1 / 33

Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Bab 2 Penalaran (Reasoning). Sumber : Suwardjono ., 2012. Teori Akuntansi . Penerbut: BPFE-UGM, Yogyakarta. Menjelaskan pengertian penalaran. Menyebut dan menjelaskan komponen penalaran. Menyatakan asersi secara makna dan diagram. Menyebut dan menjelaskan sifat keyakinan.

fonda
Download Presentation

Bab 2 Penalaran (Reasoning)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Bab 2 Penalaran (Reasoning) Sumber: Suwardjono., 2012. Teori Akuntansi. Penerbut: BPFE-UGM, Yogyakarta

  2. Menjelaskan pengertian penalaran. Menyebut dan menjelaskan komponen penalaran. Menyatakan asersi secara makna dan diagram. Menyebut dan menjelaskan sifat keyakinan. Menyebutkan dan menjelaskan jenis argumen. Membedakan antara argumen dan strategem. Menjelaskan dan memberi contoh strategem dan salah nalar. Mengevaluasi validitas argumen. Menjelaskan aspek manusia yang menghambat argumen yang sehat. Tujuan Pembelajaran Mencapai kemampuan dan kompetensi peserta untuk:

  3. Penalaran Proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan atau asersi. Menentukan secara logis dan objektif apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut. Struktur penalaran terdiri atas masukan, proses, dan keluaran.

  4. Pernyataan atau asersi (assertion) Keyakinan (belief) Argumen (argument) Unsur atau Komponen Penalaran

  5. Proses dan Struktur Penalaran Keyakinan bahwa asersi konklusi benar/valid Asersi sebagi elemen Asersi Asersi Asersi Asersi Asersi Asersi Asersi inferensi Masukan Proses Keluaran Argumen konklusi

  6. Arti Penting Argumen Serangkaian asersi beserta inferensi atau penyimpulan yang terlibat di dalamnya. Simpulan dinyatakan pulan dalam bentuk asersi. Merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu pernyataan. Argumen membentuk, memelihara, atau mengubah keyakinan.

  7. Asersi Penegasan tentang sesuatu hal atau realitas yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau ungkapan. Pengkuatifikasi asersi Untuk membatasi asersi universal/umum menjadi spesifik dan menentukan hubungan inklusi, eksklusi, saling-isi. Pengkuantifikasi: sedikit, banyak, tak semua, beberapa, semua.

  8. Penyajian Asersi Makna atau arti Semua badan usaha milik negara adalah perusahaan pencari laba. Struktur atau bentuk Semua A adalah B. Diagram B A

  9. Penyajian Asersi Hubungan eksklusi: Tidak satupun A adalah B = Tidak satupun B adalah A B A Hubungan inklusif: B Semua A adalah B dapat bermakna Tidak semua B adalah A A

  10. A B Penyajian Asersi Hubungan saling isi

  11. Penyajian Asersi “Beberapa B adalah A” Tanpa diagram tidak diketahui apakah: • Ada sebagian A yang bukan B. • Semua A adalah B. • B sama dengan A • Asersi menyangkal “Semua B adalah A” • Asersi menegaskan “Tidak semua B adalah A” “Beberapa B adalah A” tidak selalu sama dengan “Tidak semua B adalah A”

  12. A B B A Penyajian Asersi Interpretasi: Beberapa B adalah A. atau Umumnya ini yang dimaksud. Menyangkal Semua B adalah A. MenegaskanTidak semua B adalah A

  13. Asersi untuk Evaluasi Istilah Interpretasi: meja biru bundar (round blue tables) meja bundar biru (blue round tables) certified public accountant (CPA) = bersertifikat akuntan publik (BAP)?

  14. Jenis dan FungsiAsersi Jenis: • Asumsi (assumption) • Hipotesis (hypothesis) • Pernyataan fakta (statement of facts) Fungsi: Sebagai pernyataan premis dan konklusi Kaidah/prinsip: Kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi kredibilitas terendah premis-premis yang diajukan dalam argumen.

  15. Keyakinan Kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak. Properitas Keyakinan • Keadabenaran • Bukan pendapat • Bertingkat • Berbias • Bermuatan nilai • Berkekuatan • Veridikal • Berketertempaan

  16. Anatomi Argumen Asersi Asersi Asersi Asersi Premis 1 inferensi inferensi Premis 3 Premis 2 inferensi inferensi Konklusi

  17. Indikator Argumen Dalam suatu argumen atau penalaran yang kompleks, tidak selalu mudah untuk mengenali premis dan konklusi. Indikator premis: oleh karena, karena, mengingat, dengan asumsi bahwa, jika Indikator konklusi: oleh karena itu, dengan demikian, maka, sehingga, sebagai akibatnya Cara mengenali: Prinsip/kaidah interpretasi terdukung (principle of charitable interpretation)

  18. Deduktif Nondeduktif: Induktif Analogi Sebab-akibat Jenis Argumen

  19. Semua binatang menyusui berparu-paru. Kucing adalah binatang menyusui. Kucing berparu-paru. Premis major: Premis minor: Konklusi: Argumen Deduktif Argumen yang simpulannya diturunkan dari serangkaian asersi umum yang disepakati atau dianggap benar (disebut premis baik major maupun minor). Pada umumnya berstruktur silogisma sehinga disebut argumen logis (logical argument). Lihat contoh penalaran deduktif dalam akuntansi pada Gambar 2.8

  20. Kriteria Kebenaran Argumen Deduktif • Kelengkapan • Kejelasan • Kesahihan • Keterpercayaian Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif adalah kebenaran logis bukan kebenaran empiris (realitas). Kriteria kebenaran logis: • Semua premis benar • Konklusi mengikuti semua premis • Semua premis dapat diterima

