1 / 29

RATNA SUSIANAWATI , S.H. M.H KEPALA BIRO HUKUM DAN HUMAS KEMENTERIAN PP & PA

PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. RATNA SUSIANAWATI , S.H. M.H KEPALA BIRO HUKUM DAN HUMAS KEMENTERIAN PP & PA H. Mirah , 18 Maret 201 4. OUTLINE. LATAR BELAKANG UU no.12/2011 ttg PEMBENTUKAN PEARTURAN PERUNDANG-UNDANGAN

agalia
Download Presentation

RATNA SUSIANAWATI , S.H. M.H KEPALA BIRO HUKUM DAN HUMAS KEMENTERIAN PP & PA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN RATNA SUSIANAWATI, S.H. M.H KEPALA BIRO HUKUM DAN HUMAS KEMENTERIAN PP & PA H. Mirah, 18Maret 2014

  2. OUTLINE • LATAR BELAKANG • UU no.12/2011 ttg PEMBENTUKAN PEARTURAN PERUNDANG-UNDANGAN • PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANMATERI • MUATAN PEARTURAN PERUNDANG-UNDANGAN • APA PARAMETER KESETARAAN GENDER • PENTINGNYA PARAMETER KESETARAAN GENDER • DASAR PEMIKIRAN • TUJUAN DISUSUN PARAMETER KESETARAAN GENDER • HASIL YANG DIHARAPKAN • SIAPA PENGGUNA PARAMETER KESETARAAN GENDER • PRINSIP-PRINSIP KESETARAAN GENDER • INDIKATOR KESETARAAN GENDER • PENGINTEGRASIAN PKG DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PUU-AN • 14 HAK DASAR • KAPAN PKG DIINTEGRASIKAN • RAMBU-RAMBU YANG PENTING DIPERHATIKAN • MEKANISME PENGAWASAN • BAGAIMANA PENGUATAN KEBIJAKAN DI K/L • RENCANA TINDAK LANJUT • PENUTUP

  3. LATARBELAKANG • Masih berlangsung nilai dan konsep budaya patriarkhi, yg menempatkan perempuan dan laki-laki pada hubungan kekuasaan yang tidak setara, sehingga terjadi diskriminasi gender; • Diskriminasi gender menyebabkan kerentanan thd perempaun dan berpotensi terjadinya kekerasan thd perempuan di berbagai bidang kehidupan; • Kondisi demikian semakin memprihatinkan manakala hal tersebut melembaga/terlembaga dalam bentuk peraturan perundang-undangan; • Perlu pembentukan peraturan perundang-undangan yang responsif gender; • Untuk hal itu, diperlukan parameter kesetaraan gender dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

  4. UU NO.12/2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan • PembentukanPeraturanPerundang-undanganadalah: pembuatanperaturanperundang-undangan yang mencakuptahapanperencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahanatau penetapandanpengundangan.

  5. adalah: PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN * Peraturantertulis; • yang memuatnormahukum yang mengikatsecaraumum; dan • dibentukatauditetapkanolehlembaganegaraataupejabat yang berwenang; • melaluiposedur yang ditetapkandalamPeraturanPerundang-undangan.

  6. JENIS DAN HIERARKHI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Pasal 7 UU 12/2011 menentukanbahwaJenisdanHierarkhiPeraturanPerundang-undangan, terdiriatas: • Undang-UndangDasar Negara R.I. Tahun 1945; b. KetetapanMajelisPermusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/PERPU; d. PeraturanPemerintah; e. PeraturanPresiden; f. PeraturandaerahProvinsi; dan • Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Kekuatanhukumsesuaidenganhierarkhinya.

  7. MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN • materi yang dimuat dalam Peraturan Perundang-undangan; • sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarkhi Peraturan Perundang-undangan.

  8. PERMASALAHAN KESETARAAN GENDER • Kurangnyapemahamandankepekaan gender dikalanganpengambilkeputusan/kebijakandanpelaksanaannya di tingkatinstitusi formal, karenastrukturmasyarakat (dan Negara) yang masihkentaldenganpatriakhi, sehinggaberdampakpadamasihterjadinyakebijakandan/atauperaturanperundang-undanganatauprodukhukum yang bias gender/diskriminatif; • Kesenjangan gender dalammasyarakat, dalamhalakses, partisipasi, kontroldanmanfaat yang adilataspencapaianhasilpembanguan di berbagaibidang; • Masihrendahnyaperandanpartisipasiperempuan di bidangpolitik, jabatanpublik, danbidangekonomi. • Masihtingginyaangkakekerasanthdperempuan.

