1 / 27

Modul 2

Modul 2. Metode Perancangan 2. Ir. Edy Muladi. TERMINOLOGI DESAIN. Sebelum memperbincangkan teori-teori Tinjauan Desain, ada baiknya kita memiliki kesepahaman mengenai istilah `desain' sendiri, yang sementara ini memiliki pemahaman yang berbeda-beda, terutama dari sudut pandang

shae
Download Presentation

Modul 2

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Modul 2 Metode Perancangan 2 Ir. Edy Muladi TERMINOLOGI DESAIN Sebelum memperbincangkan teori-teori Tinjauan Desain, ada baiknya kita memiliki kesepahaman mengenai istilah `desain' sendiri, yang sementara ini memiliki pemahaman yang berbeda-beda, terutama dari sudut pandang ilmu rekayasa dan ilmu desain yang berkembang di lingkungan seni rupa. Namun demikian, secara historis terdapat pula pengembangan- pengembangan pengertian, sejak istilah `desain' dipergunakan untuk menyebut suatu profesi ataupun keilmuan. Awalnya, desain merupakan kata baru berupa peng-Indonesia-an dari kata design (bahasa Inggris), istilah ini melengkapi kata `rancang/rancangan/merancang' yang dinilai kurang mengekspresikan keilmuan, keluasan, dan kewibawaan profesi. Sejalan dengan itu, kalangan insinyur menggunakan istilah rancang bangun, sebagai pengganti istilah desain. Namun di kalangan keilmuan seni rupa, istilah `desain' tetap secara konsisten dan formal dipergunakan. Dalam kurun waktu hampir tiga dekade, istilah `desain' telah masuk dalam kosa kata bahasa Indonesia yang mantap dan dipergunakan meluas dalam percaturan keilmuan maupun profesi, dibandingkan istilah `rancangan' yang mengandung pengertian amat umum. http://www.mercubuana.ac.id

  2. a. Asal Kata Akar-akar istilah desain pada hakikatnya telah ada sejak zaman purba, dengan pengertian yang amat beragam. Istilah `Arch', `Techne', `Kunst', `Kagunan', `Kabinangkitan', 'Anggitan', dsb, merupakan bukti-bukti bahwa terdapat istilah-istilah yang berkaitan dengan kegiatan desain, hanya penggunaannya belum menyeruruh dan dinilai belum bermuatan aspek- aspek modernitas seperti yang dikenal sekarang. Di awal perkembangannya, istilah `desain' tersebut masih berbaur dengan `seni' dan `kriya'. Namun ketika seni modern mulai memantapkan diri dalam wacana ekspresi murni, justru 'desain' memantapkan diri pada aspek fungsi dan industri. Di Indonesia, hingga tahun 1970, masih terdapat `kebauran' antara istilah `desain', `seni terapan' dan `kerajinan'. Secara etimologis kata `desain' diduga berasal dari kata designo (Itali) yang artinya gambar (Jervis, 1984). Kata ini diberi makna barn dalam bahasa Inggris di abad ke-17, yang dipergunakan untuk membentuk School of Design tahun 1836. Makna baru tersebut dalam praktik kerap semakna dengan kata craft (keterampilan adiluhung), kemudian atas jasa Ruskin dan Morris-dua tokoh gerakan antiindustri di Inggris pada abad ke-19, kata `desain' diberi bobot sebagai seni berketerampilan tinggi (art and craft). Pada masa Revolusi Industri dan beberapa dekade sesudahnya, kegiatan desain dikenal sebagai Industrial Art, Commercial Art, Applied Art, Machine Art, Decorative Art, dan seterusnya. Dalam kamus Oxford, kata design (noun) diartikan sebagai mental plan; scheme of attack; purpose; end in view; adaption of means to end; preliminary sketch for picture; delineation; pattern; artistic or literarv groundwork general idea, construction, plot, faculty of evolving these, invention; (verb) set (thing) apart of person; destine (person, thing) for a service; contrive; plan; intend; make preliminary sketch of (picture); draw plan of (building etc to be executed by others); be a designer; concieve mental plan of, (book, work of art). http://www.mercubuana.ac.id

  3. Dalam dunia seni rupa di Indonesia, kata desain kerap dipadankan dengan: reka bentuk, reka rupa, tata rupa, perupaan, anggitan, rancangan, rancang bangun, gagas rekayasa, perencanaan, kerangka, .sket.sa ide, gambar, bu.sana, hasil keterampilan, karya kerajinan, kriya, teknik presentasi, penggayaan, komccnikasi rupa, denah, layout, ruang (interior), benda yang bagus, pemecahan ma.salah rupa, .seni rupa, .susunan rupa, tata bentuk, tata warna, ukiran, motif, ornamen, grafis, dekorasi, (sebagai kata benda) atau; menata, mengkomposisi, merancang, merencana, menghias, memadu, men vusun, mencipta, berkreasi, menghayal, merenung, menggambar, meniru gambar, menjiplak gambar, melukiskan, menginstczlasi, zzzenyajikan karya (sebagai kata kerja) dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan proses perupaan dalam arti luas. Perkembangan istilah `desain' tidak hanya dipergunakan di dunia seni rupa saja. Hampir setiap bidang keilmuan kerap menggunakan istilah itu untuk kegiatan yang amat bervariasi. Bahkan dalam dunia teknologi dan rekayasa, pengertian desain mendapat tempat yang penting sebagai bagian utama dari inovasi iptek. Namun demikian, para pemegang kebijakan dan para perencana pembangunan di tanah air umumnya menafsirkan "desain" dalam konteks bidang keteknikan, sebagai rancangan rekayasa (engineering design) untuk pandangan-pandangan yang bersifat makro. Sebaliknya, masyarakat awam memahami istilah "desain" dalam konteks yang lebih sempit lagi sebagai "fashion" atau mode pakaian. Pada tahun 50-an, pemerintah Indonesia menggunakan kata "rancangan" untuk kegiatan perencanaan yang sifatnya makro (dalam bahasa Melayu istilah ini masih tetap bepengertian sama hingga sekarang), seperti Dewan Perancang Nasional dan Biro Perancang Nasional (perancangperencanaan pembangunan). Kata `rancangan', kemudian mengalami `pemaknaan baru' sejalan perkembangan kebahasaan dan diterapkan pada kegiatan yang terbatas. Sedangkan sebagai kata pengganti untuk lembaga http://www.mercubuana.ac.id

