukankah Muhammad sebuahsosokpribadi yang cerdas, jujur, amanah (bisadipercaya), danbukansebuahkasetkosonguntukdiisirekaman? Jadi, ketikamenerimawahyu, Muhammad bertindakaktifmemahami, menyerapdankemudianmengungkapkannyadalambahasa Arab. KomaruddinHidayat, MenafsirkanKehendakTuhan. Jakarta: Teraju, 2004, Cet. II, hlm. 150.

  4. DekonstruksiKonsepWahyu Teologi: al-Qur`an wahyu Allah Jibril Muhammad • Historis/Linguistik: al-Qur`an berbahasa Arab.Al-Qur`an buatan Muhammad danbangsa Arab KomaruddinHidayat, MenafsirkanKehendakTuhan. Jakarta: Teraju, 2004, Cet. II, hlm. 150.

  5. MaknaWahyusecaraBahasa كُلُّ مَا أَلْقَيْتَهُ إِلَى غَيْرِكَ Setiap yang kamualihkankepadaselainmu Makadariitu, jelasIbnManzhur, maknanyamencakupberisyarat (isyârah), menulis (kitâbah), menyampaikansurat/pesan (risâlah), memberiilham (ilhâm), danberbicaradenganpelan (kalamkhafiy). [Muhammad ibnMukramibnManzhur, Lisan al-'Arab, Beirut: Dar Shadir, t.th., jilid 15, hlm. 379]

  6. MaknaWahyusecaraIstilah • WahyuadalahsumberajaranparaNabi'alaihimus-salam. Yang membedakanNabidarimanusialainnyaadalahwahyuitusendiri, karenamemangparaNabiadalahseorangmanusiabiasa. • Wujudwahyuitusendiriadalahkalam(firman) Allah swt yang ditransferkankepadaNabi-Nya, baiksecaralangsungataupunmelaluiperantaraanmalaikat. Dan Allah swtmenjaminNabi-Nyatidakakansalahsatuhuruf pun dalammenghafalfirman Allah swttersebut.

  7. MaknaWahyusecaraIstilah Manna' al-Qaththanmemberikanta'rîfwahyusebagaiberikut: كَلاَمُ اللهِ تَعَالَى الْمُنَزَّلُ عَلَى نَبِيٍّ مِنْ أَنْبِيَائِهِ Firman Allah Ta'ala yang diturunkan(langsung) kepadaseorangNabi. (Manna' al-Qaththan, Mabâhitsfî 'Ulûm al-Qur`ân, Riyadl : Mansyurat al-'Ashr al-Hadits, 1393 H/1973 M, hlm. 33)

  8. WahyuadalahTanzil • Wahyuadalahtanzil/munazzal; diturunkanlangsung. Artinya, apayang diterimaNabiadalahmurnisebagaifirman Allah swtsecarautuh. Tidakterkandung di dalamnyapenafsirandanpengalihanbahasaolehmalaikatatauolehNabisendiri. • Dari Allah swt-nyasudahberbahasa Arab, bukandialihbahasakankedalambahasa Arab olehNabisaw • Olehkarenanyateks al-Qur`an, walaubagaimanapun, tidakakansamadenganteksbuatanpenyair, ataupunjampi-jampi paranormal.

  9. WahyuadalahTanzil Dengansendirinyawahyuini pun metahistoris; tidakterikatsejarah, tidakterikatolehruangdanwaktu. Iajelastidaktundukpadabudaya Arab yang adawaktuitu, melainkanmelintasinya. Kalaumemangwahyu, khususnya al-Qur`an, merupakanhasilkreasimanusiatepatnyaNabi Muhammad saw, tentumanusia-manusia yang lainnya pun bisamembuatkarya yang serupadengan al-Qur`an. Akan tetapifaktaberbicara lain, al-Qur`an tidakbisatersamaiolehkaryamanusia yang adawaktuitu, bahkansampaihariini.

