html5-img
1 / 17

Centre of Policy & Planning Studies THE INDONESIAN UNIVERSITY OF EDUCATION 2008

AKUNTABILITAS KINERJA MANAJEMEN INSTANSI PEMERINTAH. Centre of Policy & Planning Studies THE INDONESIAN UNIVERSITY OF EDUCATION 2008.

adolfo
Download Presentation

Centre of Policy & Planning Studies THE INDONESIAN UNIVERSITY OF EDUCATION 2008

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. AKUNTABILITAS KINERJA MANAJEMEN INSTANSI PEMERINTAH Centre of Policy & Planning Studies THE INDONESIAN UNIVERSITY OF EDUCATION 2008

  2. Instansi pemerintah dipandang sebagai organisasi yang berstruktur, dan karenanya pegawainya pun dipandang menempati posisi hirarhis sesuai tugas dan fungsinya; Pegawai dalam dalam konsep organisasi dapat dipandang secara individual dan atau kelompok, sehingga posisi pegawai ada yang di dalam jabatan struktural, dan ada yang dalam jabatan fungsional. Pegawai dalam jabatan struktural pun dibagi ke dalam dua katagori, yaitu unsur pimpinan dan unsur pelaksana; Posisi pegawai dalam kelompok pada umumnya terdapat sebutan yang berjenjang, yaitu kelompok pada tingkat pembina, penata, pengatur dan juru; Keempat unsur tingkatan pegawai tersebut, pada umumnya mempunyai tugas pokok dan fungsi yang sama, yang berbeda hanya bobot peran yang dilakukan dari setiap tugas pokok dan fungsi tersebut; Definisi Konsep Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  3. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut sangat identik dengan kinerja yang berbentuk penampilan kerja pegawai pada saat proses, hasil langsung (output), dan hasil ahir (outcomes) dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) tersebut; • Ditinjau dari aspek produktivitas pelaksanaan kerja, penampilan kerja (performance) pegawai tersebut dapat diamati dari komponen (1) kemampuan dalam melaksanakan tugas (ability) dan (2) dorongan untuk melaksanakan pekerjaan (motivation); • Kedua unsur kinerja ini, bila ditinjau dari aspek posisi individu dalam tingkatan organisasi, sering disebut dengan perilaku (behavior) individu dalam organisasi; • Perilaku pegawai dalam tingkatan organisasi secara konseptual terdiri dari (1) perilaku tugas (task behavior) dan (2) perilaku hubungan antar manusia (humans behavior); Definisi Konsep Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  4. Keterpaduan unsur kinerja dengan unsur perilaku individu dalam organisasi akan terakumulasi dalam bentuk seperangkat kompetensi (competencies) individu yang dihasilkan dari perolehan pengetahuan (knowledge), apresiasi (appretiation) dan keterampilan (skills). Kompetensi (competencies), secara sederhana dikatagorikan ke dalam tiga jenis, yaitu: (1) kompetensi pribadi (personal competencies), (2) kompetensi profesional (professional competencies), dan (3) kompetensi sosial (social competencies); Akumulasi kompetensi personal, profesional dan sosial dari seorang pegawai akan tergambar dalam aspek perilaku kepribadian (personality) sebagai pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi (task behavior) dan hubungan antar manusia (humans behavior) di lingkungan pekerjaannya; Definisi Konsep Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  5. Akuntabilitas (accountability) secara harfiyah berasal dari kata account (rekening, laporan, catatan) dan ability (kemampuan). Dalam tatakelola pemerintahan, akuntabilitas bisa diartikan sebagai kemampuan aparatur pemerintah dalam menunjukkan laporan atau catatan proses dan hasil pekerjaannya yang dapat dipertanggungjawabkan. Kinerja aparatur yang semula berstandar pada prinsip responsibility (tanggungjawab) dan obligation (kewajiban), kini harus pula perpatokan pada apa yang disebut sebagai accountability. Upaya merumuskan standar akuntabilitas kompetensi pegawai diartikan sebagai perumusan norma yang dijadikan tolok ukur kemampuan dalam melaksanakan tugas pekerjaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Definisi Konsep Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  6. Kemampuan Melaksanakan Tupoksi STANDAR AKUNTABILITAS KINERJA APARATUR PEMERINTAH Standar Kinerja PNS (Responsibility & Obligation) Good Governance (Equitable & Responsive to People’s Needs) personal competencies professional competencies social competencies Efektivitas, Efisiensi, dan Transparansi Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai pada Struktur Instansi Pemerintah PERILAKU SEBAGAI PEGAWAI NEGARA Perilaku dalam Melaksanakan Tupoksi Kepegawaian (Task Behavior) Perilaku dalam Berhubungan dengan