1 / 24

S I T O K I N

S I T O K I N. I. Gambaran Umum

gari
Download Presentation

S I T O K I N

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SITOKIN I. Gambaran Umum Sitokinadalah mediator berupa peptida yang fungsinya dapat menurunkan atau meningkatkan respons imun, inflamasi dan respons tubuh terhadap penyembuhan jaringan yang rusak. Sitokin merupakan messenger kimia atau perantara dalam komunikasi interselular yang sangat paten, aktif pada kadar yang sangat rendah (10-10 - 10-15 mol/l dapat merangsang sel sasaran). Saat ini ada lebih dari 100 jenis sitokin yang sudah diketahui.

  2. Tabel Sitokin dan asalnya T cell growth factor, faktor mitogenik timosit, faktor helper killer cell.

  3. Sitokin berperanan dalam banyak respons imun seperti aktivasi sel T, sel B, monosit dan makrofag, induksi sitotoksisitas dan inflamasi. Beberapa sitokin juga mempunyai efek anti-neoplastik dan efek terhadap hcmatopoiesis (Tabel fungsi biologis sitokinin). Mengaklifkan sel T, merangsang sel T untuk memproduksi limfokin, cofactor untuk haematopoietic growth factor, menimbulkan panas, tidur, penglepasan ACTH, neutrophilia dan respons akut sistemik lain­nya, merangsang sintesis limfokin kolagen dan kolagenase, mengaktifkan sel endotel dan makrofag, perantara dalam inflamasi, proses katabolik dan resistensi nonspesitik terhadap bakteri IL-2 IL-3 Growth factor untuk sel B yang diaktifkan, meningkatkan ekspresi HLA-DR pada sel B, growth factor untuk sel T, meningkatkan aktivitas sitolitik dan sel Tc, mastcell growth factor, bekerja sinergistik dengan CSF dalam merangsang hematopoiesis

  4. IL-7

  5. Aktivasi sel A. Aktivasi sel T Antigen yang semula ditangkap dan diproses APC, dipresentasikan ke reseptor pada sel Tc dan Th masing-masing dalam hubungan dengan MHC kelas I dan II. APC tersebut memproduksi dan melepas sitokin seperti IL- 1 yang merangsang sel T untuk berproliferasi dan berdiferen­siasi. Sel T tersebut memproduksi sitokin.

  6. ? Perkembangan sel T CD4+ serta interaksl antara sel Th1 dan sel Th2

  7. Gambar Sitookln dan aktivasi sel B Atas pengaruh dari Ag, limfokin yang dilepas APC dan sel Th yang diaktifkan, resting B cell (Br) berkembang menjadi sel B yang berproliferasi dan lebib besar (Bp) yang selanjutnya menjadi sel plasma (PC) yang memproduksi antibodi (Ab).

  8. Tabel Sitokln dan aktivasi sel B

  9. B Cell Growth Factor (BCGF) merangsang sel B yang sudah mengikat antigen untuk berproliferasi. Sel B yang diaktifkan selanjutnya memproduksi Ig. Sementara itu sel B juga mengikat antigen melalui reseptor pada permukaan selnya. Kebanyakan antigen menimbulkan respons sel dengan bantuan sel T (T-dependent antigen). Beberapa antigen mampu mengaktifkan sel B untuk memproduksi Ig tanpa bantuan sel T(T-independent antigen). C. Aktivasi makrofag dan monosit Endotoksin bakteri dan INF-γ yang dilepas sel T dapat merangsang makrofag sehingga mampu memproduksi bahan aktif lainnya seperti INF-α, IL-1, GM-CSF dan M-CSF . Petanda permukaan makrofag, monosit yang tcrmasuk MHC kelas II selalu berubah-ubah, demikian pula dalam kemampuan fagositosisnya dan membunuh sel tumor. Hal tersebut tergantung dari faktor-faktor (antigen, mediator, sitokin dan lainnya) yang mengaktifkannya

  10. IV. Sitokin dan inflamasi Endotoksin dan trauma fisik dapat pula menimbulkan penglepasan sitokin yang berperanan pada inflamasi akut, biak yang lokal maupun yang sistemik, seperti IL-1, TNF-α. V. Efek sitotoksisitas Ada limfokin dengan efek sitotoksik yang dapat membunuh penyebab infeksi dan sel tumor dengan langsung atau tidak langsung melalui ak­tivitas sel NK (Tabel sitokin dengan efek toksiksitas).TNF- αmempunyai efek sitotoksik langsung terhadap sel tumor, sedang IL-2 merangsang LymphokineActivated Killer Cell (sel LAK) yang sitotoksik terhadap sel tumor.

