1 / 39

Ihyaul Ulum MD. Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang

FILSAFAT KONTEMPORER. Ihyaul Ulum MD. Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang Email/FB : mas_ulum@yahoo.com Twitter : @cak_lum Website/Blog : http://ihyaul.staff.umm.ac.id. Postmodernisme & Kontemporer. The is no perfectness in the world.

yoshi
Download Presentation

Ihyaul Ulum MD. Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. FILSAFAT KONTEMPORER Ihyaul Ulum MD. Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang Email/FB : mas_ulum@yahoo.com Twitter : @cak_lum Website/Blog : http://ihyaul.staff.umm.ac.id

  2. Postmodernisme & Kontemporer The is no perfectness in the world Penilaian Wisdom lebih didasari feelings, desires (keinginan), ketimbang knowledge. Kegagalan pemikiran dan filsuf modern mencapai kebijaksanaan Penilaian didasarkan pada intuisi, bukan argumentasi logis

  3. William James • * Pragmatisme * Radical Emerisme • Kebenaran Pragmatis Tiada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap. Yang ada adalah kebenaran ‘plural’  apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya Kebenaran itu relatif, subjektif, dan terus berkembang Tidak ada kebenaran objektif (monisme), yang ada adalah kebenaran subjektif (pluralisme)  Milliorisme (penengah antara filsafat empirisme dan filsafat idealisme).

  4. William James • * Pragmatisme * Radical Emerisme • Pragmatisme dan Etika Suatu ide dianggap benar apabila dapat memberikan keuntungan kepada manusia dan dapat dipercayai hal tersebut membawa ke arah kebajikan (good)  mencuri, bila ia mendatangkan manfaat bagi pelakunya berarti ia baik. Tetapi bila ia mengakibatkan menderita berarti ia jelek. • Kepercayaan Religius Manusia mempunyai hubungan dengan suatu Zat yang lebih (a more). Tuhan adalah kecondongan ideal atau pendukung yang murah hati dalam pengalaman manusia.

  5. John Dewey • *Pragmatisme  Instrumentalis (1) • Pengalaman dan Pikiran Pengalaman adalah inti filsafat instrumentalisme. Pengalaman (experience) adalah keseluruhan drama manusia dan mencakup segala proses “saling memengaruhi’ (take and give) antara organisme yang hidup dalam lingkungan sosial dan fisik. Kegunaan kerja pikiran adalah cara untuk melayani kehidupan  scientific method • Pendidikan Progresif  filsafat pendidikan Pendidikan harus mampu membekali anak didik sesuai dengan kebutuhan yang ada pada lingkungan sosialnya  Problem solving method; learning by doing.

  6. John Dewey • *Pragmatisme  Instrumentalis (2) • Tidak banyak pendidik yang memperhatikan pengalaman sebagai basis utama pendidikan ketika dihadapkan pada ketegangan antara mempertahankan nilai-nilai tradisi ataukah memilih kemodernan. • Menurut John Dewey, ketegangan ini tidak perlu karena keduanya memiliki kelemahan yang sama: melupakan pengalaman, basis pragmatisme.  • Dewey merajut filsafat pendidikan jalan tengah yang tidak silau akan progresivitas, namun juga tak melupakan tradisisebuah filsafat pendidikan yang banyak mengurai relasi makna pengalaman dalam proses pendidikan • Inti filsafat pendidikan ini menganjurkan proses pembelajaran yang bisa dipraktikkan dan mendorong anak didik untuk bisa memecahkan masalah-masalah mereka dan lingkungannya, suatu gaya ajar-mengajar yang bertahap dan berkesinambungan.