Publik (Humans Relations) KerangkaAnalisis StandarisasiAkuntabilitasKinerjaPegawai Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  7. Indikator Akuntabilitas Kinerja Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  8. Indikator Akuntabilitas Kinerja Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  9. Indikator Akuntabilitas Kinerja Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  10. Indikator Akuntabilitas Kinerja Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  11. Indikator Akuntabilitas Kinerja Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  12. Indikator Akuntabilitas Kinerja Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  13. Tentukan nilai tingkat (urutan/ranking) kepentingan setiap parameter kompetensi dari setiap katagori jabatan. Misalnya, untuk parameter ‘obyektivitas’, bagi pegawai yang menangani tugas-tugas membina, tugas tersebut mempunyai tingkatan kepentingan yang relatif lebih tinggi (misalnya diberi bobot 4) daripada pegawai yang menangani tugas-tugas mengatur secara teknis atau administratif (misalnya diberi bobot 2). Namun, untuk parameter ‘kemandirian’, sudah tentu pegawai yang menangani tugas-tugas membina mempunyai bobot lebih rendah (misalnya 1) dibandingkan dengan katagori jabatan yang berada pada posisi pengatur atau penata (misalnya 2 atau 3). • Setelah ditentukan ‘nilai peringkat’ masing-masing parameter berdasarkan katagori jabatan pegawai, kemudian jumlahkan seluruh nilai parameter kinerja tersebut. Jumlah tersebut harus setara dengan 100. Dan selanjutnya, distribusikan 100 tersebut sesuai dengan nilai kepentingan yang ada pada setiap parameter. Jika masih belum pas, lakukan pembulatan. Prosedur Pengukuran Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  14. Apabila sumber data mempunyai nilai yang ukuran berbeda dengan ‘rating scale’ maka perlu dilakukan perubahan. Misalnya, nilai angka yang berukuran rasio (mutlak), sehingga evaluator harus mengubahnya menjadi interval dalam rentang skala empat. Untuk konversi jumlah nilai kompetensi (hasil perkalian dari skor kompetensi dengan bobot kompetensi), untuk setiap katagori unrur pegawai tidak ada perbedaan. Karena, dalam definisi konsep juga telah ditegaskan bahwa stratum jabatan yang melekat pada pegawai hanya karena dibedakan oleh bobot tugas, wewenang dan tanggungjawab. Konversi Angka Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  15. SUMBER DATA untuk setiap parameter sangat banyak, tetapi harus selektif. Misalnya: Kemampuan bekerja yang dapat diamati di tempat kerja. Tempat kerja, diartikan di ruang kerja (di luar kantor atau di lapangan) yang dianggap sebagai kegiatan dinas; Parameter lainnya merupakan informasi yang secara umum sulit didapat, karena jarang dilakukan. Karena itu, dengan sistem ini diharapkan mempunyai mekanisme yang mampu merekam perilaku-perilaku tersebut. Teknik yang dapat dilakukan antara lain dengan Critical Incident Method, yaitu metode pencatatan perilaku pegawai secara ekstrim (ekstrim baik maupun ekstrim buruk). Misalnya, ada pegawai yang tidur di tempat kerja, main kartu, atau berkelahi di tempat kerja. Peristiwa tersebut merupakan perilaku yang harus dicatat lengkap dengan waktu kejadiannya. Demikian pula yang ekstrim baik, misalnya demi menyelesaikan tugas, seorang pegawai bersedia lembur atau berinisiatif melaksanakan pekerjaan di lingkungan kantor maupun di luar lingkungan kantor. Sumber Data Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  16. EVALUATOR seyogyanya dilakukan oleh Tim Khusus, yang diambil dari unsur pembina (atasan langsung), konsultan, masyarakat, dan unsur pelaksana lapangan, dengan asumsi bahwa program ini bukan merupakan tanggungjawab salah satu pihak, tetapi merupakan tanggungjawab semua pihak, sehingga efektivitasnya bisa lebih baik. Tentunya dengan syarat terdiri dari orang-orang yang dapat dipercaya, cerdas dan memiliki kemampuan profesional dalam bidang evaluasi program dengan baik. Di samping itu, pelaksanaan evaluasi pun harus terbuka antara pihak evaluator dengan pihak yang dievaluasi. Ini penting bagi orang yang dievaluasi untuk mengetahui aspek-aspek apa yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Evaluator Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

  17. Sakitu nu kapihatur,lebet ka cabe mah henteu,manawa sareng manawi, aya pulukaneun bekel diri, Bobo sapanon carang sapakan, hatur punten anu kasuhun, rumaos diri masih atah... Yoyon Bahtiar Irianto Centre of Policy & Planning Studies

More Related