1 / 7

Tan Malaka

Tan Malaka. “Tokoh Proklamasi Yang Dibuang”. Nama : Sutan Ibrahim Gelar Datuk Tan Malaka Orangtua : Rasad Caniago dan Sinah Simabur TTL : Pandan Gadang , Suliki, Sumatera Barat, tahun 1896 (1897) Riwayat Pendidikan : Kweekschool di Bukittinggi Rijks Kweekschool di Belanda.

fathia
Download Presentation

Tan Malaka

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Tan Malaka “Tokoh Proklamasi Yang Dibuang”

  2. Nama : SutanIbrahim GelarDatukTanMalaka Orangtua : Rasad Caniago dan Sinah Simabur TTL :PandanGadang, Suliki, Sumatera Barat, tahun1896 (1897) Riwayat Pendidikan : • KweekschooldiBukittinggi • Rijks Kweekschool di Belanda

  3. 1919  Pulangke Indonesia dan bekerjasebagai guru diperkebunanTanjung Morawa, Deli. 1921 Ada penindasan terhadap buruh, ia berhenti dan pindahkeJawa  Ke Semarang bertemu dengan Semaun dan mulai terjun ke kancah politik saat kongres PKI 24-25 Desember 1921 1922  Januari, ditangkap dan dibuang ke Kupang  Maret, diusir dari Indonesia, mengembara ke Berlin, Moskwa dan Belanda.Mewakili Indonesia dalam Kongres Komunis Internasional (Komintern) IV, kemudian diangkat sebagai Wakil Komintern di Asia dan berkedudukan di Kanton. • Tahun 1924, diangkat sebagai Ketua Biro Buruh Lalu Lintas dalam sebuah Iamendirikansekolahdi Semarang dankemudiandiBandung DiasingkankeBelanda.  PergikeMoskwadanbergeraksebagaiagenkomunisinternasional(Komintern) untukwilayah Asia Timur.

  4. Tahun 1921, ia pergi ke Semarang dan bertemu dengan Semaun dan mulai terjun ke kancah politikSaat kongres PKI24-25 Desember1921, Tan Malaka di undang dalam acara tersebut. • Januari 1922 ia ditangkap dan dibuang ke Kupang.Pada Maret 1922Tan Malaka diusir dari Indonesia dan mengembara ke Berlin, Moskwa dan Belanda.Mewakili Indonesia dalam Kongres Komunis Internasional (Komintern) IV, kemudian diangkat sebagai Wakil Komintern di Asia dan berkedudukan di Kanton. • Tahun 1924, diangkat sebagai Ketua Biro Buruh Lalu Lintas dalam sebuah Konferensi Pan-Pasifik yang diselenggarakan oleh utusan-utusan Komintern dan Provintern. • Tahun 1924, menerbitkan buku "Naar de Republiek Indonesia" (Menuju Republik Indonesia) yang berisi konsep tentang negara Indonesia yang tengah diperjuangkan. Lebih dulu dari pleidoi Mohammad Hatta didepan pengadilan Belanda di Den Haag yang berjudul "Indonesia Vrije" (Indonesia Merdeka) (1928) atau tulisan Soekarno yang berjudul "Menuju Indonesia Merdeka" (1933) • Tahun 1925, masuk Filipina dengan nama Elias Fuentes dan berhasil menghubungi salah seorang sahabat Semaun di sana, selanjutnya mendorong didirikannya Partai Komunis Filipina.

  5. Tahun 1926, masuk Singapura dengan nama Hasan Gozali, bertemu dengan Subakat, Sugono dan Djamaluddin Tamim yang berhasil meloloskan diri dari Indonesia. • Tahun 1927, bersama Subakat, Sugono, dan Djamaluddin Tamim mendirikan PARI (Partai Republik Indonesia). • Tahun 1932, berhasil masuk Hongkong dengan nama Ong Soong Lee, kemudian tertangkap oleh Polisi Rahasia Inggris. Setelah lebih kurang 2 ½ bulan ditahan dalam penjara Hongkong, Tan Malaka mendapat keputusan dikeluarkan ke Shanghai. • Tahun 1936, mendirikan dan mengajar pada School for Foreign Languages di Amoy, Cina. • Tahun 1937, Tan Malaka masuk Burma kemudian ke Singapura, bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Sekolah Menengah Tinggi Singapura. • Tahun 1942, Tan Malaka masuk Penang menuju Medan, Padang, dan akhirnya tiba di Jakarta. • Tahun 1943, menulis buku dan menyusun kekuatan bawah tanah (ilegal), dengan menjadi buruh (romusha) pada tambang batu bara di Bayah (Banten) dengan nama Husein. • Tahun 1945, mendorong para pemuda yang bekerja di bawah tanah pada masa pendudukan Jepang (Sukarni, Chairul Saleh, Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Maruto, dan lain-lain) untuk mencetuskan revolusi yang kemudian terjadi dengan Proklamasi Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. • Tahun 1946, menjadi promotor Persatuan Perjuangan yang mengikatkan persatuan antara sejumlah 141 organisasi terdiri dari pimpinan partai, serikat-serikat buruh, pemuda, wanita, tentara, dan laskar.

  6. Tahun 1947, menentang politik Perundingan Linggarjati. • Tahun 1948, menentang politik Perundingan Renville. Mendirikan Partai Murba dan Gerilya Pembela Proklamasi. • 21 Februari 1949, Tan Malaka mati terbunuh di Kediri, Jawa Timur.[1] • Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Sarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya. • Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama: memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum miskin. Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar.

  7. Iaberjuangmenentangkolonialisme "tanpahentiselama 30 tahun" dariPandanGadang (Suliki), Bukittinggi, Batavia, Semarang, Yogya, Bandung, Kediri, Surabaya, sampai Amsterdam, Berlin, Moskwa, Amoy, Shanghai, Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hongkong, Singapura, Rangon, dan Penang.

More Related