  7. Paul-Michel Foucault • (1) • Pemikiran Foucault sangat dipengaruhi Nietzsche, namun dia tidak sepenuhnya sebagai pengikut Nietzsche. • Tentang subjek dan objek, filsuf tahun 60an adalah filsuf yang merayakan kematian subjek (pengada awal) yang disejajarkan dengan Tuhan. Lalu setelah itu, jika Tuhan mati, maka manusia yang mengikuti Tuhan jugamati. Sebab manusia yang mengikuti Tuhan itu tidak punya kuasaatas dirinya tanpa Tuhan yang memberi maknapadanya. • Subjek menurut Foucautl subjek yang sejajar dengan individu hanya akan bisa ditelaah melalui kekuasaan

  8. Paul-Michel Foucault • (2) • Kekuasaan bukanlah nominalis, tidak pejal dan tidak bisa dipegang, dia adalah peng-kata-an dari multiplisitas dan jalinan kekuatan-kekuatan • Kekuasaan bukan sesuatu yang bisa dimiliki, bahkan oleh kaum dominan sekali pun, tidak bisa dipengaruhi oleh kepenuhan hukum ataupun kebenaran, dia tidak tunduk pada teori politik normal, tidak bisa direduksi oleh representasi [hukum] • Hubungan antara subjek dan kekuasaan adalah bukan pelaku dan produk. Sebab bukan subjek (secara substantif) yang menciptakan kekuasaan, namun kekuasaanlah yang mempengaruhi adanya subjek, dan sifatnya tidaklah tetap seperti hasil penemuan (founding subject) • Manusia juga akhirnya dipengaruhi oleh kekuasaan, bukan manusia mempengaruhi kekuasaan

  9. Paul-Michel Foucault • (3) • Foucault dikenal kritis terhadap berbagai institusi sosial, terutama psikiatri kedokteran, dan sistem penjara, serta tentang riwayat seksualitas. • Kontribusinya terhadap teori kebudayaan dan teori sosial, al: • objek studinya (RSJ, klinik, penjara) telah menggeser fokus studi mengenai dominasi  terjauhkan dari analisis kelas dan basis ekonomi; • Kebudayaan tidak ditematisasikan sebagai sesuatu yang tercakup dalam bidang yang sekadar representasional; • Kebudayaan tidak dipandang sebagai totalitas spiritual seperti dalam historisisme;

  10. Paul-Michel Foucault • Manusia (desain; da= di situ, sein = ada) itu terbuka bagi dunianya dan sesamanya. • Kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan hal-hal di luar dirinya karena memiliki kemampuan seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, dan perkataan. • Untuk mencapai manusia yang utuh, maka ia harus merealisasikan segala potensinya, ia harus mempertanggungjawabkan atas potensi yang belum teraktialisasikan. • Filsafat Heidegger paling fenomenal berkaitan dengan kosep suasana hati (mood)  di dalam mood lah kita ‘diatur’ oleh dunia kita, bukan dalam pendirian pengetahuan observasional yang berjarak. • Martin Heidegger • Eksistensialisme (1)

  11. Paul-Michel Foucault • Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia berada. Pusat perhatian ini ada pada manusia. Oleh karena itu bersifat humanistis. • Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif, bereksistensi berarti berbuat, menjadi, merencanakan. Setiap saat manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaanya. • Di dalam filsafat eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakekatnya manusia terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih-lebih kepada sesama manusia. • Filsafat eksistensialisme member tekanan kepada pengalaman yang konkrit, pengalaman yang eksistensial Ciri filsafat eksistensialisme (pemikiran Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Karl  Jaspers, dan Gabriel Marcel) • Martin Heidegger • Eksistensialisme (2)

  12. Paul-Michel Foucault • Bertrand Arthur William Russell • Paradox Russell (1) • Ia adalah filsuf dan ahli matematika ternama di Britania Raya. • Karya monumentalnya (diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk Indonesia) adalah History of Western Philosophy and its Connection With Political and Social Circumtances from The Earliest Time to The Present Day(1946), dan Principles of Mathematics (1903) • Ia menyesal bahwa dalam dunia pendidikan jurusan ilmu pasti dan jurusan sastra sering dipisahkan. • Logika dan gramatika tidak hanya penting untuk bahasa, melainkan juga sebagai dasar matematika. • Russell berpendapat, daerah tak bertuan antara teologi dan ilmu pengetahuan itulah filsafat. Ilmu pengetahuan berbicara tentang yang diketahui, filsafat mengenai hal yang tidak diketahui. • Menurut Russell, filsafat hanya boleh merumuskan pertanyaan-pertanyaan. Jawaban harus datang dari ilmu pengetahuan.

