1 / 41

Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi. Subdit. Surveilans dan Respon KLB. Komitmen Global. Eradikasi polio Eliminasi Campak Difteri*. FOKUS. Peran Surveilans : Menentukan daerah Rawan/Risiko Tinggi Memantau Kemajuan Penanggulangan Rekomendasi kegiatan penanggulangan.

istas
Download Presentation

Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Subdit. Surveilans dan Respon KLB

  2. Komitmen Global Eradikasi polio Eliminasi Campak Difteri* FOKUS • Peran Surveilans : • Menentukan daerah Rawan/Risiko Tinggi • Memantau Kemajuan Penanggulangan • Rekomendasi kegiatan penanggulangan Strategi Pelaksanaan Program Imunisasi

  3. Prinsip Manajemen Program Pengendalian Penyakit Reduksi 2. Eliminasi Upaya menurunkan angka insiden menjadi “nol” atau sangat kecil untuk penyakit dan daerah tertentu 3. Eradikasi Upaya menghilangkan angka insiden dan penularan di dunia Upaya menurunkan angka insiden, prevalen, dan atau kematian sampai pada tingkat tertentu di suatu daerah/lokasi

  4. Kriteria Mencapai Komitmen Global Eradikasi polio • Tidakditemukan Virus polio selama 3 tahunberturut-turut yang dibuktikandenganSurveillans AFP sesuaistandarsertifikasi Eliminasi Campak • Tidakditemukanwilayahendemiscampakselama >12 bulan, denganpelaksanaan surveillance campak yang adekuat.(Regional consultation on Measles , SEARO, New Delhi, 25 – 27 August 2009 & WHA, May 2010)

  5. Cakupan Surveilans PD3I Saat Ini • Penyakit Campak • Penyakit TN • Penyakit Polio • Penyakit Diptheria

  6. Prinsip Manajemen Program Pengendalian Penyakit Reduksi 2. Eliminasi Upaya menurunkan angka insiden menjadi “nol” atau sangat kecil untuk penyakit dan daerah tertentu 3. Eradikasi Upaya menghilangkan angka insiden dan penularan di dunia Upaya menurunkan angka insiden, prevalen, dan atau kematian sampai pada tingkat tertentu di suatu daerah/lokasi

  7. Kriteria Mencapai Komitmen Global Eradikasi polio • Tidakditemukan Virus polio selama 3 tahunberturut-turut yang dibuktikandenganSurveillans AFP sesuaistandarsertifikasi Eliminasi Campak • Tidakditemukanwilayahendemiscampakselama >12 bulan, denganpelaksanaan surveillance campak yang adekuat.(Regional consultation on Measles , SEARO, New Delhi, 25 – 27 August 2009 & WHA, May 2010) Eliminasi TN • Insiden/angka kejadian tetanus pada masyarakat kurang dari 1 tetanus neonatorum (TN) dalam 1000 kelahiran hidup pada setiap Kabupaten/kota.

  8. Capaian di Indonesia Saat ini • Campak  menuju eliminasi, target 2015 • Polio  menuju Eradikasi

  9. Surveilans AFP

  10. Definisi AFP ? Semuaanak <15 th dengan • Kelumpuhan(Paralysis/paresis) • Sifatnyalayuh(Flaccid) • Terjadisecaramendadak(Acut),bukandisebabkanolehrudapaksa

  11. Tiga Indikator Utama Surveilans AFP Non polio AFP Rate : ≥ 2 / 100.000 populations under 15 year old Adequate stool specimens : > 80 % Zero reporting : > 90 %

  12. Strategi Surveilans AFP • Menemukan kasus AFP minimal 2/100.000 penduduk < 15 tahun • Upaya penemuan : • di Rumah Sakit • di Puskesmas dan Masyarakat • Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium • Keterlibatan ahli • Pemeriksaan Ulang 60 hari • Zero Reporting

  13. Kegiatan Surveilans AFP • Penemuan kasus • Pelacakan Kasus • Pengumpulan Spesimen • Hot Case • Survey Status Imunisasi Polio • Nomor Epid • Nomor Laboratorium Kasus AFP dan Kontak • Kunjungan Ulang (KU) 60 Hari • Umpan Balik dan Penyebarluasan Informasi

  14. Alur Pelaporan & Umpan Balik Surveilans AFP Ditjen PP & PL Kemenkes RI WHO- SEARO WHO- HQ FP1 LAB FP1 FPL LAB Dinkes Provinsi Laboratorium Polio Nasional FP1 FPL W1 FPS Dinkes Kab./Kota FP-PD Rumah Sakit PWS KLB (W2) W1 Lisan Puskesmas Lisan Masyarakat : umpan balik : laporan

  15. Surveilans Campak

  16. Definisi Operasional Kasus Campak Kasus klinis: Demam, Bercak merah (rash) berbetuk mokulopapular, Batuk/pilek atau mata merah (conjunctivitis) atau Dokter mendiagnosa sebagai kasus campak

  17. Tahapan Pelaksanaan Surveilans Campak

  18. Surveilans Campak Berbasis IndividuCase Based Measles Surveillance - CBMS • Identitasnyasecara individual, meliputi data: Nama, umur, jeniskelamin, tanggallaporanditerima, tanggalpelacakan, pengambilansampel, status imunisasidanriwayatsakitnya. • Semua tersangka KLB campak harus dilakukan penyelidikan PE • Menggunakan Format C1 (rutin & KLB). • Melakukanpemeriksaanserologis minimal 50% kasusselama 1 tahun. • Pelaksanaan surveilans campak diintegrasikan dengan surveilans AFP.