  4. pemerintah ini kemudian digunakan istilah `perencanaan' (planning); yang diterapkan dalam nama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menggantikan Biro Perancang Nasional. Namun demikian, dalam bidang keilmuan lembaga pendidikan formal istilah `rancangan' cenderung tidak digunakan, dan penggunaan kata `desain' lebih populer, seperti desain produk, desain interior, dan desain komunikasi visual. Penggunaan istilah ini sebenarnya hanya untuk membedakannya dengan istilah rancangan yang telah menjadi bahasa sehari-hari. b. Kemajemukan dan Kerancuan Arti Penggunaan kata `desain' secara historis, tidak bisa dipisahkan dari kegiatan seni rupa dalam arti luas. Kerancuan muncul ketika pada tahun 30-an berbagai kalangan, terutama sastrawan, memadankan kata Art dalam bahasa Inggris dengan kata `seni' yang bermakna sebagai segala sesuatu yang indah-indah, elok, khas, dan unik. Namun demikian, S. Sudjojono sebagai tokoh pembaharu tetap menggunakan istilah `gambar' pada penamaan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Selain itu Simon Admiral dan Reis Mulder menggunakan istilah `guru gambar' untuk pendidikan seni rupa di THS pada tahun 40-50-an (sekarang ITB) dan tetap menggunakan istilah `gambar' untuk berbagai kegiatan perupaan dan desain, termasuk arsitektur. Baru kemudian setelah ada kebijakan pemerintah menggunakan istilah seni rupa untuk pendirian Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRT), kegiatan perupaan dan keterampilan yang luas sebelumnya, berubah menjadi spesifik dan mengarah kepada kegiatan `olah rasa' dan keterampilan berekspresi. Setelah An istilah `seni rupa' kemudian dipakai secara luas dan secara formal dipadankan dengan dengan kata 'fine-art'. Pada akhir tahun 80-an, kecenderungan yang kurang meluas dalam menggunakan sebutan "seniman" bagi mereka yang berkarya seni rupa http://www.mercubuana.ac.id

  5. murni, oleh para pengamat seni dirubah menjadi "perupa" sebagai sebutan barn bagi mereka yang menggunakan sarana nekamedia, juga `seni instalasi' dan pembuat karya rupa alternatif. Istilah `desain' juga berkembang di kalangan ilmu rekayasa, yang kemudian justru berkembang pesat sejalan dengan program pemerintah yang mengadakan percepatan dalam bidang iptek. Di lingkungan bidang Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Industri, Teknik Arsitektur, Teknik Kimia, bahkan Teknik Fisika, istilah "desain" berkembang dengan penekanan pada bobot keteknikan yang tinggi. Di Institut Teknologi Bandung, sejak tahun 1995, telah dirintis Pusat Penelitian Desain-ITB di bawah pengelolaan ilmu-ilmu keteknikan. Namun `desain' sebagai formalisasi program studi di lingkungan perguruan tinggi, tetap di bawah naungan Fakultas Seni Rupa dan Desain. Dikarenakan perkembangannya yang semakin kompleks dan minat terhadapnya yang besar, ada kecenderungan bahwa keilmuan desain berkembang menjadi fakultas tersendiri bersama ilmu-ilmu serumpun, seperti arsitektur, desain rekayasa dan multimedia. c. Beberapa Pengertian dan Perkembangannya Pengertian desain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteksnya. Pada awal abad ke-20, "desain" mengandung pengertian sebagai suatu kreasi seniman untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan cara tertentu pula (Walter Gropius, 1919). Dekade ini merupakan satu tahap transformasi dari pengertian-pengertian desain sebelumnya yang lebih menekankan pada unsur dekoratif dan kekriyaan dari fungsi. Lembaga Desain Bauhaus yang didirikan pada tahun 1919 di Weimar- Jerman, secara historis diakui sebagai tonggak pembaharuan dalam kegiatan desain. Hal itu disebabkan karena masyarakat Barat sebelumnya sudah sangat keranjingan dengan menghias semua benda secara berlebihan, terutama dalam abad pertengahan, kemudian di masa gerakan Art Noveau dan Art & Craft di Eropa. Gerakan Fungsionalisme dan http://www.mercubuana.ac.id

  6. Rasionalisme sebagai implementasi Positivisme yang digagas Comte, kemudian menjadi spirit pengembangan desain di awal abad ke-20. Falsafah perancangan form.follows function (Sulivan), atau less is more (Mies) atau penghujatan oleh Adolf Loos: Ornament is crime!, merupakan sikap- sikap radikal untuk mengubah pola pikir masyarakat dari pola pikir estetis- ornamentik ke arah pola pikir modern yang rasional. Pengertian-pengertian desain yang bersifat rasional mengalami puncaknya pada tahun 60-an, sebagaimana terungkap pada berbagai pengertian yang diutarakan sebagai berikut:  Desain merupakan pemecahan masalah dengan satu target yang jela.s (Acher, 1965),  Desain merupakan temuan unsur fisik yang paling objektif (Alexander, 1963) atau  Desain adalah tindakan dan inisiatif untuk mangubah karya manusia (Jones, 1970). Sejalan dengan itu, gaya estetik Modernisme yang kering mengalami kritik- kritik yang keras dari para seniman lainnya, yang kemudian melahirkan kelompok Dada, Art Deco, de Stijl, Pop, dsb. Namun di lain pihak, substansi dan pengertian desain juga mengalami pengembangan-pengembangan. Pengertian desain pada dekade selanjutnya amat variatif karena tumbuhnya profesi ini di berbagai negara. Salah satu tokoh yang mengevaluasi pengertian desainnya adalah Bruce Archer, yang mengemukakan bahwa,  Desain adalah salah satu bentuk kebutuhan badani dan rohani manusia yang dijabarkan melalui berbagai bidang pengalaman, keahlian, dan pengetahuannya yang rnencerminkan perhatian pada apresiasi dan adaptasi terhadap sekelilingnya, terutama yang http://www.mercubuana.ac.id