  13. Paul-Michel Foucault • Bertrand Arthur William Russell • Paradox Russell (2) • Matematika dapat diubah secara sistematis (reducible) menjadi logika. • Semua kebenaran-kebenaran matematikal dapat ditetapkan sebagai bagian dari logika • Semua pembuktian-pembuktian matematikal dapat dimanifestasikan sebagai pembuktian-pembuktian logikal atau dengan kata lain theorema-theorema matematika menjadi bagian tak terpisahkan dari logika.

  14. Paul-Michel Foucault • Karya monumentalnya berjudul The Open Society and Its Enemies (1950). • Berangkat dari nilai normatif bahwa manusia bisa salah, ia merumuskan sebuah bentuk masyarakat yang cocok untuk minimalisasi penderitaan manusia dan maksimalisasi kebebasan individu  open society. • Popper membedakan masyarakat terbuka dengan masyarakat tertutup yang ‘magis atau tribal atau kolektivis’. Dalam masyarakat terbuka “individuals are confronted with personal decisions” dan dengan demikian mereka mempunyai tanggung jawab dalam menerima kebijakan publik. • Dalam politik, gagasan masyarakat terbuka jelas menolak segala bentuk totalitarianisme. • Popper mengaku sebagai seorang liberal  The Open Society Foundation (George Soros). • Karl R. Popper • * Open Society * Teori Falsifikasi • (1)

  15. Paul-Michel Foucault • Manusia tidak mungkin mengetahui semesta pengetahuan hanya dengan mengandalkan verifikasi empiris • Popper jelas tetap berusaha menyelamatkan empirisme tetapi dengan catatan. Empirisme Popper tidak berasal dari sebab-musabab yang berujung pada akibat, dari yang partikular menuju yang universal. • Empirisme Popper lahir dari pengetahuan apriori yang ditimba dari pengetahuan apriori-nya Kant, tetapi Popper meneruskan itu dengan menambahkan prinsip falsifikasi • Ketika ada bukti empiris yang lebih kuat, teori pengetahuan lama otomatis terbukti salah. Namun jika bukti empiris baru ternyata lebih lemah, teori pengetahuan lama justru dikuatkan (corroborated) oleh bukti empiris baru tersebut. Dengan prinsip inilah ilmu penegetahuan berkembang dan terhindar dari pembakuan yang bisa memerosotkan ilmu menjadi mitos dan ideologi.  • Karl R. Popper • * Open Society * Teori Falsifikasi • (2)

  16. Paul-Michel Foucault • Berangkat dari prinsip falsifikasi, Popper ingin menghindari objektivisme dan subjektivisme dalam pengertiannnya yang ekstrem; • Untuk itu dia mengajukan gagasan ontologis tentang tiga Dunia  Dunia 1 adalah dunia fisik, Dunia 2 adalah dunia mental, Dunia 3 adalah dunia objektif. • Dunia 1 dan Dunia 2 saling berinteraksi. Dunia 2 dan Dunia 3 saling berinteraksi. Akan tetapi, Dunia 1 tidak bisa langsung berinteraksi dengan Dunia 3 kecuali melalui Dunia 2. • Benda-benda fisiologis berinteraksi dengan benda-benda psikologis, benda-benda psikologis berinteraksi dengan benda-benda logis, tetapi benda-benda fisiologis tidak bisa langsung berinteraksi dengan benda-benda logis kecuali terlebih dulu melalui dunia psikologis • Karl R. Popper • * Open Society * Teori Falsifikasi • (3)

  17. Paul-Michel Foucault • Meskipun ia dididik secara agamis oleh kakeknya (bahkan dibabtis), ia justru tidak menganut agama apapun dan bahkan tidak percaya Tuhan; • Pernikahan tidak lebih dari suatu lembaga borjuis saja  dia tidak menikah meski hidup seranjang dengan Simone de Beauvoir; • Eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi; • Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komintmen-komitmennya di masa lalu  satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia. • Jean-Paul Sartre • Eksistensialisme

  18. Albert Camus • Tiada hari tanpa resah dan menulis • Apakah kehidupan itu berharga dan harus dijalani ataukah sebaliknya?  ya, kita harus bersemangat; • Apakah kita harus bunuh diri?  tidak bersifat moralistik; • Sang absurd merupakan suatu perspektif metafisik, suatu kesadaran atas konfrontasi antara diri kita sendiri dengan tuntutan kita pada rasionalitas dan keadilan di satu sisi, dan alam semesta yang acuh tak acuh di sisi lain. • Karya monumentalnya: The Stranger (1942) dan The Myth of Sisyphus (1942).