  9. PARAMETER KESETARAAN GENDER • Gender adalah perbedaan peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan, yang didasarkan atas konstruksi sosial ( bagaimana menjadi laki-laki dan menjadi perempuan..? Bedakan dengan ‘’jenis kelamin’’ secara kodrati terlahir sebagai laki-laki dan perempuan). • Parameter Kesetaraan Gender (PKG) dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah alat/tools untuk mengintegrasikan perspektif gender ke dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai dengan jenis dan hierarkhinya dengan cara/melalui analisis gender; • Analisis Gender adalah kegiatan melakukan analisis yang didasarkan pada perspektif gender dengan pendekatan akses, pertisipasi, kontrol dan manfaat.

  10. TUJUAN DISUSUNNYA PARAMETER KESETARAAN GENDER • Adanya alat analisis yang didasarkan pada perspektif kesetaraan gender, dengan menggunakan indikator: akses, partisipasi, kontrol dan manfaat; • Mengintegrasikan perspektif kesetaraan gender dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan, termasuk kebijakan teknis operasionalnya (Kebijakan K/L & Daerah); • Digunakan sebagai acuan dalam melakukan kajian, pemantauan dan evaluasi atas perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan atas pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  11. HASIL YANG DIHARAPKAN • Terintegrasikannya perspektif kesetaraan gender dalam suatu proses pembentukan kebijakan dan/atau peraturan perundang-undangan; • Terbentuknya suatu ketentuan kebijakan dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang responsif gender; • Terjaminnya pengakuan kesetaraan gender dalam suatu kebijakan/peraturan perundang-undangan.

  12. SIAPA PENGGUNA PARAMETER KESETARAAN GENDER • Para pembentuk Undang-Undang dan/atau yang menetapkan Peraturan Perundang-undangan; • Para penentu, perumus dan pelaksana kebijakan, program pembangunan nasional dan daerah. • Perancang Peraturan Perundang-undangan (Legislative Drafter); • Ahli dan Praktisi hukum, akademisi, organisasi masyarakat sipil, para legal, dan profesi lain yang sejenis;

  13. DASAR PEMIKIRAN PENYUSUNAN PARAMETER KESETARAAN GENDER • Nilai-nilai yang terkandungdalamPancasila; • Pembukaan UUD 1945 sertahak-hakdasarsebagaimanadiamanahkanolehKonstitusi UUD 1945; • Tap MPR-RI No.XII/MPR/1988 ttg HAM; • Prinsip-prinsipKonvensi CEDAW (UU No.7/1984): 1. Kesetaraansubstantif, 2. Non diskriminasi, 3. KewajibanNegara, dengantetapmempertimbangandariaspeksosialbudaya (patriarkhi), yang masihkentaldanmenghambatthdruanggerakperempuandalampemenuhandanpenikmatanhasil yang adildalamkehidupanberkeluarga, bermasyarakat, berbangsadanbernegara.

  14. PRINSIP-PRINSIP KESETARAAN GENDER PrinsipKesetaraan Gender, padadasarnyamemaknaibahwa: • Nilai-nilai yang adapadadasarnegaraPancasiladanPembukaanKonstitusi Negara R.I. UUD 1945; • Hakasasiperempuanadalahhakasasimanusia. Semuamanusiadilahirkanbebas, memilikiharkat, martabatdanhak yang sama, bagilaki-lakimaupunperempuan, danuntukitunegarawajibmenjaminpersamaanpemenuhanhaklaki-lakidanperempuan di bidangekonomi, sosial, budaya, sipildanpolitik, sertabidang-bidanglainnya; • Memperjuangkanhak-hakperempuandankesetaraan gender merupakankandunganprinsipdalamKonvensiCedaw, yakni: • 1) PrinsipKesetaraan Gender; 2) Prinsip Non Diskriminasi; 3) PrinsipKewajiban Negara (de-jure dan de-facto). • Affirmative action, tindakankhusussementara(terutamaterkaitdenganperan gender).