  7. berhubungan dengan bentuk, komposisi, arti, nilai, dan berbagai tujuan benda buatan manusia (Archer, 1976). Kritik terhadap Modernisme di tahun 30-an justru semakin memantapkan gaya Internasional dan Modernisme dalam gaya desain, karena industrialisasi semasa pascaperang dunia ke II semakin meluas. Kritik ini diawali oleh gerakan Pop-Art di Amerika, serta kritik terhadap kebudayaan massa oleh gaya-gaya alternatif yang muncul dari kaum muda, seperti Pop Modernisme, Hi-Tech, Seni Psidelik, dsb. Munculnya Radikalisme di Itali, serta falsafah pelesetan "less is a bore" (pelesetan dan "less is more" yang dikumandangkan oleh Mies van Der Rohe) yang dikemukakan oleh Robert Venturi dan pernyataan Charles Jenck tentang runtuhnya Modernisme; merupakan proses pergeseran pemahaman desain ke abad baru yang lebih menekankan pada "penandaan" barn dan "pemaknaan" baru, di samping penekanan pada aspek lingkungan, dan pengutamaan aspek psikologis manusia. Inspirasi kebudayaan global dan era perekonomian terbuka pada tahun 90- an, membuat dunia dilanda "demam" kompetisi di semua sektor, termasuk desain. Pengertian desain pun mengalami pergeseran-pergeseran dan fokus pada demam kompetisi tersebut, seperti:  Desain dapat dikatakan sebagai suatu seni yang tumbuh dalam kebudayaan kontemporer (Rachel Cooper, 1994).  Desain adalah wahana pembantu untuk melaksanakan inovasi pada berbagai kegiatan indu.stri dan bisnis (Bruce Nussbaum, 1997).  Desain adalah suatu kegiatan yang memberi makna dunia usaha ke arah strategi kompetisi (Lou Lenzi, 1997).  Desain adalah suatu tindakan yang memberi jarninan inovasi produk di masa depan (Ideo, 1997). · Desain adalah sebuah kegiatan kreatif http://www.mercubuana.ac.id

  8. yang mencerminkan keanekaan hentuk kualitas, proses, pelayanan dan sistem, bagaikan sebuah lingkaran yang saling berhuhungan. Selain itu, desain merupakan faktor yang membangun kegiatan inovasi pemanusiaan teknologi, dinamika budaya dan perubahan ekonomi (ICSID, 1999). Demikian pula pengertian desain yang ada di Indonesia, telah mengalami berbagai proses transformasi sejalan dengan pertumbuhan pola pikir masyarakat. Jika kita tengok sejarah, pengertian yang berkembang di tanah air dapat dikatakan merupakan "proses panjang" sejak pemahaman yang dibawa oleh para desainer Belanda, yang kemudian mengalami berbagai perubahan setelah kemerdekaan. Telah diutarakan pada buku pedoman pendidikan seni rupa dan desain ITB, bahwa "desain" adalah pemecahan masalah dalam konteks teknologi dan estetik. Hal ini selanjutnya diperkuat oleh kongres Ikatan Ahli Desain Indonesia (IADI) yang tertuang dalam anggaran dasarnya, bahwa `desain' adalah pemecahan masalah yang menyuarakan budaya zamannya. Hal itu diperkuat oleh berbagai seminar tentang desain Indonesia pada tahun 1975-an, bahwa pen gertian- pengertian desain pada lingkup akademisi dan profesional pada hakikatnya perlu disejalankan dengan pemikiran dunia internasional. Baru pada dekade 80-an pengertian-pengertian desain di Indonesia diperkaya oleh beberapa pendapat, baik oleh para profesional maupun pakar di luar bidang desain. John Nimpoeno, seorang ahli psikologi, menyatakan:  Desain adalah pemaknaan fakta fakta nyata menjadi fenomena fenomena yang subjektif (Nimpoeno, 1981). Pengertian ini merupakan penegasan bahwa dunia materi dapat diberi pemaknaan baru menjadi satu bagian dari diri manusia dan kehidupannya oleh kegiatan desain. http://www.mercubuana.ac.id

  9. Sedangkan, Solichin Gunawan seorang desainer interior profesional, menyatakan:  Desain adalah terjemahan fisik dari aspek sosial, ekonomi, dan tata hidup manusia dan merupakan cermin budaya zamannya (Gunawan, 1986). Pengertian ini merupakan penegasan bahwa peran desainer adalah berusaha menerjemahkan kebutuhan manusia yang abstrak dan majemuk, menjadi suatu gagasan yang konkret dan mampu mengekspresikan zamannya. Widagdo sebagai salah seorang pendidik desain senior mengungkapkan:  Desain adalah salah satu manifestasi kebudayaan yang berwujud dan merupakan produk nilainilai untuk suatu kurun waktu tertentu (Widagdo, 1993). Pengertian yang diutarakan Widagdo tersebut merupakan ciri adanya pergeseran pengertian desain dari tahun 80- an di Indonesia, desain dikaitkan dengan nilai-nilai kontekstual yang menyuarakan kebudayaan. Kenyataan itu membuktikan bahwa karya desain bukan hanya memecahkan masalah manusia saja, tetapi juga bermuatan nilai-nilai yang membangun peradaban. Dengan demikian, pengertian dan cara pandang masyarakat terhadap desain selalu mengalami perubahan sejalan dengan roda peradaban itu sendiri. Hal itu membuktikan bahwa desain mempunyai arti yang penting dalam kebudayaan manusia secara keseluruhan, baik ditinjau dari usaha memecahkan masalah fisik dan rohani manusia, maupun sebagai bagian kebudayaan yang memberi nilai-nilai tertentu sepanjang perjalanan sejarah umat manusia. Dari sejumlah definisi yang dipaparkan di atas, desain pada hakikatnya merupakan upaya manusia memberdayakan diri melalui benda ciptaannya untuk menjalani kehidupan yang lebih aman dan sejahtera. http://www.mercubuana.ac.id

