1 / 37

KONFLIK ATAS NAMA TUHAN

KONFLIK ATAS NAMA TUHAN. Oleh: Pdt. Yohanes Bambang Mulyono. Zaman kita ditandai oleh keadaan kehidupan agama sebagai sesuatu yang sangat sensitif ( Religion has become an increasingly sensitive topic ). Ironi pertama agama saat ini adalah:

shawna
Download Presentation

KONFLIK ATAS NAMA TUHAN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KONFLIK ATAS NAMA TUHAN Oleh: Pdt. Yohanes Bambang Mulyono

  2. Zaman kita ditandai oleh keadaan kehidupan agama sebagai sesuatu yang sangat sensitif (Religion has become an increasingly sensitive topic).

  3. Ironi pertama agama saat ini adalah: Kecenderungan berperang dalam nama Tuhan dengan mereka yang tidak seagama/seyakinan, tapi mengklaim dirinya sebagai “agama damai”.

  4. Ironi kedua dalam kehidupan beragama: Agama-agama memiliki prinsip yang mengutamakan “penghargaan” dan “keselamatan umat manusia”, tetapi pada pihak lain agama-agama melakukan diskriminasi dan penindasan serta pembunuhan kepada sesamanya.

  5. Ironi ketiga dari kehidupan agama-agama: Umumnya agama-agama mengagungkan sikap hidup yang berani meninggalkan keinginan/nafsu duniawi, tetapi hanya sedikit pengikut agama yang mengembangkan sikap belas-kasihan dan cinta-kasih terhadap mereka yang berbeda keyakinan.

  6. Sikap agama-agama yang serba ironis dan kontradiktif: Agama-agama justru tanpa sadar mempromosikan “the absence of compassion” (ketiadaan berbela rasa”) kepada kemanusiaan.

  7. Fenomena munculnya “kebangkitan agama” justru memperkuat ironi dan kontradiksi dalam kehidupan umat beragama. • Fenomena “kebangkitan agama” ternyata munculnya “kebangkitan fundamentalisme agama”

  8. Kebangkitan agama yang terkait dengan kebangkitan fundamentalisme: Kelompok Kristen “lahir baru” memiliki perilaku yang sama dengan kelompok Yudaisme khususnya kelompok “Ba ‘alei Tesbuvah” (para petobat) – pengamatan Prof. Robert Gordis (Christian Century, Nov. 28, 1984).

  9. Kemiripannya: • Keduanya lahir dalam masyarakat pasca modern • Memberikan reaksi dengan cara yang sama • Memiliki karakter psikologis dan ideologis yang hampir mirip.

  10. Latarbelakangkelompok Kristen lahirbarudankelompokBa’aleiTesbuvahmenjadifundamentalis-radikal: perasaantidakberdayamenghadapitantangandunia modern yang keras, serbuanpers, radio, tvdanteknologisertamerosotnya moral masyarakat.

  11. Menengoksejarahlahirnyafundamentalisme Kristen yang munculpadaabad XIX dan XX: • Posisigerejaterdesak, danIlmuPengetahuanjustrudiatasangin. • Kehidupan moral masyarakat yang rusakdanterkoyak-koyakoleh 2 PerangDunia.

  12. Fundamentalisme agama Kristen semulamempunyaimaksud yang “baik” untukmembelaiman Kristen danmemberipeganganhidupditengah-tengahkebingungandankebobrokan moral masyarakat. • Fundamentalisme Kristen  memilikikeprihatinanetis.

  13. Fundamentalisme memiliki keprihatinan etis, tetapi menempuh solusi yang tidak etis (radikal), sebab: • Secara psikologis mereka tidak berdaya. • Dunia dipandang jahat, rusak dan berdosa. • Curiga terhadap segala yang berbeda dengan pandangan/keyakinan mereka.

  14. Ciri-ciri umum fundamentalisme: • Menolak perkembangan Ilmu Pengetahuan modern dan tren budaya sekuler. • Menolak kebenaran dalam agama-agama lain, mengklaim agamanya yang paling benar. • Menolak keterbukaan, kerja-sama, dan dialog dengan penganut agama lain. • Mengklaim agamanya sebagai yang paling benar, dengan menistakan agama lain.

  15. Fundamentalisme Islam disebabkan: • Ketertinggalan dan keterbelakangan umat Islam di pelbagai belahan dunia. • Mencari pegangan dengan memelihara doktrin absolut. • Islam dipandang sebagai “solusi yang mutlak”: al-islam huwa al-hal (alternatif), tatbiq al-syariah), al-khilafah al-islamiyah.

  16. Juli akhir tahun 2005, MUI mengeluarkan 11 fatwa. Di antaranya menyatakan: “Religious teachings influenced by pluralism, liberalism and secularism are against Islam. The fatwa states that Muslim must consider their religion to be the true one religion and to consider other faiths as wrong”

  17. Islam sebenarnya tidak terlalu mengenal istilah “fundamentalisme”. Yang mereka kenal  al-ushuliyyah • Al-ushuliyyah: paham yang kembali pada dasar (al-’awdah ila al-ushul). • Dasar-dasar keagamaan  akidah (ushuluddin) dan fikih (ushul al-fiqh).

  18. Konflik umat manusia atas nama Tuhan: • World-view yang homogen/seragam • Kecenderungan untuk mendominasi dengan simbol otoritatif nama Tuhan, agama atau firmanNya. • Sikap dogmatisme: ajaran agama diindokrinasikan (iman = doktrin) • Teologi sebagai yang diwahyukan  disakralkan tidak dapat disikapi secara kritis. • Klaim keselamatan (claim of salvation) • Membela teks-teks keagamaan dengan sikap militan

  19. Bagaimanakah sikap orang Kristen khususnya agar tidak terlibat dalam konflik atas nama Tuhan? • Apakah kita mencari solusi hanya dengan menolak sikap fundamentalisme agama? • Menolak fundamentalisme, lalu kita memilih sikap liberalisme sebagai solusi?