  19. Prinsip falsifikasi Popper tidak dapat dijalankan sebagai satu-satunya metode ilmiah untuk kemajuan ilmu pengetahuan  Popper: setiap teori harus melalui proses falsifikasi untuk menemukan teori yang benar. • Untuk menemukan teori yang benar suatu teori tidaklah harus dicari kesalahannya (falsifikasi), melainkan teori-teori barunya harus dikembangkan • Tidak ada satu metode rasional yang dapat diklaim sebagai metode ilmiah yang sempurna  epistemologi anarkis. • Jika suatu teori baru dapat dipertahankan dan lebih baik daripada teori lama, maka yang baru akan menggantikan yang lama  Thomas Kuhn menyebutnya “Perubahan Paradigma” • Paul Feyerabend • Against Method (1)

  20. Sains dan mitos tidak dapat dibedakan dengan satu batas prinsip tertentu; • Sains itu lebih dekat dengan mitos daripada filsafat sains mau akui. Mitos adalah salah satu bentuk pemikiran yang dibuat manusia, yang belum tentu yang terbaik... [mitos] bersifat superior hanya pada yang sudah memihak pada suatu ideologi tertentu, atau yang menerimanya tanpa mempelajari keuntunganna dan batasannya. • Kriteria yang biasa digunakan untuk menguji kebenaran hipotesa, seperti logika dan hasil eksperimen, bukan sesuatu yang harus dipenuhi. • Mempertahankan teori lama akan mempersempit pemikiran sehingga tidak bisa membuka lahan teori baru dan mengarahkan ilmu pengetahuan pada subyektivitas, sentimen atau prejudis • Paul Feyerabend • Against Method (2)

  21. Teori diterminan  masyarakat teologis atau mitos; masyarakat metafisika; masyarakat positivis (masyarakat mapan) Positivisme Auguste Comte Teori-teori positivistik dianggap sangatlah menghegemoni pemikiran dan membuat ilmu pengetahuan menjadi mandek. b) Anti-Positivisme Thomas Khun  Revolusi Paradigma • Paul Feyerabend • Against Method (3) Karl Popper  Teori Falsifikasi Paul Feyerabend  Against Method Baik dan jahat bukan persoalan aksiologis (nilai), namun epistemologis (pengetahuan). Pengetahuan kita ttg yang baik dan buruk adalah buatan tangan sejarah. c) Matinya Epistemologi Nietzsche  Beyond Good and Evil

  22. Jürgen Habermas • * Critical Theory * Neo Marxisme • Dia mengembangkan sistem teori yang diabdikan untuk menunjukkan kemungkinan penalaran, emansipasi, dan komunikasi logis-kritis yang terdapat di dalam institusi liberal modern; • Diskursus praktis rasional  setiap orang seharusnya bisa mengambil posisi setuju atau tidak setuju terhadap statemen-statemen mengenai dunia dan cara dunia itu dipahami; • Politik  suatu proses intersubjektivitas non-kekerasan yang terus berlangsung, dimana kata-kata – atau lebih tepatnya kalimat-kalimat atau tindakan bertutur – adalah bentuk hubungan sosial yang lebih bernilai daripada ritual-ritual ataupun senjata.