  10. d. Pengertian Desain Menurut Beberapa Ensiklopedi Sebagai pembanding, terdapat sejumlah pengertian desain yang ditayangkan di beberapa kamus dan ensiklopedi yang disusun oleh ahli bahasa dan juga kaum profesional. Desain:  menyiapkan rencana pendahuluan; perencanaan  membentuk atau memikirkan sesuatu di dalam benak kita; merancang "rencana"  menetapkan dalam pikiran; tujuan; maksud.  garis besar, sketsa; rencana, seperti dalam kegiatan seni, bangunan, gagasan tentang mesin yang akan diwujudkan.  merencanakan dan memberi sentuhan artistik yang dikerjakan dengan kepakaran yang tinggi. · berbagai detil gambar, bangunan; wahana lainnya untuk pekerjaan artistik. · merupakan pekerjaan artistik. (The American College Dictionary) Desain:  gambar atau gar-is besar tentang sesuatu yang akan dikerjakan atau dibuat.  susunan atau rencana suatu lukisan, buku, bangunan, me.rin, dan lainnya (Readers Dictionary, Oxford Progressive English) Desain: menunjukkan suatu cara bagaimana .setiap bagian men yempurnakan suatu objek secara bersama, baik yang ditemukan di alam atau buatan manusia, dan setiap objek ter,sebut memiliki susunannya masing-masing. Ketika objek itu dilihat sebagai satu keseluruhan, maka pada saat itu pula http://www.mercubuana.ac.id

  11. kita melihatnya sebagai satu desain. Kesatuan ini merupakan unsur yang paling penting dalam satu desain yang berha.sil. (The New Book of Knowledge) Desain: merupakan susunan garis atau bentuk yang menyempurnakan rencana kerja ".seni" dengan ntemberi penekanan khusus pada aspek proporsi, struktur, gerak dan keindahan secara terpadu; identik dengan pengertian komposisi yang berlaku pada berbagai cabang seni, meskipun secara khusus kerap dikaji sebagai "seni ternpan ". (Encyclopaedia Britanica) Desain:  merupakan rencana atau susunan garis, bentuk massa, dan ruang dalarn satu kesatuan.  penciptaan urttuk rnelayani kebutuhan.fungsional, seperti arsitektur, desain produk industri, dan lain-lain, atau dapat pula sehagai ekspresi estetis yang bersifat pribadi.  tahap-tahap persiapan .suatu pekerjaan seni; atau merupakan elemen-elemen yang dikornposisikan pada suatu karya seni. (The Columbia Encyclopaedia) Desain:  panduan untuk menyele.saikan gambar; susunan yang digunakan untuk melengkapi karya secara keseluruhan; kelayakan penempatan bahan-bahan dalarn sebuah karva.  pengembangan gagasan-gagasan lama menjadi satu bentuk yang baru. (Everyman's Encyclopaedia) http://www.mercubuana.ac.id

  12. Desain:  merupakan susunan elemen rupa pada .satu pekerjaan .seni.  elemen rupa pada benda-benda dekoratif. (McGraw-Hill Dictionary of Art) Desain:  sketsa gagasan yang memuat konsep bentuk yang akan dikerjakan.  gambar awal atau model yang dibuat oleh seorang pelukis atau pematung. (Webster Dictionary) Desain:  dorongan keindnhan yang diwujudkan dalam suatu bentuk komposisi; rencana komposisi; sesuatu yang rttertailiki kekhasan; ataec garis besar suatu komposisi, misalnya bentuk yang berirama, desain motif,' komposi,si nada, dan lain-lain. (Encyclopedia of The Art) LINGKUP DESAIN SEBAGAI PRAKSIS Lingkup desain dapat memiliki batas yang tidak pasti, hal tersebut dikarenakan setiap saat terjadi pengembangan-pengembangan sejalan dengan wacana kebudayaan dunia. Desain melingkupi semua aspek yang mungkin dipecahkan oleh imaji dan kreativitas manusia. Dalam perkembangan di dunia internasional, terdapat wilayah profesi yang tegas, yang terdiri dari Desain Produk Industri (Industrial Design), Desain Grafis (Graphic Design) dan Desain Interior (Interior Design), Desain Multimedia (Multimedia Design), dan Desain Komunikasi Visual (Visual Communication Design). Bukan berarti kegiatan desain di luar kelima profesi itu tidak dapat dikategorikan sebagai suatu karya desain, seperti rancang bangun (engineering design), arsitektur (building design) dst; tetapi masing-masing telah memiliki sejarah dan wilayah tersendiri yang mapan, sehingga diletakkan di luar bidang kesenirupaan, meskipun interaksi atau `grey area' http://www.mercubuana.ac.id

  13. profesi dapat terjadi terutama dengan desain produk dan desain interior. Perluasan lingkup desain di akhir abad ke-20, juga meliputi Desain Informasi (Information Design) hingga Desain Ruang (Space Design). Di Indonesia kegiatan desain secara praktis dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian besar yang terdiri dari: a. Desain Produk Industri (Industrial Design) Desain produk adalah profesi yang mengkaji dan mempelajari desain dengan berbagai pendekatan dan pertimbangan baik dari segi fungsi, inovasi teknologi, ekonomi, ergonomi, teknik, material, sosial- budaya, nilai estetis, pasar, hingga pertimbangan-pertimbangan lingkungan. Dari aspek keilmuan yang memiliki peluang meluas, desain produk juga mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara produk dan manusia, inovasi teknologi, teori-teori desain, dan budaya rupa pada umumnya. Beberapa lingkup desain produk industri adalah:  Desain Produk Perkakas  Desain Perkakas Lingkungan (Enviromental Design)  Desain Alat Transportasi (Transportation Design)  Desain Kriya (Craft Design)  Desain Alat Rumah Tangga  Desain Perangkat Hiburan, Olahraga, dan Rekreasi  Desain Furniture  Desain Peralatan Kedokteran, Kesehatan, dan Keselamatan  Desain Busana dan Perhiasan  Desain Peralatan Keamanan dan Militer 0 Desain Digital b. Desain Komunikasi Visual (Visual Comunication Design) Desain komunikasi visual adalah profesi yang mengkaji dan mempelajari desain dengan berbagai pendekatan dan http://www.mercubuana.ac.id

