1 / 16

A. Munandar Pendahuluan Permasalahan pengembangan kota: eksternal dan internal (Napitupulu, 2005)

PERAN VALUE DALAM PENATAAN KOTA BOGOR (Diadaptasi dari Munandar et al . [2006] untuk diskusi Forum Arsitektur Lanskap IPB, September 2006). A. Munandar Pendahuluan Permasalahan pengembangan kota: eksternal dan internal (Napitupulu, 2005)

Download Presentation

A. Munandar Pendahuluan Permasalahan pengembangan kota: eksternal dan internal (Napitupulu, 2005)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PERAN VALUE DALAM PENATAAN KOTA BOGOR (Diadaptasi dari Munandar et al. [2006] untuk diskusi Forum Arsitektur Lanskap IPB, September 2006) A. Munandar Pendahuluan Permasalahan pengembangan kota: eksternal dan internal (Napitupulu, 2005) Permasalahan eksternal terkait dengan fungsi kota sebagai motor penggerak (engine of development) kota-kota dan kota-desa. Permasalahan internal: 1. Kemiskinan  lanskap yang kumuh dan liar (slums dan squatters)

  2. PERAN VALUE DALAM PENATAAN KOTA BOGOR (Diadaptasi dari Munandar et al. [2006] untuk diskusi Forum Arsitektur Lanskap IPB, September 2006) A. Munandar Pendahuluan Permasalahan pengembangan kota: eksternal dan internal (Napitupulu, 2005) Permasalahan eksternal terkait dengan fungsi kota sebagai motor penggerak (engine of development) kota-kota dan kota-desa. Permasalahan internal: 1. Kemiskinan  lanskap yang kumuh dan liar (slums dan squatters)

  3. Kualitas lingkungan hidup  kualitas sarana dan prasarana • Keamanan dan ketertiban kota • Efektivitas kelembagaan pengelolaan kota • Bogor telah menerapkan city development strategy CDS (Soerjodibroto, 2005) • Melibatkan Tim Kerja Stakeholders • Bertugas antara lain advokasi dalam mengangkat permasalahan pengembangan kota • Pendekatan pemecahan permasalahan ~ induktif, superfisial • Disarankan agar mengangkat juga values

  4. Permasalahan generik pengembangan perkotaan secara nasional 1. Penyediaan lapangan pekerjaan • Penyediaan lingkungan perumahan, prasarana dan sarana perkotaan serta pelayanan dasar • Peningkatan kualitas lingkungan hidup di perkotaan • Penserasian antar golongan dan penyelesaian masalah sosial lainnya • Peningkatan kesadaran budaya • Peningakatan keamanan dan ketertiban kota

  5. Pengendalian pengembangan sistem perkotaan dan kota-kota baru • Pengendalian dan pencegahan urban sprawl dan konurbasi • Penanganan masalah perdesaan, pinggiran kota, hubungan antar kota dan desa-kota • Peningkatan kapasitas, kelembagaan, pembiayaan dan pengelolaan kota dalam meningkatkan pelayanan masyarakat • Peningkatan kinerja kota dalam menjalankan peran sebagai motor pendorong pembangunan wilayah dan pelayanan wilayah pengaruhnya.

  6. Form lanskap yang tidak diharapkan: • Kumuh (slum) ~ wilayah dengan kondisi lingkungan yang inferior • Squatter ~ liar, hunian liar • Urban sprawl ~ menyebar tidak teratur • Berakibat pada penurunan kualitas estetika dan penyediaan sarana dan prasarana (jejaring lintas wilayah, penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dll) yang layak • Konurbasi (conurbation) ~ agregasi atau jejaring yang kontinyu komuniti kota, tidak ada jeda kota-desa • Relevan dengan efisiensi sarana dan prasarana

  7. Lanskap [Permukiman] Kumuh, Squatters, Sprawl, Konurbasi dan Lapuk (Blight) Faktor yang mempengaruhi: • Kemiskinan secara sosial-ekonomi • Politik: di sebagian wilayah Bogor (terutama wilayah Bogor selatan) kawasan ini terjadi karena “warisan” Belanda. Form lanskap dipengaruhi oleh values untuk men-segregasi inlander vs komuniti Belanda. • Budaya: • Clan (budaya Jepang, Jawa dll) • Insersi/penyisipan budaya urban pada perumahan baru (masyarakat urban)  perumahan dualistik  konflik vs kohesi