  15. 14 (Empat Belas) HAK DASAR 1. HakatasKewarganegaraan (hakdasar yang ke- 1-2) 2. HakatasHidup (hakdasar yang ke- 3-4) 3. Hakuntukmengembangkandiri (hakdasar yang ke- 5-8) 4. HakatasKebebasanMeyakiniKepercayaan (hakdasar yang ke 9-14) 5. HakatasInformasi (hakdasar yang ke-15 -16) 6. HakatasKerjadanPenghidupan yang layak (hakdasar yang ke 17-19) 7. HakataskepemilikandanPerumahan (hakdasar yang ke 20-21)) 8. HakatasKesehatandanLingkungan yang sehat (Hakdasar 22-24) 9. HakBerkeluarga (hakdasar yang ke 25) 10. HakatasKepastianHukumdanKeadilan (hakdasar yang ke- 26-28) 11. HakBebasdariAncaman, DiskriminasidanKekerasan (hakdasar 29-32) 12. HakatasPerlindungan (hakdasarke 33-37) 13. HakMemperjuangkanHak (hakdasarke 38-39) 14. HakatasPemerintahan (hakdasar yang ke-40)17

  16. PENGINTEGRASIAN PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN • Didasarkan pada ketentuan hak-hak konstitusional sebagaimana diamanatkan UUD 1945; • Terdiri dari 14 (empat belas) Rumpun Hak Dasar dan terjabarkan menjadi 40 (empat puluh) Hak Konstitusional; • Mempertimbangkan dan/atau memperhitungkan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam perumusan suatu ketentuan peraturan perundang-undangan. • Mengikuti teknik dan prosedur pembentukan peraturan PUU-an sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (UU 12/2011 ttg Pembentukan Peraturan PUU-an)

  17. INDIKATOR KESETARAAN GENDER Analisis kesetaraan gender dalam pembentukan peraturan perundang-undangan melalui pendekatan: * Akses, * Partisipasi, * Kontrol, dan * Manfaat. Diintegrasikan pada setiap tahapan proses pembentukan peraturan perundang-undangan, mulai dari: Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, yang diikuti dalam Pengesahan/ Penetapan, Pengundangan, dan lebih lanjut disebarluaskan.

  18. INDIKATOR AKSES • Mempertimbangkanbagaimana ‘akses’ yang setaraterhadapsetiapsumberdaya yang akandiaturdalamPeraturanPerundang-undangandapatdijangkausehingganormahukum yang dirumuskanmencerminkankesetaraanbaikbagilaki-lakimaupunperempuan; • Aksesterhadap: - Informasi (pengetahuan; cepat, mudah, danMurah) - SumberDaya; - FaktorSosialBudaya.

  19. INDIKATOR PARTISIPASI Memperhatikandan/ataumempertimbangkanbahwaketentuanperaturanperundang-undanganmemberikankesempatan yang setarakepadalaki-lakidanperempuandalammelaksanakanhakdankewajibannya di setiapaspekkehidupandan/ataukebijakandan program pembangunan, misalnya, untuk: • Menentukan proses untuksolusiatassuatupersoalan yang dihadapi; • Turutsertadalampengambilankeputusanbaikatasjumlahmaupunkualitas; • Keberdayaaninstitusidanperansertamasyarakat, terutamapersoalan yang dihadapiperempuan.

  20. INDIKATOR KONTROL Menganalisisapakahnormahukum yang dirumuskanmemuat/tererminketentuan yang setaraterkaitdenganrelasikekuasaanantaralaki-lakidanperempuanuntukmelaksanakanhakdankewajibannya. Hal initercermindalam: • Keberdayaandankehasilguanaandalammenggunakanhaknya; • Keberdayaaninstitusidanperansertamasyarakatuntukmewujudkankeadilan/kesetaraanbagilaki-lakidanperempuan; • Menjaminperwujudankesetaraan gender, utamanya bagiperempuan di pedesaandanperempuankepala keluarga.

  21. INDIKATOR MANFAAT Analisautkadanyanorma yang dirumuskankelakakandapatmenjaminbahwasuatukebijakandankegiatanprogramnyaakanmenghasilkanmanfaat yang setaraterhadaplaki-lakidanperempuan: • Adanya ‘penikmatanmanfaat’ yang adildansetaraterhadappemenuhanakanhakdankewajibanbagiperempuandanlaki-laki. • Contoh, penikmatanmanfaatatas: - hasilkerjauntukdirinyadankeluarga; - pemilikandanpengelolaanatashaktanah; - hakperempuanmenikmatihasilpembangunan, melaluipenyediaansaranadanprasarana.