  14. pertimbangan, baik hal yang menyangkut komunikasi, media, citra, tanda maupun nilai. Dari aspek keilmuan, desain komunikasi visual juga mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi dan pesan, teknologi percetakan, penggunaan teknologi multimedia, dan teknik persuasi pada masyarakat. Lingkup desain komunikasi visual di antaranya meliputi: 0 Desain Grafis Periklanan (Advertising)  Animasi  Desain Identitas Usaha (Corporate Identity)  Desain Marka Lingkungan (Environmental Graphics) 0 Desain Multimedia  Desain Grafis Industri (promosi)  Desain Grafis Media (buku, surat kabar, majalah, dll)  Cergam (komik), Karikatur, Poster.  Fotografi, Tipografi, dan Ilustrasi c. Desain Interior (Interior Design) Desain interior adalah profesi yang mengkaji dan mempelajari desain ruang dalam sebuah bangunan dengan berbagai pendekatan dan pertimbangan baik fungsi ruang, suasana, elemen estetis, pemilihan material, sosial-budaya, gaya hidup, hingga pertimbangan- pertimbangan teknis penataan ruang. Dari aspek keilmuan, desain interior juga mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial manusia dalam ruang, pencahayaan, elemen-elemen arsitektur, dan budaya pada umumnya. Lingkup desain interior di antaranya meliputi:  Desain Interior Bangunan Umum dan Gedung Pemerintah  Desain Interior Bangunan Sosial  Desain Interior Bangunan Komersial http://www.mercubuana.ac.id

  15.  Desain Interior Perumahan  Desain Interior Perkantoran  Desain Interior Bangunan Peribadatan  Desain Interior Bangunan Budaya 0 Penataan Pameran  Penataan Toko Lingkup Desain di atas dapat diuraikan menjadi butir-butir yang lebih kecil dan tema-tema desain baru yang senantiasa berkembang. Semula kegiatan desain tekstil merupakan kegiatan tersendiri di perguruan tinggi, sejajar dengan program studi desain lainnya, namun karena kurang berkembang kemudian kegiatannya dibagi dua, desain tekstil industri dimasukkan dalam kelompok desain produk, sedangkan kriya tekstil, dimasukkan ke dalam program studi kriya seni. Selain itu dalam kegiatan profesi dikenal pula daerah `tumpang tindih' (grey area) yang dapat dimiliki oleh dua kelompok profesi atau lebih, misalnya kemasan (desain produk dan desain grafis), interior transportasi (desain interior dan desain produk), perangkat pameran (desain produk, desain interior dan desain grafis), mebel (desain produk dan desain interior), dan seterusnya. Dalam lingkup kegiatan desain yang luas, ketegasan wilayah masing-masing profesi desain semakin kabur karena kode etik dan aturan yang ada kurang dilaksanakan dengan konsisten, misalnya klaim wilayah profesi desain produk dan desain rekayasa, atau desain interior dan arsitektur, atau desain grafis dan ilmu komunikasi, atau bahkan antara berbagai bidang desain dalam wahana kesenirupaan. Akibatnya, wilayah-wilayah profesi menjadi transparan dan kabur terutama setelah semakin majunya komputer grafik berteknologi tinggi yang mampu menyajikan tampilan multimedia yang kemudian menjadi alat utama dalam mendesain menggantikan meja gambar. http://www.mercubuana.ac.id

  16. Sejak bergabungnya organisasi induk desain dunia, yaitu ICSID (International Council of Society of Industrial Design) dengan ICOGRADA (International Council of Graphic Design) tampak bahwa sekat-sekat desain yang terbentuk pada masa puncak era Modernisme, mulai mencair. Bahkan beberapa perguruan tinggi terkemuka di beberapa negara mulai menempatkan desain grafis menjadi bagian dari desain produk industri. Beberapa lagi mulai mengembangkannya menjadi desain komunikasi visual yang menginduk ke ilmu-ilmu komunikasi. BEBERAPA TEORI DALAM MENINJAU KARYA DESAIN Berkembangnya pendidikan desain di lingkungan perguruan tinggi memicu pula pertumbuhan ilmuilmu desain. Ilmu-ilmu tersebut tadinya bukan merupakan hal utama dalam proses perancangan, tetapi kemudian berkembang menjadi ilmu yang spesifik mengkaji berbagai aspek yang berhubungan dengan desain. Demikian pula teori-teori untuk mengupas dan menganalisis objek desain berkembang dengan amat variatif, baik yang diadopsi dari teori ilmu lain, ataupun yang lahir dari penelitian desain sendiri. a. Teori Kritik Seni Dalam konteks yang luas, desain dapat diindikasikan sebagai wahana nilai-nilai, jiwa zaman, gaya hidup, citra peradaban, cita rasa, dan fenomena budaya yang dapat diterapkan pada segala aspek kehidupan yang diperbedakan dengan alam, permesinan, atau "sesuatu " yang bebas nilai.4 Runtuhnya paradigma terdapatnya seni tinggi (high art) dan seni rendah (kerajinan, desain, arsitektur), merupakan pertanda bahwa teori kritik seni mengalami perubahan yang mendasar. Peradaban manusia menunjukkan, bahwa seni (art) bukan hanya sekedar pelampiasan ekspresi rasa saja, tetapi juga merupakan bagian perwujudan karya-karya fisik fungsional. Dalam konteks http://www.mercubuana.ac.id

  17. antropologi budaya, dapat kita ambil contoh misalnya karya tembikar, karya arsitektur, karya kerajinan, karya rancangan hingga karya keterampilan-keterampilan praktis yang melibatkan unsur estetik di dalamnya. Beberapa kritikus konvensional kerap mengelompokkan desain sebagai Minor-Art, AppliedArt, Populer-Art, Decorative-Art, Industrial-Art, dst. Pandangan yang sempit ini awalnya kurang menumbuhkan apresiasi dan penulisan tentang desain dari para kritikus seni, sebagaimana terjadi di Indonesia. Pandangan- pandangan ini tentu tidak salah, tetapi sudah tidak sesuai dengan zaman dan perkembangan ilmu desain yang telah berubah. Perubahan ini di masyarakat Barat mulai terlihat, ketika berbagai buku membahas tentang karya desain dan gagasan-gagasan perancangnya. Dalam konteks yang luas, kini desain memiliki indikasi kuat sebagai wahana yang bermuatan nilai-nilai, di samping menyuarakan jiwa zaman, gaya hidup, citra peradaban, cita rasa, dan fenomena budaya masyarakatnya. Hal itu diperbedakan dengan karya yang hanya mengutamakan segi fungsi atau karya yang terlalu mekanistis. Mengingat begitu luasnya nilai-nilai yang menyertai objek desain, maka karya-karya yang bermuatan nilai-nilai tersebut dapat dikritisi dan dianalisis dari berbagai sudut pandang. Dalam beberapa dekade terakhir ini telah berkembang teori-teori di lingkungan akademis yang dipakai untuk mengupas dan menganalisis desain, terutama kajian-kajian budaya (studi budaya) dan kritik terhadap gaya-gaya desain yang diuraikan berdasar pendekatan deskriptif. http://www.mercubuana.ac.id