  8. Fisik: (1) perkembangan kota yang sangat pesat (2) carrying capacity dan (3) kemampuan pemerintah menyediakan sarana dan prasarana • Perkemabangan yang sangat pesat: kota-kota besar dunia • Karena tekanan yang tiba-tiba seperti pengungsian (di Kowloon, Hong Kong)  mendorong pertumbuhan rusun • Perkembangan industri yang tidak terencana (Boston pada masa revolusi industri)

  9. Strategi: Artikulasi form, function dan values • Form dapat membentuk values dan menyediakan fungsi • Values dapat mendikte form dan fungsi • Fungsi dapat mendikte form, • Jika tidak diikuti values terjadi marginalisasi, ketidakadilan dsb • Jika diikuti values  akuntabel secara kontekstual Membangun tidak harus berorientasi pada pemecahan masalah, tetapi juga dapat dengan berorientasi pada tujuan atau values. Contoh-contoh values (Lynch, 1981 danSimonds, 1983) • normatif: ekspresi simbolik, efisiensi/mekanistik, keseimbangan homeostatik dan keamanan

  10. Value analis dan advokat: B/C ratio, kecukupan, konservasi, kebersihan • Value utopian: partisipasi, self-suffiency, social stability, kesehatan, kebersihan dll • Value masa lalu dan kesusastraan:curiousity,pleasant memory • Value ilmu-ilmu sosial:ketetanggaan, mobility, pengendalian sosial yang efektif • Value perencana dan designer: order, clarity, memberi pengalaman, terkelola (manageability) Value dapat diekstrak dengan teknik analisis antara lain content analysis

  11. Contoh Prinsip-prinsip atau Solusi Penataan (renewal, revitalisasi, redevelopment) Osaka (Office of Urban Revitalization, 2006) • Memperkuat fungsi-fungsi untuk mendorong bisnis berbasis knowledge  sentra-sentra produksi • Memperkaya fungsi untuk menarik wisatawan dan mengembangkan budaya lokal • Memberikan insentif terhadap investasi industri kunci • Mendorong perkembangan distrik-distrik secara atraktif Tokyo (Munandar, 2004 visit) • Memperkaya fungsi untuk menarik wisatawan dan mengembangkan budaya lokal (terutama di kawasan permukiman) seraya mengembangkan kegiatan ekonomi lokal  form: komuniti cul-de-sac

  12. Okayama (Munandar, 2004 visit) • Public park di tepi sungai yang dibangun dan didesain dengan partisipasi masyarakat di permukiman dan CBD (membelah kota) • Restorasi kawasan bersejarah (misalnya Kurashiki) Kowloon, Hong Kong (Eisner et al., 1993 dan Munandar, 1995 visit) • Pengembangan rumah susun yang compact dan berfasilitas lengkap, bermula dari tujuan untuk menampung pengungsi)

  13. US (Levin & Associate, 2006) • Penguatan landmark kota yang signifikan dari segi value dan skalanya terhadap komuniti lokal Michigan, US (Michigan LULC, 2006) • Pengurangan konsentrasi kemiskinan di tengah kota diikuti dengan pengembangan sekolah dan fasilitas yang berkualitas untuk komuniti • Penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan menyehatkan • Pertumbuhan ekonomi secara proporsional pada distrik kecil, menengah maupun yang luas

  14. Pengurangan traffic congestion • Pembukaan kawasan tertutup atau lahan tak bertuan • Preservasi aset-aset historik, budaya, artistik, arsitektural dan sumberdaya alam • Discourage keputusan dan kebijakan pemerintah kota hingga “kelurahan” yang mendorong pertumbuhan urban sprawl • Partisipasi swasta dan publik dalam • Membangun “green infrastructure” • Mengendalikan “pelapukan kota” (urban blight) • Membangun sumber-sumber pendapatan untuk pembangunan wilayah

  15. Detroit, US (Michigan Virtual University, 2006) • Pengembangan local specific districts • Inclusiveness • Pernyataan pencapaian secara eksplisit • Yang dijanjikan (deliverable) • Dengan ukuran kinerja • Penerapan merit system dalam partisipasipembangunan komuniti

More Related