  23. Critical Theory • Asumsi-Asumsi Dasar: Ontologi Sosial (1) • Teori Kritis bekerja atas dasar suatu kerangka metateoritis • Teori Kritis berpijak pada suatu pandangan umum tentang hakikat realitas sosial, baik dalam dimensi faktual maupun dimensi normatif • Suatu pandangan umum tentang hakikat masyarakat akan membentuk cara pandang terhadap masa lalu dan masa kini, namun sekaligus juga mengarah pada proyeksi masyarakat yang dicita-citakan. • Habermas ingin menyajikan sebuah konsep rasio yang akan dapat dijadikan pijakan evaluasi terhadap norma-norma sosial (Endres, 1996: 1). • Seluruh proyek Habermas mengarah pada pembebasan manusia atas segala bentuk penindasan, termasuk sekalipun penindasan itu dilakukan dalam dan atas nama ‘rasionalitas modern’.

  24. Critical Theory • Asumsi-Asumsi Dasar: Ontologi Sosial (2) orientasi dasar yang berakar pada kemampuan manusia dan menjadi sarana dasariah manusia untuk melestarikan keberadaannya 1) Kepentingan kepentingan-kepentingan yang membentuk pengetahuan berakar dalam hasrat teknis untuk menggunakan kontrol atas dunia fisis dan sosial Kepentingan kognitif empiris-analitis berakar dalam hasrat untuk memahami keunikan aktivitas manusia Kepentingan kognitif hermeneutis-historis pengetahuan sebagai suatu proses refleksi diri yang melalui proses ini ketegangan-ketegangan dan kedaruratan historis dapat diungkap. kepentingan kognitif emansipatoris-kritis

  25. Critical Theory • Asumsi-Asumsi Dasar: Ontologi Sosial (3) Komunikasi antar pribadi yang terdapat dalam life-world. Komunikasi tersebut meski bebas dan terbuka, dan tidak ada tekanan Rasionalisasi ; Argumentasi 2)Life-world Dimensi-dimensi dunia-hidup merepresentasikan fakta-fakta yang independen dari pemikiran manusia dan berfungsi sebagai titik referensi umum untuk menentukan kebenaran Dunia Objektif Terdiri dari hubungan-hubungan intersubjektif Dunia Sosial Dunia Subjektif Berasal dari pengalaman pribadi

  26. Critical Theory • Asumsi-Asumsi Dasar: Ontologi Sosial (4) Sistem dan strukturnya bertumbuh kembang secara berbeda, kompleks, dan mampu memenuhi kebutuhan diri (self-sufficient). kekuatan sistem dan strukturnya bertumbuh dandengan kemampuannya mengontrol dan mengarahkan apa yang terjadi dalam life-world 3) Sistem Situasi yang menempatkan partisipan dalam komunikasidapat secara kritis mengkaji suatu klaim hipotetis atas validitas 4) Argumentasi Hubungan dialektis antara life-worlddan sistem yang mengarah pada terbentuknya konsensus rasional merupakan perspektif ontis-normatif yang penting untuk membaca realitas sosial 5) Rasionalisasi

  27. Critical Theory • Asumsi-Asumsi Dasar: Ontologi Sosial (5) 6) Kolonisasi Life-world Struktur rasional dari sistem bukannya mempertinggi kapasitas untuk berkomunikasi dan mencapai pemahaman dalam konsensus, melainkan mengancam proses-proses tersebut melalui penggunaan kontrol-kontrol eksternal atas proses-proses tersebut

  28. Critical Theory • Dari Kritik Pengetahuan ke Kritik Ilmu: Epistemologi Sosial (1) • The objectivity of knowledge is structurally dependent on theintersubjective conditions of its communicability • Kajian filsafat sosial sebagaimana disajikan dalam Theory and Praxis dimaksudkan oleh Habermas sebagai sebuah upaya untuk membuat suatu teori ilmu yang dapat dilihat dengan jelas, sebuah teori yang dimaksudkan mampu untuk merangkum secara sistematis syarat-syarat penyusunan ilmu dan penerapannya. • Positivisme secara tidak reflektif telah melompati dimensi filsafat ilmu, yang menjelaskan mengapa positivisme secara umum telah mundur di belakang tingkat refleksi sebagaimana disajikan oleh filsafat Kant