  18. b. Teori Bahasa Rupa Nilai-nilai estetik yang menyertai budaya rupa dapat pula dicermati sebagai analogi ilmu linguistik. Unsur-unsur ungkapan yang hadir dalam satu artifak dapat dinilai sebagai `bahasa rupa' yang mengkomunikasikan satu narasi ataupun simbol. Dengan demikian, dalam konteks bahasa rupa, unsurunsur rupa dapat dianalogikan sebagai satu gramatika bentuk, warna, dan nilai yang mengungkapkan suatu komunikasi `verbal'. Ungkapan-ungkapan gambar, baik yang merupakan karya seniman besar, anak-anak, masyarakat primitif maupun karya seorang perancang dapat kita nilai misi dan sasaran komunikasinya. Sebuah relief pada dinding candi Borobudur misalnya, dapat dicermati sebagai sebuah narasi verbal tentang peristiwa yang terjadi dalam masyarakat pada waktu tertentu. Demikian pula sebuah pesawat `Concorde' dapat dicermati sebagai sebuah komunikasi masyarakat perancangnya dalam menguasai teknologi dan tingkat peradaban di masa modern. Unsur ungkapan itu, dapat disimak dari `gestalt' bahasa rupa secara keseluruhan, ataupun dad detil-detil rupa yang membangun keseluruhan desain secara utuh. c. Teori Semiotika Memahami tanda-tanda peradaban desain secara struktural merupakan wahana kajian semiotik yang tidak ada habis-habisnya. Kajian semiotik lebih menekankan aspek-aspek struktur dari bahasa rupa, sedangkan kajian semantik cenderung merupakan kajian yang bersifat hermeneutik yang lebih menekankan kepada makna nilai-nilai dan budaya. Namun dalam memahami bahasa rupa, kajian semiotik menjadi tren di kalangan para periset muda. http://www.mercubuana.ac.id

  19. Kajian semiotik juga dapat memaparkan bahasa rupa apa adanya tanpa harus adanya keterlibatan dari apresiator untuk menafsirkan. Pengamat dapat memahami `struktur' bahasa rupa, baik yang berkaitan dengan ikon, indeks, tanda, simbol ataupun kode budaya yang terdapat di dalamnya. Demikian pula dengan makna konotatif maupun denotatif sebuah teks budaya rupa yang dijadikan objek kajian. d. Teori Transformasi Budaya Teori transformasi budaya yang berkembang di tahun 1970-an merupakan sebuah pendekatan untuk , memahami perubahan- perubahan yang terjadi pada sejarah kebudayaan manusia, termasuk juga karya budaya bendanya. Teori ini pada hakikatnya merupakan bagian dari pendekatan sejarah dalam mengamati sejarah peradaban manusia dari zaman ke zaman yang dicermati dari unsur- unsur artifak yang dihasilkannya. Teori transformasi budaya secara garis besar merupakan pengamatan perubahan dan pergeseran fenomena desain dalam satu rentang waktu tertentu. Dalam rentang waktu tersebut dicatat dan diamati faktor-faktor desain yang menjadi ciri utama perubahan, serta proses akulturasi dan inkulturasi yang terjadi. Secara umum transformasi budaya diawali oleh adanya unsur keterbukaan, baik yang dipaksakan ataupun karena karakter khas kebudayaan tertentu yang mudah menerima kehadiran kebudayaan asing. Teori ini mengamati satu peta perkembangan desain yang terjadi dalam saw kurun waktu yang panjang dan memerlukan dukungan data-data yang runtut dan bersinambungan. Dengan mengamati proses transformasi budaya dalam satu atau beberapa jenis karya http://www.mercubuana.ac.id

  20. desain, secara tidak langsung kita dapat pula menyusun sebuah strategi budaya di masa yang akan datang. e. Teori Strategi Peradaban Desain, sebagai karya budaya fisik, lahir dari berbagai pertimbangan pikiran, gagasan, rasa, dan jiwa penciptanya, yang didukung oleh faktor luar menyangkut penemuan di bidang ilmu dan teknologi, lingkungan sosial, tata nilai, budaya, kaidah estetika, kondisi ekonomi dan politik, hingga proyeksi terhadap perkembangan yang mungkin terjadi di masa depan. Sementara itu, di masyarakat Indonesia, desain masih merupakan hal yang `tak disadari' (unconscious activity). Desain dengan segala permasalahannya, terutama dari segi keilmuan, diyakini memiliki makna tersendiri, terutama dilihat dari unsur kesejarahannya. Di negara-negara maju, desain telah dianggap sebagai sesuatu "yang mewakili" peradaban bangsa, yang mewahanai perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, seni, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Hal itu terbukti dari banyaknya buku-buku dan karya tulis mengenai desain, di samping menjamurnya perguruan tinggi desain, penghargaan profesi yang tinggi, kegiatan pameran, seminar, dan pusat-pusat riset desain. Singapura misalnya, yang pada tahun 1980-an belum dikenal sebagai "negara desain", atas inisiatif Kepala Negara dan Kementrian Luar Negerinya, melakukan terobosan untuk menyelenggarakan International Design Forum dan usaha-usaha memajukan pendidikan tinggi desain di dalam negeri. Maka pada dekade 1990-an, negara ini menjadi negara yang diperhitungkan dalam khasanah karyakarya desainnya. Hal tersebut dikarenakan campur tangan pemerintah dalam menentukan strategi peradaban bangsa Singapura di masa yang akan datang. http://www.mercubuana.ac.id