  20. Bila konservatif dalam fundamentalisme menggunakan Kitab Suci (scripture), maka ciri dari liberalisme berpijak pada “pengalaman manusiawi” (human experience). • Kenyataan pengalaman  pluralisme (keberagaman agama/keyakinan): pluralisme kebenaran

  21. Prinsip dasar dari liberalisme  kebenaran dalam konteks sejarah serba relatif (relativisme historis). • Tidak dibenarkan untuk memutlakkan suatu kebenaran (bebas dari mentalitas absolut) • Tidak agresif untuk “mentobatkan” penganut agama lain. • Cenderung memiliki sikap yang inklusif.

  22. Segi-segi positif dari liberalisme: • Mengutamakan pentingnya pengalaman religius (religious experience). • Pluralisme agama diterima sebagai kenyataan hidup umat manusia. • Sikap hidup inklusif: keterbukaan diri untuk menerima sesuatu yang berbeda. • Menolak radikalisme dan kekerasan dalam segala bentuknya.

  23. Segi-segi negatif dari liberalisme: • Melihat kebenaran agama yang diimani dalam perspektif relatif. • Sikap inklusivisme: menolak sikap kritis terhadap ajaran/teologi agama-agama. • Penonjolan pluralisme agama, dapat membuat kita kehilangan identitas dan keunikan diri. • Lemahnya melaksanakan panggilan sebagai gereja untuk menyatakan karya keselamatan Allah di dalam Kristus.

  24. Bagaimanakahsikaporang Kristen ditengah-tengahfundamentalismedanradikalisme agama yang terjadididalam/intern gereja, dan yang terjadidiluargereja?

  25. Musuh kita selaku orang percaya: • Ketidakadilan dalam berbagai dimensi hidup: sosial, politik, ekonomi. • Pelanggaran hak asasi manusia • Kekerasan, diskriminasi, sikap sewenang-wenang dan kekejaman dalam berbagai bentuk. • Klaim kebenaran/keselamatan dengan menafikkan/mendiskreditkan agama/ martabat orang lain.

  26. Konflik atas nama Tuhan, karena agama-agama tidak mau koreksi diri (self-criticism), tetapi memilih bersikap membenarkan diri dengan memusuhi dan memerangi orang lain yang dianggap tidak sepaham. • Pembenaran diri dengan cara mencari legitimasi atas nama agama, Tuhan dan firmanNya.

  27. Alkitab, firman Tuhan pada prinsipnya: menyaksikan Allah yang “berperang” melawan ketidakadilan, kesewenang-wenangan, penindasan, diskriminasi dan kejahatan, serta penyesatan. • YAHWEH berpihak kepada yang tertindas dan lemah  Kel. 3:7-8

  28. Jadi musuh agama-agama, khususnya iman Kristen adalah kuasa dosa yang bekerja dalam sejarah kehidupan umat manusia. • Jadi yang harus diperangi oleh semua agama adalah kuasa dosa yang bekerja di dalam kehidupan para pengikut dan umat manusia pada umumnya.

  29. Kesesatan dalam sejarah konflik agama adalah: KUASA DOSA = AGAMA-AGAMA LAIN

  30. Realita dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah: KUASA DOSA = DI DALAM DIRI MANUSIA YANG BERAGAMA MAUPUN YANG TIDAK BERAGAMA. Rom. 3:23

  31. Alkitab menyaksikan: “Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rom. 3:23). • Karya keselamatan Allah  bukan dengan pemaksaan dan kekerasan. Tetapi Allah menunjukkan kasih-karunia/anugerahNya di dalam penebusan Tuhan Yesus Kristus (Rom. 3:24).

  32. Karya keselamatan yang dilakukan Allah: Di dalam Kristus, Allah memberikan nyawaNya sebagai korban bukan: MENGORBANKAN MANUSIA

  33. Konflik agama atas nama Tuhan tidak akan terjadi jikalau agama konsisten dengan pola kerja Allah di dalam Kristus yang mengutamakan kerelaan berkorban bagi sesamanya, dari pada memberikan inspirasi dan motivasi untuk mengorbankan dan mematikan eksistensi orang lain.

  34. Di tengah-tengah pluralisme dan perkembangan zaman, agama-agama diuji validitasnya. • Agama yang valid  agama yang mampu membuktikan dirinya mencintai perdamaian dan menolak segala praktek kekerasan secara konsisten.

  35. Validitas agama  sejauh mana memiliki pengaruh dan wibawa yang besar untuk memotivasi dan memberdayakan umatNya dan umat manusia mewujudkan karya keselamatan Allah dalam roh “penyangkalan diri” dan “perendahan diri” sebagaimana yang dinyatakan dalam diri Tuhan Yesus Kristus.

  36. Bagaimana bila agama-agama gagal membawa perdamaian? • Umat manusia mencari “pegangan lain” di luar agama-agama resmi. • Agama-agama resmi tersebut kehilangan kredibilitasnya. • Ulah kekerasan penganut agama mempunyai dampak yang besar menurunkan kredibilitas dan kewibawaan agamanya. • Konflik agama-agama makin meluas.

  37. Apakah gereja masih tetap dapat melaksanakan Pemberitaan Injil? • “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (I Kor. 9:16). • Pemberitaan Injil  menyatakan kasih Allah di dalam Kristus yang memperdamaikan dan mempersatukan kedua pihak, serta merubuh tembok pemisah yaitu perseteruan (Ef. 2:14).

More Related