1 / 58

CORIE INDRIA PRASASTI, SKM., M.Kes

CORIE INDRIA PRASASTI, SKM., M.Kes. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3). Salah satu jenis limbah yang banyak dibicarakan karena memerlukan pengelolaan khusus adalah limbah yang tergolong

aletta
Download Presentation

CORIE INDRIA PRASASTI, SKM., M.Kes

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. CORIE INDRIA PRASASTI, SKM., M.Kes Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya

  2. LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

  3. Salah satu jenis limbah yang banyak dibicarakan karena memerlukan pengelolaan khusus adalah limbah yang tergolong Bahan Berbahaya dan Beracun (disingkat B3) Ada 14 ketentuan yang mengatur tentang pengelolaan limbah B3 meliputi Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

  4. LIMBAH B3 MENURUT PP.18 / 1999 jo PP No. 85 /1999 Adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup dan atau dapat membahaya- kan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsung- an manusia serta mahluk hidup lain.

  5. BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahkluk hidup lainnya (PP 74/2001)

  6. Peraturan Per-UU-an PENGELOLAAN LIMBAH B3

  7. Penentuan Limbah B3 • Penentuan Limbah B3 tergantung pada aplikasi serangkaian kriteria tertentu, yaitu : - Daftar spesifik bahan kimia dan turunannya - Kriteria ditetapkan melalui pengujian Toxicity Chracteristics Leaching Procedure (TCLP) • Gabungan kedua metode tersebut diatas.

  8. Menentukan Limbah B3 Ya Identifikasi Jenis limbah Cocok dgn Daftar Limbah B3 Limbah B3 Tidak Ya Periksa Kharakteristik Limbah B3 Tidak Lakukan uji Toksikologi LD50 Ya Tidak Bukan Limbah B3 Limbah B3

  9. Identifikasi Bahaya

  10. SUMBER LIMBAH : • Kegiatan Domestik • Kegiatan Industri dan Jasa • Sisa Pemakaian • Barang Off-spec • Kadaluwarsa • Tumpahan/bocoran, dll Limbah B3 Limbah Radioaktif Limbah Non – B3 Limbah Industri Limbah Domestik

  11. Prinsip Pengelolaan B3 • Jangan memproduksi limbah B3 • Minimisasi Limbah B3 • Reduction, Recovery, Reuse dan Recycling • Pembuangan secara aman (tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup)

  12. Komponen Dalam Sistem Pengelolaan Limbah B3 PenghasilLimbah Perolehan Kembali Penggunaan Kembali Penyimpanan “On Site” Penyimpanan Sementara Pengumpulan Pengangkutan Pengangkutan Pengangkutan Pengolahan Pembuangan Akhir

  13. Penanganan Limbah B3 terdiri dari : • Penandaan Limbah B3 • Kemasan Limbah B3 • Penyimpanan Limbah B3 • Pengumpulan Limbah B3 • Pengangkutan Limbah B3

  14. Label & Symbols Pemberian simbol dan label pada setiap kemasan B3 dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi B3 sehingga pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik guna mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan dari B3 Label Tulisan yang menunjukkan antara lain karakteristik dan jenis bahan kimia berbaya & beracun. Symbol Gambar yang menyatakan karakteristik bahan kimia berbaya & beracun.

  15. Klasifikasi Bahan Kimia PPRI 74/2001 US – DOT NFPA 704 M HMIS/HMIG

  16. Klasifikasi PPRI 74/2001 mudah meledak (explosive); LPG, Mg pengoksidasi (oxidizing); sangat mudah sekali menyala ( extremely flammable ); sangat mudah menyala ( highly flammable ); mudah menyala (flammable);Mg amat sangat beracun (extremely toxic ); sangat beracun  ( highly toxic); beracun (moderately Toxic );Battery berbahaya (harmful ); Chloroform korosif (corrosive); Iodine bersifat iritasi (iritant); berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment); Solar, Oli bekas, CFC karsinogenik (carcinognenic );Cromium, Asbestos, teratogenik (teratogenic);Smoke detektor mutagenik (mutagenic).