  10. HermeneutikaTidakDibutuhkan • Pertama, hermeneutikamenuntutkitameyakinibahwa al-Qur`an buatan Muhammad danbangsa Arab. • Kedua, praktisihermeneutikadituntutuntukbersikapskeptis, selalumeragukankebenarandarimana pun datangnya. Konsekuensinya, al-Qur`an menjadisusahuntukdiamalkankarenasemuanyamenjadidirelatifkan. Padahal al-Qur`an darisejakawalmenolakskeptisismedanrelativisme. Al-Qur`an hadirmembawahaqqdanhudanuntukdijadikanpegangandandiamalkanmanusia. • Ilmutafsir yang dikembangkanolehparaulamasudahmendahuluiteori-teori yang dikemukakandalamhermeneutika. Hanyatentubedanya, ilmutafsirberawaldarikeyakinanbahwa al-Qur`an kalamAllah swtdankebenarandalam al-Qur`an adasertadapatditemukan, sementarahermeneutikaberawaldarikesangsian al-Qur`an sebagaikalamAllah dankeraguan yang tiadaakhirakanditemukannyakebenarandalam al-Qur`an.

  11. Mushaf ‘Utsmani NashruddinSyarief

  12. Kodifikasi al-Qur`an (Jam’ul-Qur`an) I(PeriodeNabi saw) • PadamasaNabisaw mencakupduakegiatan; penghafalandanpenulisan. Dan Nabi saw langsungmenjadipengawasdalamkeseluruhankegiatannya. • Dari Zaid ibn Tsabit, ia berkata: "Kami menyusun al-Qur`an di samping Rasulullah Saw dari lembaran kulit/daun."(Sunan at-Tirmidzikitabal-manaqibbabfi fadlli as-Syamwa al-Yaman, no. 3954; Musnad Ahmad ibnHanbal no. 21647; ShahihIbnHibbanbabdzikribahahta`lif al-'alimkutub Allah, no. 114; al-Mustadrak 'ala as-Shahihain, kitabat-tafsirdzikr as-shahabahalladzinajama'u al-Qur`an wahafizhuhu, no. 2901)

  13. Kodifikasi al-Qur`an (Jam’ul-Qur`an) I(PeriodeNabi saw) • 'Utsmanberkata: "… apabilaturunwahyubeliaumemanggilsebagiansekretarisnyasambilbersabda: "Letakkanlahayat-ayatinidalamsurat yang menyebutkaninidanitu." Dan apabilaturunkepadanyasatuayat, beliaubersabda: "Letakkanlahayatinidalamsurat yang menyebutkaninidanitu."(Sunan at-Tirmidzi, kitabtafsir al-Qur`an babwa min surat at-Taubah, no. 3086)

  14. Kodifikasi al-Qur`an (Jam’ul-Qur`an) II(PeriodeAbu Bakarra) • Pada masa Abu Bakar r.a, kodifikasi al-Qur'an dilakukan dengan menyalinnya ke dalam shuhuf; lembaran-lembaran daun yang tidak terikat (belum dibukukan). Surat-surat belum tersusun rapi seperti sekarang, walau semua ayat dalam masing-masing suratnya sudah disusun secara rapi sebagaimana diarahkan Rasul saw di periode sebelumnya (IbnHajar, Fath al-Bari, hlm. 22).

  15. Kodifikasi al-Qur`an (Jam’ul-Qur`an) II(PeriodeAbu Bakarra) ZaidibnTsabitsebagaikoordinator yang ditunjuk Abu Bakar, memberlakukansyarat “duasaksi”, yaitu: • Menukildarihafalandancatatansekaligus. • Harusadaduasaksibahwaayat yang disetorkankepadapanitiabenar-benartalaqqî(menerimalangsung) dariNabisaw dalamhalpencatatannya. Initerlihatdaripernyataan 'Umar yang menegaskantalaqqâ min RasûlillâhdanpengakuanZaidbahwaakhirsurat at-Taubah, catatannyahanyaditemukan di Abu Khuzaimahal-Anshari, tidakpada yang lainnya. SebelumZaidmenemukanbentukotentiktulisannya, walauiatahuayat-ayatituada, iatidakmemasukkannyadulukedalamshuhuf. (IbnHajar, Fathal-Bari, hlm. 18-19)

  16. Kodifikasi al-Qur`an (Jam’ul-Qur`an) III(Periode‘Utsmanra) • Padaperiodeinial-Qur`an disalinulangdarishuhufkedalamsebuahmushhafdenganmengurutkansurat-suratnyamenjadiseperti yang sekarangada. (Fath al-Bari, hlm. 22) • Zaid yang ditunjukkembalimenjadikoordinator, menerapkanmanhaj yang sama. Buktinya, ketikaiakehilangansatuayatdarisurat al-AhzabiamenelusurinyasampaimenemukannyapadaKhuzaimahibnTsabit(IbnHajar, Fath al-Bari, hlm. 26)