  29. Critical Theory • Dari Kritik Pengetahuan ke Kritik Ilmu: Epistemologi Sosial (2) • Teori Kritis menolak klaim-klaim kontemplatif dari teori yang dibangun dalam bentuk logika tunggal (monologic) • Ilmu dapat menganalisis secara refleksif konteks sosial yang melekat pada ilmu tidak hanya secara institusional, namun juga secara metodologis, dan pada saat yang sama menentukan penggunaan informasi yang dihasilkan secara ilmiah, dan ini merupakan tugas krtitis substantif dari ilmu. • Habermas juga menolak objektivitas ilmu. • Ilmu memang dibangun dalam kerangka kepentingan objektivasi alam dan realitas dalam rangka eksploitasi, dan dari sini sesungguhnya muncul paradoks bahwa demi teraihnya teori murni, ‘kepentingan’ ditekan dalam rangka melayani ‘kepentingan’ untuk memandang dunia sebagai sesuatu yang independen dari ‘kepentingan’

  30. Critical Theory • Dari Kritik Pengetahuan ke Kritik Ilmu: Epistemologi Sosial (3) • Tujuan ilmu adalah pencapaian ‘kebenaran abadi’ dengan melalui pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang selalu dan pasti terjadi • Habermas memandang perlu adanya pengembangan pendekatan sosial yang berangkat dari epistemologi yang pada satu sisi mampu mengartikulasikan faktisitas, pada sisi lain juga memberi tempat padanormativitas interpretive sociology • Konteks objektif dari tindakan sosial tidak dapat direduksi pada dimensi arti intersubjektif ataupun pada makna yang diteruskan secara simbolis.

  31. Critical Theory • Dari Kritik Pengetahuan ke Kritik Ilmu: Epistemologi Sosial (4) Empat dasar konsep tindakan dalam teori sosial Model tindakan ini ada di belakang pendekatan-pendekatan teori-putusan dan teori-permainan dalam ilmu ekonomi, sosiologi, dan psikologi sosial tindakan teologis tindakan yang diatur secara normatif Model tindakan normatif ini ada di belakang teori peran yang diterima luas dalam sosiologi Terutama muncul pada deskripsi fenomenologis tentang interaksi tindakan dramaturgis tindakan komunikatif Interaksi dari setidaknya dua subjek yang mampu berwicara dan bertindak.

  32. Strukturalisme mencapai keterbatasannya ketika gagal membahas “strukturalitas struktur”. • Hanya ada satu macam metafisika  ‘metafisika kehadiran’ (metaphysics of presence). • Terdapat dua interpretasi atas interpretasi; • ☺ berupaya memaparkan semacam impian-impian mengenai pemaparan suatu kebenaran atau asal-usul”  interpretasi metafisik • ☺ mendukung permainan dan berupaya melampaiui manusia dan humanisme  interpretasi non-metafisik • Jacques Derrida • * différance * deconstruction

  33. Kontrak sosial adalah perkembangan dari teori hukum alam  sengketa terus menerus • Tanpa aturan moral, kita akan menjadi korban kepentingan orang lain • Negara, sejak awal beridirinya ditujukan untuk melindungi keselamatan dan kepentingan individu. • Absolutisme negara adalah satu-satunya cara menyelamatkan manusia dari kodratnya sebagai ‘serigala’ Thomas Hobbes • Richard Rorty • Philosophy of Language, Mind, Ethics, Liberalism (1) • Kontrak sosial lahir karena manusia menganggap bahwa hukum alam bersifat membatasi dan tidak mampu memaksakan otoritasnya terhadap individu • Mereka memberikan sebagian kecil haknya kepada negara • Negara tidak absolut, karena individu hanya menyerahkan sedikit saja haknya, yaitu ‘hak untuk melakukan hukuman’ terhadap orang yang melanggar hukum hasil konsensus bersama John Locke

  34. Kita mempertahankan liberalisme sekarang demi ‘kebaikan dan kebenaran’ yang akan kita wariskan pada anak cucu kita. • Kehidupan kepercayaan religius dan keagamaan telah mengalami kemunduran dan tidak bisa diperbaiki lagi, dan itu punya arti baik. • Liberalisme harus berdasar pada struktur yang hidup dalam masyarakat, tanpa terikat konsep-konsep metafisis dan etis. • Richard Rorty • Philosophy of Language, Mind, Ethics, Liberalism (2)