  17. Klasifikasi • US - DOT

  18. Klasifikasi • NFPA 704 M • HMIS/HMIG

  19. Hazard Labels NFPA 704 M • HMIS/HMIG

  20. Penandaan Wadah (Container Labelling)  Menggunakan sistem kode warna dan angka (NFPA) Flammability (merah) Reactivity (kuning) 4 3 2 Oxy Health Hazard (biru) Other Hazards (putih)

  21. Penandaan Wadah (Container Labelling) •  Menggunakan sistem kode warna dan angka (NFPA) • Dalam Kode tersebut digunakan angka 0 - 4 untuk menjelaskan tingkat bahayanya. • Health Hazards (bahaya thd kesehatan) • Flammability (Potensi menimbulkan kebakaran) • Reactivity ( Sifat reaktifitas bahan) • Others (bahaya lain) spt Radiasi, Korosi, dll

  22. Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan Bahan Kimia Berbahaya Kelas 1 : Bahan-bahan mudah meledak (Explosives) Contoh : Amunisi, Amonium Picrate.

  23. Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan Bahan Kimia Berbahaya Kelas 2 : Gas-gas Gas yang mudah terbakar (Flammable Gas) Contoh : Gas Alam Gas bertekanan yang tidak mudah terbakar (Non Flammable Compressed Gas) Contoh : Nitrogen

  24. Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan Bahan Kimia Berbahaya Kelas 3 : Flammable Liquids (Cairan mudah menyala) Bahan kimia cair yang mudah terbakar Contoh : Acetonitrile, Acetone, CS2, LPG.

  25. Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan Bahan Kimia Berbahaya Kelas 4 : Bahan kimia padat yang mudah menyala (Flammable Solid) Bahan kimia padat yang mudah menyala (Flammable Solid) Contoh : Benlate dan Benomyl Composition.

  26. Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan Bahan Kimia Berbahaya Kelas 5 : Oxidizing Agents & Organic Peroxide (Cairan mudah menyala) Contoh : Calcium Hypochlorite, H2O2, Acetyl Peroxide.

  27. Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan Bahan Kimia Berbahaya Kelas 6 : Bahan Beracun (Toxic/Poison) Bahan kimia beracun (Toxic Substances) Contoh : Lannate 25 WP, Methomyl Comp, Chloroform, CCl4, Dimethyl Sulphate.

  28. Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan Bahan Kimia Berbahaya Kelas 7 : Bahan Radioaktif (Radioactive Materials) Bahan Radioaktif adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dgn aktivitas jenis lebih besar dari 0.002 microcurie/gram

  29. Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan Bahan Kimia Berbahaya Kelas 8 : Bahan Korosif (Corrosive Substances) Yaitu bahan kimia yang dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan hidup atau bahan lainnya. Contoh : Asam asetat, HCl, H2SO4, HNO3, NaOH, KOH, NH4OH.

  30. Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan Bahan Kimia Berbahaya Kelas 9 : Bh Kimia Lainnya (Miscellaneous), yaitu yg bersifat membahayakan lingkungan : Misalnya : Marine Pollutant, Environmentally hazardous substance.

  31. Penandaan Wadah (Container Labelling)  Menggunakan sistem pewarnaan pada tabung Botol baja/tabung gas untuk gas-gas yang menyebabkan tercekik/kekurangan zat asam berwarna abu-abu. Contoh : Nitrogen, Karbondioksida, Gas Mulia (Argon, Helium) Botol baja/tabung gas bertekanan untuk gas-gas mudah terbakar dan atau meledak dicat berwarna merah kecuali untuk botol baja gas minyak cair/elpiji dicat warna biru dengan tanda warna merah pd bag sekeliling valvenya. Contoh : Hidrogen, Asetilen, Metana, dll.

  32. Penandaan Wadah (Container Labelling)  Menggunakan sistem pewarnaan pada tabung Botol baja/tabung gas bertekanan untuk gas beracun dicat warna kuning tua. Contoh : Arsine, Pestisida, Asam klorida, dll Botol baja/tabung gas bertekanan untuk gas yang menyengat dicat warna kuning muda. Contoh : Amoniak, Boron Trichlorida, Metil Chlorida, dll. Botol baja/tabung gas bertekanan untuk zat asam dan gas-gas pengoksida dicat warna biru muda.