  21. Demikian pula dengan Malaysia dan Thailand, yang telah mengalami kemajuan pesat dalam program pengembangan desainnya. Dan jauh sebelumnya, Philipina, atas insiatif IN Negara pada waktu itu, Ny. Imelda Marcos, mendirikan sentra-sentra desain kriya, negara ini kemudian menjadi kekuatan tersendiri dalam bidang desain di belahan timur. Demikian pula negara Indonesia semasa pemerintahan Orde Baru. Peranan Ibu Tien Soeharto tidaklah kecil dalam membangun Dekranas dan objek-objek desain kolosal, seperti Taman Mini Indonesia Indah. Hal itu menunjukkan telah adanya strategi peradaban yang digagas oleh tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah. Namun berbeda dengan Indonesia, strategi desain pemerintah Singapura sudah berlanjut pada pendayagunaan competitive edge, menempatkan "desain" sebagai salah satu titik perhatian utamanya. Tidak mengherankan kalau saat ini, Singapura menempuh berbagai cara mengatasi masalah keterbatasan lahan industri dan tenaga kerja dengan menawarkan konsep segitiga pertumbuhan Singapura- MalaysiaIndonesia (SIJORI: Singapura-Johor-Riau), yang dalam kerjasama ini Singapura menjadi motornya. Hasilnya sudah dapat dilihat di Indonesia, saat negara Singapura ini sudah melakukan ekstensifikasi industri ke propinsi Riau di pulau Bintan (untuk industri ringan), di pulau Batam (untuk industri menengah), dan di pulau Karimun (untuk industri berat). Dan kini Singapura dengan percepatannya telah berhasil menjadi negara `desain' yang diperhitungkan secara internasional, terutama setelah berhasil menyelenggarakan beberapa forum desain internasional. Di pihak lain, peran desain dinilai semakin penting dalam peradaban manusia, terutama guna menunjang pertumbuhan industri dan peningkatan kualitas hidup manusia. Namun demikian, sejarah http://www.mercubuana.ac.id

  22. menunjukkan bahwa dampak sosial yang ditimbulkannya juga tidak kecil. Kenyataan mencatat, bahwa karya desain dan desainer tak dapat mengelak dari tanggung jawab sosial dan moral masyarakat, di samping juga sebagai "tanda-tanda" positif kemajuan bangsa yang beradab. f. Teori Sejarah Sosial Desain Dalam rentang waktu perjalanan sejarah peradaban manusia, desain merupakan wujud kebudayaan teraga yang dapat diinterpretasikan keberadaannya sebagai sebuah teks sosial yang bermakna. Melalui desain, pengamat dapat mencermati konsep berpikir setiap peradaban, bahkan kebijakan politik, budaya, tingkat teknologi, dan juga konsep ekonomi yang menyertainya. Teori ini mengandung kemiripan dengan teori transformasi budaya, hanya penekanannya saja yang berbeda. Dalam sejarah sosial, yang menjadi objek utama adalah pemikiran-pemikiran desain dan pengaruh desain dalam kehidupan sosial masyarakat. Dengan demikian, dapat dicermati: mengapa suatu objek desain An hadir, menghilang, atau memicu perubahan. Beberapa kajian sejarah sosial desain di antaranya dapat memaparkan hal-hal sebagai berikut:  Latar belakang terjadinya perubahan-perubahan masyarakat modern di negara Barat, khususnya yang berhubungan dengan nilai-nilai masyarakatnya;  Menelusuri "jejak" sejarah desain, ditinjau dari aspek sosial, pola pikir, dan peristiwa penting yang berhubungan;  Mengkaji kemajuan gagasan desain dan teknologi di berbagai negara beserta dampak sosialnya; http://www.mercubuana.ac.id

  23.  Memahami sejumlah perubahan dan pergeseran gagasan desain, serta pengaruhnya pada kelahiran sejumlah paham estetika, gaya hidup, dan dinamika pembangunan;  Menilai dan menyimpulkan pola perkembangan desain di negara maju,  Sebagai studi perbandingan, tentang bagaimana interelasi antara perkembangan desain dan pertumbuhan masyarakat Barat. Harapan yang ingin dicapai, adalah memberikan gambaran secukupnya bagi kerangka tinjauan sejarah sosial desain secara luas, dan masukan bagi kajian desain dari sudut lain. Di samping itu, aspek yang utama dari tulisan ini adalah munculnya apresiasi dan kesadaran, bahwa negara-negara maju memiliki identitas kuat pada karya-karya desainnya. f. Teori Poskolonial Dalam perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan, berkembang wacana kajian di sejumlah negara yang mengarah pada terapan teori-teori tentang pos-strukturalis, filsafat dekonstruksi, dan teori mengenai gender. Aura teori alternatif tersebut kemudian membuka peluang alternatif lain bagi para pemikir di negara-negara yang mengalami proses kolonialisasi, yaitu teori tentang Poskolonialisme. Beberapa pengamat menilai bahwa teori poskolonial berpijak atas dialektika antara Marxisme dan Pos-strukturalisme/Posmodernisme. Marxisme yang dinilai sebagai suatu ideologi yang mampu menyadarkan kaum kapitalis akan pentingnya keberpihakan kepada masyarakat bawah, dan Posmodern yang dinilai sebagai suatu alternatif kritis untuk menyerang Modernisme karena telah menciptakan masyarakat dekaden dan berkembangnya http://www.mercubuana.ac.id

  24. dehumanisasi, maka teori Poskolonial dianggap sebagai teori kritis yang `non-Barat' serta berusaha membangun eksistensi kebudayaan masyarakat `nonBarat' itu di tengah-tengah percaturan akademik. Gayatri Spivak di tahun 1985 secara kritis mengecam tindakan pemarjinalan ras dan kelas sosial di lingkungan masyarakat akademik Barat. Pemikiran kritis Spivak tersebut menyadarkan sekelompok akademisi untuk mengkaji peluang masyarakat bangsa yang pernah mengalami kolonialisasi dan dampak kolonialisasi tersebut selama beberapa generasi. Fenomena ini tumbuh akibat banyaknya ° buku- buku yang terbit di masyarakat Barat yang menutupi kekejian pemerintahan kolonial, dengan memaparkan keberhasilan pembangunan flsik di negara-negara jajahan. Bahkan sejumlah buku dengan edisi mewah berhasil menampilkan keterjagaan budaya etnik selatna proses kolonialisasi dibandingkan kondisi masa kini setelah bangsa-bangsa tersebut merdeka. Kegagalan negara-negara berkembang, terutama di Afrika, menunjukkan bahwa bahwa proses kolonialisasi jauh lebih bermakna dibandingkan kondisi yang sekarang dengan berbagai kerusuhan rasial, hancurnya sejumlah kebudayaan etnik dan semakin tidak berdayanya si lemah menghadapi era global yang semakin kompetitif. Kondisi tersebut kemudian memunculkan keterjajahan baru, negaranegara miskin hanyalah merdeka secara geografis, tetapi tetap terjajah dari segi budaya, ekonomi, dan informasi. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, fenomena keterjajahan itu semakin nampak melalui ketergantungan ekonomi, politik, dan budaya pada negara-negara besar. Edward Said menyatakan bahwa penjajahan merupakan takdir abadi, dan hal tersebut merupakan situasi absurd dan amat tidak adil. http://www.mercubuana.ac.id