  22. PENGINTEGRASIAN PKG DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN • Dimulaipadasaatdilakukankajian/penelitianuntukkepentinganpenyusunanNaskahAkademiksuatu RUU atauR.Perda; • SaatpenyusunanNaskahAkademiksuatu RUU atauR.Perda; • Selama proses penyusunan/perumusanketentuanperaturanperundang-undangan (biasanyapada unit perundang-undangan); • pembahasansuatu RUU atauR.Perdaantara DPR-RI/D danPemerintah/Pemda; • Saatpenyusunan/perumusankebijakansebagaitindaklanjutatasketentuanperaturanperundang-undangan; • Saatmelakukankajianatas review/revisisuatukebijakanatauperaturanperundang-undangan;

  23. RAMBU-RAMBU YANG PENTING DIPERHATIKAN • Harustetapmengacuketentuan UUD 1945; (tidakemosionaldalammengaktualisasikankesetaraan gender antaralaki-lakidanperempuan). • harustetapmengacupadaasaspembentukandanasas yang tercermindalammaterimuatanPeraturanPerundang-undangan (asaskejelasan, dapatdilaksanakan, kedayagunaandankehasilgunaan); • UntukPerda, tidakbolehbertentangandenganketentuanhal yang sama yang diaturdlm UU,  sesuaiasaskenusantaraan; • Menganalisakembalirumusannorma yang telahdisusundengangunakanindikatorkesetaraan gender: APKM.

  24. MEKANISME PENGAWASAN PERATURAN PUU-an YG RG • Melaluiperanlembaga yang berwenangmelakukanhakuji formal danhakujimateriil, menjadisalahsatukomponenpentingdalamupayamenghapusperlakuandiskriminasi gender terhadapsetiapwarganegara. • Hakuji formal  wewenanguntukmenilaiapakahsuatuproduklegislatif (UU) dibuatmelalui/sesuaiprosedur; • Hakujimateriil wewenanguntukmenyelidikidankemudianmenilaiapakahmateri/isi PUU-an sesuaiataubertentangandenganperaturan yang lebihtinggiderajatnya; termasuksesuai/mempertimbangkandariperspektif HAM dan/ataukesetaraan gender, sehinggatidakdiskriminasi gender, dandibuatolehsuatukekuasaantertentuberhakmengeluarkanperaturan –peraturantertentu;

  25. JALUR PENGAWASAN PERATURAN PUU-an YG RG • Pengawasan melalui Jalur Hukum (Yudicial Review) • - Melalui Mahkamah Konstitusi • - Melalui Mahkamah Agung • Pengawasan Jalur Pemerintah (Executive Review) • Pengawasan Jalur Legislatif (Legislative Review)

  26. PENGUATAN KEBIJAKAN K/L DAN DAERAH • Sejalan dengan pengintegrasian prinsip-prinsip Parameter Kesetaraan Gender dengan materi/hak-hak dasar atau hak konstitusional yang sudah dituangkan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, maka dalam penyusunan kebijakan operasional seyogyanya dilakukan dengan langkah-langkah yang sejalan (mutatis mutandis). • Pendekatannya sama, yakni, dengan cara menganalisis dari perspektif gender per urusan pemerintahan, dengan indikator APKM. • Substansi pengaturan suatu Kebijakan, disesuaikan dengan kewenangan K/L dan SKPD terkait (Prov, Kab/Kota), shg perspektif gender diharapkan akan terintegrasi pula dalam jabaran program dan kegiatan  yang responsif gender.

  27. Lanjutan…. • Penting dilakukan monitoring dan evaluasi atas berbagai kebijakan yang telah pernah diterbitkan oleh K/L (di Pusat) dan oleh SKPD (di Daerah); • Peningkatan kapasitas SDM melalui berbagai bentuk pelatihan sangat dibutuhkan, sebagai upaya dalam mencari pembaharuan kebijakan serta menyikapi isu-isu terkini yang timbul dalam masyarakat. • Koordinasi dan sinergi dengan lintas sektor terkait antar K/L di Pusat dan/atau antar SKPD di Daerah, dalam pelaksanaan program pembangunan, sekaIigus guna mengikis ego sektor (tidak parsial).

  28. RENCANA TINDAK LANJUT PERLU TERUS DILAKUKAN: • Sosialisasidanadvokasikepadaparapembentukundang-undang/hukumdanpenentukebijakandisetiapbidangpembangunan, akademisi, praktisihukum, danmasyarakat; • Pengembangandan/ataupeningkatankapasitas (capacity building) paraaparaturpemerintahdanperancangperaturanperundang-undangan (legislative drafter).

  29. TerimaKasih 29

More Related