  33. Penandaan Wadah (Container Labelling)  Menggunakan sistem pewarnaan pada tabung Botol baja/tabung gas untuk gas-gas campuran dicat warna gabungan dr masing-2 kelompok gas yg dicampurkan. Contoh : campuran 10% CO dan 90% Argon digunakan warna untuk gas mudah terbakar dengan gas beracun. Botol baja/tabung gas bertekanan kelompok gas untuk keperluan rumah sakit dicat warna putih. Contoh : Oksigen, Steril gas, dll Pada bag badan botol diberi tulisan sablon hitam nama gas.

  34. Kemasan Limbah B3 Prinsip-prinsip kemasan B3 : • Limbah B3 atau bahan lain yg tidak selaras tidak boleh disimpan dalam kemasan yg sama ; • Jika kemasan rusak atau karat, terdapat kerusakan fisik, bocor, isinya harus dikeluarkan dan dikemas kembali; • Untuk mencegah risiko selama penyimpanan, kemasan hrs dirancang dgn memperhitungkan peningkatan perluasan, formasi gas atau tekanan

  35. Prinsip-prinsip kemasan B3 : • Kemasan yang memuat limbah B3 harus ditandai dan disimpan secara konsisten menurut peraturan BAPEDAL untuk pengemasan; • Kemasan yang memuat limbah B3 harus diinspeksi minimum 1 X / minggu, dimaksudkan untuk mnegaskan bahwa kemasan tidak rusak dan tidak bocor; • Kemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dicatat sebagai bagian normal dari aktivitas pengolahan limbah B3

  36. Pra Kemasan B3 : • Setiap produsen/pengumpul limbah B3 harus mengetahui sifat-sifat bahaya dari seluruh limbah yang dihasilkan atau dikumpulkan; • Sifat kemasan dan bahan yang dipakai harus sesuai dengan sifat limbah yang dikemas : • - Dalam kondisi baik • - Tidak rusak • - Bebas karat • - Tidak bocor

  37. Persyaratan Kemasan B3 : • Bentuk, ukuran, dan bahan yang dipergunakan untuk kemasan harus sesuai dengan sifat limbah dalam hal keamanan, kemudahan penggunaannya; • Kemasan dapat terbuat dari : • - Plastik : HDPE, PP, PCV, Teflon • - Logam : Baja karbon, SS304, SS316 dan SS440 • - Bahan lainnya yg tak bereaksi dgn limbah yg termuat

  38. Handling / Penyimpanan B3 dlm Tangki Harus ijin ke BAPEDAL (Kep 01/Bapedal/09/1995) dengan rincian : - Sifat limbah B3 yg akan disimpan - Rancangan sistem tangkai dgn peralatan tambahan yang akan dipasang - Evaluasi kemungkinan karat - Masa hidup operasional yang diprakirakan - Renvana penghentian dan pasca penggunaan

  39. Handling Ruang Penyimpanan Bahan kimia mudah terbakar di simpan dalam tempat yang cukup dingin. Mempunyai ventilasi udara yang cukup. Ruangan terlindung dari genangan air, dan hujan. Sistem deteksi alarm (asap/panas) harus tersedia. Bahan kimia mudah terbakar tidak dicampur dengan bahan yang bersifat oksidator. Tabung silinder bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan kuat. Keran silinder harus ditutup (diberi cup) . Tersedianya lembar data keselamatan bahan (CSDS/MSDS). Tersedianya alat pemadam api (mudah dijangkau). Adanya tanda larangan untuk merokok. Gunakanlah system FIFO.

  40. Pengumpulan Limbah B3 Syarat lokasi pengumpulan limbah B3 : • Paling tidak berukuran 1 Ha; • Lokasi bebas banjir; • Berjarak cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem ttt - 150 m dari jalan utama, 50 m dari jalan lain - 300 m dari fasilitas umum (perumahan, hotel, restoran) - 300 m dari perairan, garis pasang-surut tertinggi, sungai, daerah pasang surut, empang, danau, dll. - 300 m dari areal yang dilindungi spt cagar alam, hutan lindung, dsb.