  25. Kebangkitan ekonomi dan penguatan ideologi religiusitas di sejumlah negara yang pernah terjajah, oleh masyarakat Barat dikebiri melalui ketergantungan hutang luar negeri dan permainan mata uang. Bahkan beberapa bangsa dan etnis tertentu yang mengalami pemantapan terhadap ideologi dan nilainilai keagamaan mereka, diberi marka sebagai negara teroris. Ketidakberimbangan kondisi di atas membuka peluang bagi tumbuhnya teori Poskolonial di negara-negara berkembang dalam memandang masyarakat Barat dan karya-karyanya secara kritis pula. Meskipun masih dalam bentuk wacana dan perdebatan, kajian Poskolonial dalam bidang desain dan budaya rupa pada umumnya dapat memaparkan fenomena:  Bentuk kekuasaan `Barat' atas negara-negara terbelakang dan negara berkembang.  Pengaruh pada Nasionalisme dan politik kebangsaan pada setiap negara berkembang.  Pemaparan secara kritis melalui kecurigaan adanya tekstualitas masyarakat Barat terhadap kebudayaan benda yang dihasilkan negara-negara bekas jajahan.  Penularan gaya hidup masyarakat Barat di negara-negara berkembang.  Hegemonisasi ideologi kebudayaan pada pemikir dan karya- karya desain di negara berkembang.  Tumbuhnya perusakan pada nilai-nilai kemanusiaan, dampak globalisasi, berkembangnya kebudayaan hibrid, bergesernya nilai-nilai moral, dan runtuhnya etika. http://www.mercubuana.ac.id

  26. PERKEMBANGAN KEILMUAN DESAIN Keilmuan desain modern berkembang secara bertahap sejak awal abad ke- 20, ketika lembaga pendidikan Bauhaus mulai menyelenggarakan pendidikan dan membagi bidang-bidang ilmu perancangan atas beberapa bagian, yaitu (1) arsitektur, (2) seni rupa, dan (3) sains. Sedangkan dalam wacana desain secara umum, akar dari keilmuan desain tidak terlepas dari tiga pokok keilmuan yang ada, yaitu Sains, Seni, dan Keterampilan (teknologi). Ketiga pokok keilmuan tersebut kemudian membangun paradigma sendiri yang saling mengikat untuk kemudian melahirkan ranting- ranting baru yang menjadi cabang keilmuan desain. Kedekatan Sains, Komunikasi, dan Seni rupa kemudian melahirkan Desain Grafis. Kedekatan Sains, Teknologi, dan Seni rupa kemudian melahirkan Desain Produk Industri. Kedekatan Sains, Arsitektur, dan Seni rupa kemudian melahirkan Desain Interior. Ken Friedman mencoba membuat sebuah model integratif yang menjadi dasar epistemologi bangun ilmu desain. Keenam pilar yang menjadi domain keilmuan desain tersebut adalah sains, humaniora, ilmu sosial, yang kemudian melandasi teori-teori desain, sedangkan teknologi, seni terapan dan dunia keprofesian membentuk domain praksis kegiatan desain. Perkembangan keprofesian yang kian kompleks tersebut akhirnya menumbuhkan berbagai keilmuan, baik ilmu yang tumbuh dari cabang ilmu desain sendiri atau rona yang berdekatan, seperti Metodologi Desain, Teknik Presentasi, Manajemen Desain, Pemodelan Digital, Semantika Produk, Fotografi Desain, Desain Multimedia, dan sebagainya. Di lain pihak, sebagai bagian dari tradisi akademis di lingkungan perguruan tinggi, tumbuh pula ilmu-ilmu yang bersifat apresiatif dengan berbagai pendekatan teoretis, di http://www.mercubuana.ac.id

  27. antaranya Tinjauan Desain, Sejarah Desain, Sosiologi Desain, Semiotika Desain, dan sebagainya. Dalam konteks keilmuan yang lebih makro, kegiatan desain secara luas hakikatnya terbentuk sebagai paduan antara sains, seni, dan teknologi. Ketiga unsur pembentuk ini berlangsung sinergis dengan perkembangan zaman dan cabang disiplin keilmuan desain. Pada kegiatan yang bermuatan estetik cukup besar, maka nuansa keilmuan seninya tentu semakin kental, seperti desain perhiasan, pakaian, ilustrasi, desain kriya, dsb. Pada kegiatan desain yang bermuatan teknologi cukup besar, maka nuansa keilmuannya cenderung semakin kental dengan aspek-aspek sains dan teknologi, seperti desain otomotif, desain pesawat terbang, desain peralatan kedokteran, dan sebagainya. Sedangkan desain yang bermuatan keilmuannya besar, nuansa keilmuannya cenderung semakin kental dengan eskperimen dan penerapan prinsip sains baru, seperti desain dengan material baru, desain dengan kajian ergonomik tinggi, desain berwawasan lingkungan, desain untuk memecahkan masalah sosial, dan sebagainya. Perkembangan keilmuan desain dalam tiga dasawarsa terakhir di Indonesia sebagaimana terpaparkan dalam bagan di atas, masih terbatas pada terbentuknya teori-teori desain dan praksis desain dalam menyelenggarakan kegiatan profesionalnya. Kurang berkembangnya kegiatan penelitian dalam bidang desain menyebabkan tumbuhnya ilmu-ilmu desain tidak secepat bidang keilmuan yang lain. Demikian pula dengan atmosfir profesional yang kurang kondusif, menyebabkan kualitas http://www.mercubuana.ac.id

More Related