  11. LAK= sel Killer yang diaktifkan limfokin

  12. Imunologi Kanker • Tujuan mempelajari imunologi kanker ialah : • mengetahui hubungan antara respons imunologi pejamu dan tumor. • menggunakan pengetahuan tentang respons imun terhadap tumor dalam diagnosis, profilaksis dan pengobatan. • Antigen • Transformasi maligna suatu sel dapat disertai dengan perubahan fenotipik sel normal dan hilangnya komponen antigen permukaan atau timbulnya neoantigen yang tidak ditemukan pada sel normal atau perubahan lain pada membran sel. Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan respons sistem imun.

  13. Pembagian antigen tumor secara serologis • Antigen kelas I, yang hanya ditemukan pada tumor itu saja dan tidak pada sel normal atau keganasan lain. • Antigen kelas II, yang juga ditemukan pada tumor lain. antigen tersebut juga ditemukan pada beberapa sel normal karena itu antigen tersebut disebut diferensiasi autoantigen. • Antigen kelas III, yang ditemukan pada berbagai sel normal dan ganas. Antigen kelas III lebih sering ditemukan dibanding dengan antigen kelas I dan kelas II. • B. Pembagian antigen tumor menurut sebab • Antigen tumor yang timbul akibat bahan kimia atau fisik yang karsinogen • Antigen tumor yang dicetuskan virus • Antigen onkofetal • Antigen tumor spontan

  14. II. Respons imun terhadap tumor

  15. B. Peranan selular pada imunitas kanker Pada pemeriksaan patologi-anatomik tumor, sering ditemukan infiltrat sel-sel yang terdiri atas sel fagosit mononuklear, limfosit, sedikit sel plasma dan sel mastosit. Meskipun pada beberapa neoplasma, infiltrat sel mononuklear merupakan indikator untuk prognosis yang baik, tetapi pada umumnya tidak ada hubungan antara infiltrasi sel dengan prognosis. Sistem imun yang nonspesifik dapat langsung menghancurkan sel tumor tanpa sensitisasi scbelumnya. Efektor Sistem imun tcrscbut adalah sel Tc, fagosit mononuklear, polimorf, sel NK

  16. Faktor genetik imunitas nonspesifik imunitasspesifik Produk tumor faktor genetik lindungan antigen penglepasan antigen modulasi antigen kinetik tumor disfungsi imun toleransi fungsi selempat toleransi sistemik faktor penyekat Destruksi tumor Gambar Faktor-faktor yang dapat meoyebabkan tumor luputdart pengawasan sistem Imun Pertumbuhan tumor

  17. Faktor-faktor yang mempengaruhi luputnya tumor dari pengawasan sistem imun tubuh adalah sebagai berikut : • Kinetik tumor (sneaking through) • Sel tumor tersebut dapat menyelinap (sneak through) yang tidak diketahui tubuh dan barn diketahui bila tumor sudah berkembang lanjut dan di luar kemampuan sistem imun untuk menghancurkannya. • B. Modulasi antigenik • Antibodi dapat mengubah atau memodulasi permukaan sel tanpa menghilangkan determinan permukaan • C. Masking antigen • Molekul tertentu, seperti sialomucin, yang sering diikat permukaan sel tumor dapat menutupi antigen clan mencegah ikatan dengan limfosit. Sialomucin tersebut dapat dihancurkan oleh neuraminidase V. cholerae. • D. Shedding antigen/penglepasan antigen • Antigen tumor yang dilepas dan larut dalam sirkulasi, dapat mengganggu fungsi sel T dengan mengambil tempat pada reseptor antigen. Hal itu dapat pula terjadi dengan kompleks imun antigen antibodi.

  18. E. Toleransi Virus kanker mammae pada tikus disekresi dalam air susunya, tetapi bayi tikus yang disusuinya toleran terhadap tumor tersebut. Infeksi ko­ngenital oleh virus yang terjadi pada tikus-tikus tersebut akan menimbulkan toleransi terhadap virus tersebut dan virus sejenis. F. Limfosit yang terperangkap Limfosit spesifik terhadap tumor dapat terperangkap di dalam kelenjar limfe. Antigen tumor yang terkumpul dalam kelenjar limfe yang letaknya berdekatan dengan lokasi tumor, dapat menjadi toleran terhadap limfosit selempat, tetapi tidak terhadap limfosit kelenjar limfe yang letak­nya jauh dari tumor. G. Faktor genetik Kegagalan untuk mengaktifkan sel efektor T dapat disebabkan oleh karena faktor genetik. H. Faktor penyekat

  19. SELESAI

More Related