  41. Fasilitas Lokasi Pengumpulan Limbah B3 • Bangunan pengumpulan dgn laboratorium dan fasilitas pencucian • Pemuatan dan pembongkaran kendaraan • Tanggap darurat dan pengelolaan tumpahan

  42. Pengangkutan Gunakan alat transport yang sesuai untuk memindahkan bahan kimia. Memastikan bahwa bahan kimia yang diangkut tidak mengalami kebocoran.

  43. Pengangkutan Mempersiapkan & memeriksa alat bongkar muat dan peralatan pengaman darurat. Kendaraan dioperasikan oleh awak kendaraan yang memiliki kualifikasi dibidang angkutan Kendaraan dilengkapi dengan alat pemadam api ringan. Periksa apakah bahan kimia telah dilengkapi dengan dokumen! Nomor emergensi & personel yang perlu dihubungi. Ketahuilah cara menangani bila terjadi tumpahan. Jangan meninggalkan kendaraan tanpa adanya pengawasan. Jangan menyalakan mesin bila sedang menaikkan atau menurunkan barang, serta tidak berada dalam kabin. Jangan merokok bila sedang menaikkan atau menurunkan barang.

  44. Pengangkutan • Pengangkutan • KepMenHub No.KM 69/1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan

  45. PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLi) “Returning the Environment to the People of Indonesia” Prosedur Penerimaan Limbah di PPLi

  46. Penyimpanan Limbah B3 • Manajemen Penyimpanan Limbah di PPLi: • Memisahkan berdasarkan karakteristik limbah masing-masing. • Limbah disimpan di drum storage dengan pelabelan • Dihindarkan dari panas • Limbah berupa ceceran akan dimasukkan ke dalam bangunan pengolah limbah. • Limbah organik disimpan digudang penyimpanan selama +/- 2-3 hari.

  47. Pengolahan Limbah B3 : Solidification dan Stabilisation Co-Processing and Thermal Destruction P-Chem Treatment & Biological Treatment Oil Sludge Treatment Bioremediation Landfill Sequencing Batch Reactor

  48. Proses stabilisasi merupakan : • - Rangkaian dari berbagai bentuk pengolahan awal secara kimia • Dicampur dengan semen Portland, fly ash dan • bahan pemadat lainnya, air, serta bahan kimia lain. • - Limbah stabil ditimbun dengan aman di landfill. • Co-Processing and Thermal Destruction : • Pemusnahan limbah dengan pemanasan. Limbah B3 organik dicampur dengan produk petroleum sehingga dihasilkan bahan bakar sintetis (shyntetic fuel). • Produk akhir dari pencampuran ini akan diuji di laboratorium agar spesifikasinya konsisten dengan standar International. • Temperatur pembakaran sangat tinggi (1.200 – 1.400 0C) dan waktu tinggal lama di dalam tanur.

  49. P-Chem Treatment & Biological Treatment : • . Proses kombinasi pengolahan secara fisika maupun kimia, ditambah dengan proses biologi • Dilengkapi dengan tahap pengolahan “artificial wetland” (perencanaan lahan basah)  mencapai standar kebersihan yang paling tinggi untuk air buangan. • Untuk limbah cair yang memiliki tingkat asam-basa yang tinggi maka dilakukan penetralan terlebih dahulu didalam “buffer pond” dengan tambahan bahan kimia yang dapat menetralkan asam dan basa.. • Oil Sludge Treatment System – OSTS (Sistem Pengolahan Lumpur Minyak) • Proses yang mampu memisahkan dan mengambil ulang minyak dari lumpur minyak (oil sludge). • Teknologi ini memadukan berbagai proses, antara lain : centrifuge, sistem purifikasi, dan stabilisasi. • Setelah dipisahkan dan dipurifikasi, minyak yang diperoleh dapat diguna ulang baik oleh pelanggan sendiri ataupun PPLi. • Residu padat hasil pemisahan ditimbun di secure landfill PPLi atau dimusnahkan secara thermal. • Air limbah produk pemisahan dapat diolah di PPLi (ataupun di lokasi pelanggan) untuk memenuhi baku mutu buangan.

More Related