  19. Format Laporan Campak

  20. Alur Pelaporan Surveilans Campak

  21. Indikator Surveilans Campak • Surveilans Rutin : • Rate ks Non campak secara nasional : ≥ 2/100.000 pop • % Kabupaten melaporkan rate ks non campak ≥ 2/100.000 pop: ≥ 80 % • Ks Tersangka campak yang diperiksa IgM : ≥ 80 % • Specimen Adequat untuk pemeriksaan IgM : ≥ 80 % • Spesimen adekuat untuk pemeriksaan Virology : ≥ 80 % • Kelengkapan laporan C-1 puskesmas : ≥ 90 % • Ketepatan laporan C-1 puskesmas : ≥ 80 % • Kelengkapan laporan surveilans aktif RS : ≥ 90 % • KLB • KLB dg “Fully investigated” : 100 % • KLB Pasti yang diperiksa Virology : 100 % • Kelengkapan laporan C- KLB : ≥ 90 %

  22. Surveilans Difteri

  23. Pengertian Penyakit menular akut pada tonsil, faring dan hidung, kadang-kadang pada selaput mukosa dan kulit. Difteri dapat menyerang pada setiap orang yang tidak mempunyai kekebalan.

  24. Pengolongan Kasus Kasus Probable Kasus yang menunjukkan gejala-gejala demam, sakit menelan, pseudomembran, pembengkakan leher dan sesak nafas disertai bunyi (stridor) Kasus konfirmasi Kasus probable disertai hasil laboratorium Positif, berupa hapus tenggorok & hapus hidung atau hapus luka di kulit yang diduga Difteri kulit.

  25. Kegiatan Surveilans Difteri • Penemuan Kasus • Pelacakan Kasus • Pelaporan • Pengolahan Data • Umpan Balik • Manajemen Surveilans:

  26. Pelacakan Penyelidikan Epidemiologi dilakukan terhadap setiap adanya 1 kasus difteri, baik dari rumah sakit , puskesmas maupun masyarakat, yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis, memastikan terjadi KLB dan menentukan kasus tambahan serta kelompok rentan.

  27. Materi Wawancara • Indeks kasus atau paling tidak dari mana kemungkinan kasus berawal • Kasus-kasus tambahan yang ada di sekitarnya • Cara penyebaran kasus • Waktu penyebaran kasus, • Arah penyebaran penyakit • Siapa, dimana, berapa orang yang kemungkinan telah kontak (hitung pergolongan umur untuk keperluan perencanaan prophilaksis dan imunisasi/ORI ). Untuk mempermudah kemungkinan penyebaran kasus, sebaiknya dibuat peta lokasi KLB dan kemungkinan mobilitas penduduknya • Persiapan pemberian prophilaksis dan imunisasi (ORI)

  28. Data Lain yang Diperlukan • Populasi berisiko • Cakupan imunisasi DPT3 dan DT • Peta wilayah • Kondisi Cool chain • Manj. Pengelolaan vaskin • Data kasus Difteri/ kasus serupa difteri • Data kematia

  29. Pengambilan Spesimen Kontak • Untuk kontak yang sudah mempunyai gejala klinis, specimen yang diambil adalah usap tenggorok dan usap nasofaring (hidung) • Untuk kontak yang tidak mempunyai gejala klinis, specimen yang diambil hanya usap nasofaring saja ( untuk efisiensi )

  30. Stop

  31. Alur Pelaporan Surveilans Difteri Ditjen PP & PL Kemenkes RI • Laporan KLB Difteri • Laporan Surveilans Integrasi PD3I Provinsi • STP Dinas Kesehatan Provinsi • Laporan KLB Difteri • Laporan Surveilans Integrasi PD3I Kab./Kota • STP Dinas Kesehatan Kab./Kota : umpan balik : laporan Laporan KLB Difteri STP Laporan KLB Difteri STP FP-PD W1 Rumah Sakit Puskesmas Kasus

  32. Format Pelaporan

  33. 2010 10 Sumatera Selatan Banyuasin Pangkalan Balai 09 1 Pangkalan Balai, Banyuasin 1 0 Banyuasin 10 03 2010 CAP & TTD Dr. Riantini 19760828 199903 2 002

  34. RS. Sumber Asih 09 / 03 / 2010 NIHIL TTD TTD Dr, Carolina Nurudin, SKM

  35. Contoh: Ketentuan: Tanggal kirim laporan mingguan dari Puskesmas/RS ke Dinkes Kab./Kota paling lambat setiap hari Selasa

  36. Pelaporan Surveilans PD3I

  37. Sekian, Terima Kasih

More Related