  21. Premis 1: B Premis 2: B Premis 3: B Konklusi: B Premis 1: B Premis 2: B Premis 3: B Konklusi: S Premis 1: S Premis 2: S Premis 3: S Konklusi: B Premis 1: S Premis 2: S Premis 3: S Konklusi: S Hubungan Premis dan Konklusi (Gambar 2.9) Bila konklusi mengikuti premis secara logis, kebenaran logis konklusi bergantung pada kebenaran semua premis. Pasti/harus Tak mungkin Mungkin Mungkin B = Benar, S = Salah

  22. Argumen Induktif Argumen yang simpulannya merupakan perampatan atau generalisasi dari keadaan atau pengamatan khusus sebagai premis. Generalisasi menjadikan argumen induktif merupakan argumen ada benarnya(plausible argument) bukan argumen pasti benarnya atau logis(logical argument). Satu biji jeruk dari karung A manis rasanya. Beberapa biji berikutnya manis rasanya. Semua jeruk dari karung A manis rasanya. Premis: Premis: Konklusi: Ada benarnya tetapi dapat salah. Tidak pasti benar.

  23. Premis 1: Semua burung berbulu. Premis 2: Bebek berbulu. Konklusi: Bebek adalah burung. Premis 1: Beberapa burung dapat terbang. Premis 2: Bebek adalah burung. Konklusi: Bebek dapat terbang. Perbedaan Argumen Deduktif dan Induktif Argumen deduktif Argumen induktif Pasti benar (necessarily true) Boleh jadi benar/ada benarnya (not necessarily true) Untuk meyakinkan perlu dilekatkan tingkat keyakinan (confidence level), misalnya 90% atau 95%. Lihat contoh penalaran induktif dalam akuntansi pada Gambar 2.11

  24. Argumen Sebab-Akibat (Causal Generalization) Argumen untuk mendukung bahwa perubahan faktor tertentu disebabkan oleh faktor yang lain. Kriteria Penyebaban: • Faktor sebab bervariasi dengan faktor akibat (efek). • Faktor sebab terjadi sebelum atau mendahului faktor akibat. • Tidak ada faktor lain selain faktor sebab yang diidenfikasi. Lihat kaidah penyebaban Mill pada Gambar 2.10

  25. Kecohan (Fallacy) Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbujuk oleh suatu argumen yang mengandung catat (faulty) atau tidak valid. Orang dapat terkecoh akibat taktik membujuk selain dengan argumen yang valid. Orang dapat mengecoh atau terkecoh lantaran: • Strategem • Salah nalar (reasoning fallacy) • Aspek manusia dalam berargumen

  26. Kecohan lantaran Strategem • Persuasi taklangsung • Membidik orangnya • Menyampingkan masalah • Misrepresentasi • Imbauan cacah • Imbauan autoritas • Imbauan tradisi • Dilema semu • Imbauan emosi

  27. Kecohan lantaran Salah Nalar • Menyangkal anteseden • Pentaksaan • Perampatan-lebih • Parsialitas • Pembuktian dengan analogi • Merancukan urutan kejadian dengan penyebaban • Menarik simpulan pasangan Ketegaran ilmiah (scientific rigor) dan prinsip ketersalahan (principles of falsifiability) bukan salah nalar.

  28. Kecohan lantaran Aspek Manusia • Puas dengan penjelasan sederhana • Kepentingan mengalahkan nalar • Sindroma tes klinis • Mentalitas Djoko Tingkir • Merasionalkan daripada menalar • Persistensi • Fiksasi fungsional

  29. Kutipan Penting • Hirshleifer (1988) di halaman 90. • Nickerson (1986) di halaman 92. • Thomas Kuhn (1970) di halaman 93.

  30. All sciences advance through disagreement. In astronomy the geocentric model of Ptolemy was opposed by the new heliocentric model of Copernicus; in chemistry Priestley supported the phlogiston theory of combustion while Lavoisier propounded the oxidation theory; and in biology the creationism of earlier naturalists was countered by Darwin’s theory of evolution. It is not universal agreement but rather the willingness to consider evidence that signals the scientific approach.For Galileo’s opponents to disagree with him about Jupiter’s moons was not unscientific of itself; what was unscientific was their refusal to lookthrough his telescope and see. Jack Hirshleifer, Price Theory and Applications (1988), hlm. 4.

  31. Priestley never accepted the oxygen theory, nor Lord Kelvin the electromagnetic theory, and so on. The difficulties of conversion have often been noted by scientists themselves. Darwin, in a particulary perceptive passage at the end of his Origin of Species, wrote: “Although I am fully convinced of the truth of the views given in this volume..., I by no means expect to convince experienced naturalists whose mind are stocked with a multitude of facts all viewed, during a long course of years, from a point of view directly opposite to mine. ... [B]ut I look with confidence to the future, —to young and rising naturalists, who will be able to view both sides of the question with impartiality.” Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151.

  32. And Max Planck, ..., sadly remarked that “a new scientific truth does not triumph by convincing its opponents and making them see the light, but rather because its opponents eventually die, and a new generation grows up that is familiar with it” ... scientists, being only human, cannot always admit their errors, even when confronted with strick proof. I would argue, rather, that in these matters neither proof nor error is at issue. The transfer of allegience from paradigm to paradigm isa conversion experience that cannot be forced. Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151.

  33. Bila orang merasakan belajar sebagai kenikmatan, maka dia akhirya akan mengenyam kenikmatan ganda.

More Related