  35. Aliran Frankfurt atau dikenal dengan Madzhab Frankfurt merupakan sekelompok pemikir sosial yang muncul dari lingkungan Institute Of Sosial Reserch Universitas Frankfurt, yang dipelopori oleh Felix Weil pada tahun 1923 • Teori kritis yang berkembang pada Mazhab Frankfurt menggunakan pendekatan kritik dalam arti Hegelian, Kantian, Freudian, dan Marxian. • Teori Kritis Mazhab Frankfurt tidak seperti ilmu alam yang memiliki metodologis berurat berakar, teori kritis lebih tepat di katakan merupakan program metodologis jangka panjang yang selalu di perbaiki dan dilengkapi dengan wawasan baru. • Anggapan yang disebut saintisme ini kemudian dikritik menyembunyikan dukungan terhadap status quo masyarakat dibalik kedok objektifitas. • Mazhab Frankfurt • * Dialectic of Enlightenment * Minima Moralia * Illuminations (1)

  36. Titik-tolak kritis sejak Horkheimer, adalah masalah positivisme dalam ilmu-ilmu sosial, yaitu anggapan bahwa ilmu-ilmu sosial harus bebas nilai ( value-free), terlepas dari praktis sosial dan moralitas, dapat dipakai untuk prediksi, bersifat objektif, dan sebagainya. • Anggapan semacam itu mengental menjadi kepercayaan umum bahwa satu-satunya bentuk pengetahuan yang benar adalah pengetahuan ilmiah, dan pengetahuan macam itu hanya dapat diperoleh dengan metode-metode ilmu alam. • Anggapan yang disebut saintisme ini kemudian dikritik menyembunyikan dukungan terhadap status quo masyarakat dibalik kedok objektifitas. • Oleh Horkheimer, positivistik digolongkan ke dalam teori tradisional karena berusaha menerapkan teori ilmu-ilmu empiris-analitis atau pendekatan ilmu alam, untuk menjelaskan kenyataan sosial masyarakat. • Mazhab Frankfurt • * Dialectic of Enlightenment * Minima Moralia * Illuminations (2)

  37. Dalam positivisme, teori bersifat ideologis dan menjadi penjaga status quo yang bersifat menindas. Horkheimer menggambarkan sifat ideologis ini lewat tiga gejala: • Pertama, dengan anggapan bahwa teori itu ahistoris, teori tradisional mengklaim dirinya universal, berlaku dimana saja secara transenden dan suprasosial, sehingga dengan demikian melupakan proses kehidupan konkret di dalam masyarakat riil.  • Kedua, dengan anggapan bahwa teori itu bersifat netral, teori tradisional berdiam diri terhadap masyarakat yang menjadi objeknya dan membenarkan keadaan tanpa mempertanyakannya • Ketiga, dengan memisahkan diri dari praxis, teori tradisional mengejar teori demi teori dan tidak memikirkan implikasi praxis dari teori itu. Dengan jalan ini pula teori tradisional tidak bertujuan mengubah keadaan, malah melestarikan status quo masyarakat. • Mazhab Frankfurt • * Dialectic of Enlightenment * Minima Moralia * Illuminations (3)

  38. Kritis terhadap masyarakat  mempertanyakan sebab-sebab yang mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat • Teori kritis berpikir secara historis berakar pada suatu situasi pemikiran dan situasi sosial tertentu, misalnya material-ekonomis • Teori kritis tidak menutup diri dari kemungkinan jatuhnya teori dalam suatu bentuk ideologis yang dimiliki oleh struktur dasar masyarakat • Teori kritis tidak memisahkan teori dari praktek, pengetahuan dari tindakan, serta rasio teoritis dari rasio praktis  rasio praktis tidak boleh dicampuradukkan dengan rasio instrumental yang hanya memperhitungkan alat atau sarana semata  teori atau ilmu yang bebas nilai adalah palsu. • Mazhab Frankfurt • Asumsi Dasar Teori Kritis - Emansipatoris

More Related