  17. Kodifikasi al-Qur`an (Jam’ul-Qur`an) III(Periode‘Utsmanra) • ‘Ali ra: "Jangankalian berkatatentang 'Utsmankecualikebaikan. Karena demi Allah, tidaklah yang ialakukandalamhalmushhafitukecualiberdasarkanpersetujuan kami. Waktuitu 'Utsmanberkata, 'Bagaimanapendapat kalian tentangqirâ`atini? Sungguhtelahsampaikepadakubahwasanyasebagiandarimerekaberkata, qirâ`atkulebihbaikdariqirâ`atmu. Dan inihampir-hampirmengarahpadakufur.' Kami bertanyakembali, 'Menurutandasendiribagaimana?' Iamenjawab, 'Akuberpendapat, manusiadisatukandalamsatumushhaf. Sehinggatidakadaperpecahandanperselisihan.' Kami pun menjawab, 'Bagussekalipendapatanda."(IbnHajar, Fath al-Bari, hlm. 22. MengutipriwayatdariIbnAbiDawuddalam al-Mashâhif, darijalanSuwaidibnGhaflahdengansanad yang shahih)

  18. Kodifikasi al-Qur`an (Jam’ul-Qur`an) III(Periode‘Utsmanra) • Ibn'Abbas bertanyakepada 'Utsman, mengapa al-Anfal yang masukgolonganal-matsânîdisambungkandengan al-Bara`ah yang masukgolonganal-mi`ûntanpamenuliskanbasmalahdi antarakeduanya, laludirangkaikankedalamas-sab'ut-thuwal(tujuhsurat yang panjang)? Maka 'Utsmanmenjawab: "Surat al-Anfalitumemangditurunkan di awalperiodeMadinah, sedangkan al-Bara`ah di akhirnya. Tapikisahnyaserupadengan al-Bara`ah. Akumengirabahwa al-Anfalitubagiandari al-Bara`ah. RasulullahSaw wafattanpasempatmenjelaskannyakepadakita. Olehkarenaituakumenyandingkankeduanyadanakutidaktuliskanbismillâhir-rahmânir-rahîm. Aku pun lalumemasukkannyapada as-sab'ut-thuwal."(Sunan at-Tirmidzikitabtafsir al-Qur`an min Rasulillahbabwa min surat at-Taubahno. 3086. Jugadalam al-Mustadrak al-Hakim 2 : 241, 360; as-Sunan al-Kubra an-Nasa`iy 5 : 10; danMusnad Ahmad 1 : 57).

  19. AlasanLogisKodifikasi • Jika al-Qur`an sudah benar-benar tertulis semuanya, mengapa kemudian timbul kekhawatiran ketika banyak huffazh meninggal dunia? • Pengumpulan al-Qur`an ketika meninggalnya para huffazh, berkaitan dengan persaksian. Yakni bahwa suatu tulisan diakui sah sebagai ayat al-Qur`an karena adanya saksi. Kalau kemudian orang-orang yang hafal al-Qur`an terus meninggal, dan al-Qur`an tidak segera dikumpulkan, siapa yang akan menjadi saksi dan mengesahkan bahwa tulisan-tulisan itu benar al-Qur`an.(Al-A'zhami, Sejarah Teks Al-Quran, hlm. 339)

  20. PenyeragamanQira`ah Kenapaqira`ahharusdiseragamkan? Bukankah al-Qur`an ituditurunkandalamtujuhhuruf? • Diturunkannya al-Qur`an dalamtujuhahruf(gayamembaca) bukanberartisebuahkewajiban yang harusdikuasaiolehsetiapindividu. • Iahanyasebuahrukhshahbagi yang tidakmampumembacanyadalamsalahsatuahruftertentu. Olehkarenaitu, meninggalkansebagiannya pun tidakmenjadidosa. • Terlebihdenganmemperhatikansituasi yang tengahmengarahpadaperpecahanumatdisebabkanberagamnyaahruftadi. Ditambahdengantelahbanyakberedarahrufyang tidakbersumberdariNabi Saw. Makakesepakatanshahabatuntukmenetapkansaturasmdenganpertimbangankemaslahatan, seperti yang terjadipadaperiode 'Utsman, sangattepat. (Al-Qaththan, Mabâhitsfî 'Ulûm al-Qur`ân, hlm. 132)

  21. Rasm ‘Utsmani • Menurut Ibn al-Jazari, jumhur 'ulama salaf dan khalaf sepakat bahwa rasm 'utsmani itu adalah rasm yang mencakup semua jenis al-ahruf as-sab'ah. Dan yang masuk kategori al-ahruf as-sab'ah itu adalah qira`at-qira`at yang mutawatirah bersumber dari Rasul Saw dalam al-'urdlah al-akhirah (setoran terakhir). Hal tersebut sangat memungkinkan mengingat para shahabat menetapkan rasm 'utsmani tanpa syakal dan titik, sehingga sifatnya ihtimal (memungkinkan untuk semua jenis qira`at yang ada). • Hanya untuk ayat-ayat tertentu yang tidak memungkinkan untuk diakomodir dalam satu tulisan, maka tulisan yang dipakai adalah tulisan yang sesuai dengan bacaan orang Quraisy, sebagaimana titah ’Utsman kepada panitia kodifikasi al-Qur`an. ('Ali ibnSulaiman al-'Abid, Jam' al-Qur`an al-KarimHifzhanwaKitabah, al-Maktabah as-Syamilah al-Ishdar 2, hlm. 59)

  22. Rival Codices • Rival codices (mushhaf-mushhaftandingan) merupakanistilahbaru yang dikemukakanoleh Arthur Jeffery; seorangorientalis yang memfokuskandiripadapenelitianmushhaf-mushhaf al-Qur`an. Berdasarkanpenelitiannya, Jeffery mengatakan, setidaknyaterdapat 15 mushhaf primer dan 13 mushhafsekunder, walaukemudian Jeffery hanyamempopulerkanMushhafIbnMas’uddanUbay. Menurut Jeffery, banyaknya mushhaf pra-'Utsmani menunjukkan bahwa pilihan 'Utsman terhadap tradisi teks Madinah tidak berarti pilihan terbaik. • Pendapat ini terbantahkan dengan kesepakatan semua shahabat atas mushhaf 'Utsmani (arjah dan ashah), termasuk Ibn Mas’ud dan Ubay

  23. KelemahanOrientalis • Pertama, meremehkan sistem sanad. • Kedua, pada prinsipnya al-Qur`an bukanlah "tulisan" (rasm atau writing) tetapi merupakan "bacaan" (qira`ah atau recitation) dalam arti ucapan atau sebutan. Baik proses turunnya, maupun penyampaian dan periwayatannya. Oleh karena itu sangat tidak tepat kalau kemudian para orientalis membidik teks dengan metode-metode filologi yang lazim digunakan pada Bibel. Apalagi setelah sebelumnya menggugurkan sistem sanad.

  24. KelemahanOrientalis • Ketiga, tulisan yang sifatnya sebagai penunjang pun begitu terpelihara sejak dari zaman Nabi Saw, Abu Bakar dan Utsman. Pada masa Abu Bakar, ketika terdesak untuk melakukan jama', maka metode yang digunakan pun sangat ketat. Selain harus sesuai dengan hafalan, harus ada dua saksi yang mengesahkan tulisan tersebut. Hal yang sama ditempuh lagi pada masa 'Utsman, guna menganalisa qira`ah mutawatirah. Semuanya didasarkan pada sanad dengan pengesahan ijma' shahabat.

  25. KelemahanOrientalis • Keempat, salah paham tentang rasm dan qira`ah. Sebagaimana diketahui, tulisan Arab atau khath mengalami perkembangan sepanjang sejarah. Pada kurun awal Islam, al-Qur`an ditulis gundul tanpa tanda baca sedikit pun. Sistem vokalisasi baru diperkenalkan kemudian. Meskipun demikian, rasm 'utsmâni sama sekali tidak menimbulkan masalah, mangingat kaum muslimin saat itu belajar al-Qur`an langsung dari shahabat, dengan cara menghafal, dan bukan dari tulisan. Mereka tidak bergantung pada manuskrip atau tulisan. Maka dari itu keliru kalau orientalis menyatakan adanya banyak tulisan berarti banyak bacaan.Mereka tidak tahu bahwa dalam hal ini kaidahnya adalah: tulisan harus mengacu pada bacaan yang diriwayatkan dari Nabi saw (ar-rasmu tabi'un li ar-riwayah), dan bukan sebaliknya.(Syamsuddin Arif, al-Qur`an, Orientalisme, dan Luxemberg dalam Jurnal Kajian Islam al-Insan Vol. 1, No. 1, Januari 2005, hlm. 11-17.

More Related