1 / 25

Teori-teori tentang Politik Indonesia Orde Baru

Priyatmoko Dirdjosuseno priyatmokosolusi@gmail.com. Teori-teori tentang Politik Indonesia Orde Baru. Fakta & kerangka interpretasi. Politik Indonesia sekarang punya latar belakang kesejarahan ;

Download Presentation

Teori-teori tentang Politik Indonesia Orde Baru

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Priyatmoko Dirdjosuseno priyatmokosolusi@gmail.com Teori-teoritentangPolitik Indonesia OrdeBaru

  2. Fakta & kerangkainterpretasi • Politik Indonesia sekarangpunyalatarbelakangkesejarahan; • Terhadapsuatufakta, termasukfaktahistoris, terbukaruanguntukmemaknaidanmenginterpretasi; • Adaperdebatanakademik yang cukupserudikalanganIndonesianis/sarjanapolitikasing – terutamadiAmerikaSerikat, Eropa, dan Australia –tentangkarakteristikpolitik Indonesia.

  3. BaganSistemPolitik: David Easton Lingkungan Tuntutan Sistem Politik Keputusan atau Kebijakan Outputs Inputs Dukungan Lingkungan Umpan-balik

  4. BaganSistemPolitik: Gabriel A Almond Environmental Outcomes Outputs into Environment Inputs Conversion Demands Participant Support Subject Support Policy-Making Processes Extractions Distributions Regulations Symbols Domestic and International Welfare and Security Preceding Environmental States Endogenous Changes in Environment* Feedback loops *Changes not caused by actions of political system itself

  5. Sistempolitik & asumsi-asumsinya • Adalebihdarisatuelemenatau unit: fungsi-fungsimasukan (input), konversi, keluaran (output); • Salingberinteraksisatusama lain, membentuksatukesatuanfungsional; • Adasalingketergantungansatusama lain: salingpengaruh, satubagianberubahakanberdampakpadabagian lain ataukeseluruhansistem; • Selaluberusahamembentukkeseimbangan (equilibrium) danrelatifstabil. Perubahanterjadisecara gradual dalamrangkaadaptasiterhadaplingkungan.

  6. OrdeBaru & asumsi-asumsisispol • Asumsikeseimbangandansalingketergantunganrupanyatidakterjadidalampolitik Indonesia sampaidenganOrdeBaru; • Pemegangotoritasterlaludominan (otonom) terhadapunsur lain. Keputusanpolitik (pemerintahatau [pejabat] negara) bukan (sekadar) responsterhadap input (tuntutan & dukungan) darimasyarakat, melainkanlebihataskemauansendiri; • Negara lebihmengendalikanmasyarakat, bukansebaliknya. Mengapa?

  7. The State-Qua-State • Bennedict R’OG Anderson, 1983, ‘Old State, New Society: Indonesia’s New Order in Comparative Historical Perspective’, Journal of Asian Studies, vol. XLII, no. 3 (May). • Judultulisan Ben Anderson membalikjudultulisan Clifford Geertztahun 1960-an, ‘New State, Old Society’

  8. The State-Qua-State • Kebijakan-kebijakanOrdeBarusebaiknyadipahamidalampengertiankepentingan-kepentingannegaraitusendiri; • Adapertentanganantarakepentingannegaradanmasyarakat. Negara Indonesia modern digambarkansebagaientitas yang melayanidirisendiri, mengejarkepentingan yang dipahamisendiriatasbiayakepentingan lain yang bertentangandalammasyarakat. Negara memboroskansumberdayadankekayaanbangsa.

  9. The State-Qua-State • Negara OrdeBaruhampirsepenuhnyaterlepasdaridantidakresponsifterhadapkepentingan-kepentinganmasyarakat; • Kekuasaannegaraberadaditanganmiliter, danpadadasarnyatidakberubahsejakmasakolonial; • Kebijakanmerefleksikankepentingan-kepentingannegaradaripadakepentingankelompokataukelasekstra-negara (diluarnya), dengansedikitpengecualianterhadap modal asing. • Sedikitruanguntukpartisipasipolitik, danpertimbangantentangisuperwakilankepentingan.

  10. The Bureaucratic Polity & Patrimonialism • Konsep ‘bureaucratic polity’ berasaldari Fred Riggs yang mengkajitentangpolitik Thailand yang diadopsi Karl D. Jackson untukstudi Indonesia; • Konsep ‘patrimonialism’ bersumberdari Max Weber dandireinterpretasioleh G. Roth danEisenstadt; • Meskipunberbedakeduakonseptersebutsangatbanyaktumpang-tindihnya.

  11. Model Patrimonial • Esensi model patrimonial: kepalanegarabertindaklayaknyapenguasatradisional, menjagaposisinyadengancaramembagi-bagikanhadiahmateridankesempatankepadaanggota elite yang memerintah; • Elite terpecahdalamkelompok-kelompok yang salingbersainguntukberebuthadiahdanperlindungandaripenguasa; • Model patrimonial menekankanhubungan patron-kliendalamjejaring yang menyerupaipiramida, ditandaiolehikatan personal antar-individu yang berbeda status, denganklienbergantungpada patron

  12. Model Patrimonial • Dalam model patrimonial, politiktidakditandaiolehpertentanganmengenaisubstansiisukebijakan, melainkanperainganuntukmemperolehimbalandankeuntungan; • Kepentinganmasyarakatditekan. Pendeknya, negaratidakresponsifterhadapkepentingan-kepentinganatautekanan-tekanandi/dariluar;

  13. The Bureaucratic Polity • Elite birokratikdapatleluasamenentukankebijakantanpaterkendalaolehkepentingan-kepentinganmasyarakat; • Bureaucratic polity mengandungbanyakkarakteristik patrimonial, pemimpinpolitikmembagi-bagikanhadiahuntukkalangan elite demimempertahankanposisinya; • Denganpenekananpadaeksklusidanhubungan interpersonal, kedua model inisesungguhnyaserumpundansalingbergandengantangan

  14. Menjadi ‘mainstream’ approach • Banyakpenulismenginterpretasipolitik Indonesia dariperspektifini: Karl D. Jackson, Harold Crouch, John Girling, Ruth McVey, Jamie Mackie … Merekamenggunakanistilahberbedatetapimenekankansubstansi yang sama; • Karl Jackson,¹ menggambarkanpartisipasidalamperumusankebijakanmerupakanwilayaheksklusifpejabat-pejabat senior, militerdansipil: “sepertipulaukecil yang terpisahdarilautansosial …” ¹”Bureaucratic Polity: A Theoretical Framework for the Analysis of Power and Communication in Indonesia” dalam ….

  15. Karl D. Jackson … • Menurut Karl Jackson, yang membedakan bureaucratic polity dari model lain adalahtingkatansejauhmanapengaruhterhadapprosespembuatankeputusandibatasipada elite negara; • Kesempatanpartisipasibagikepentingandiluar elite negarahanyapadatahapanimplementasikebijakan, itu pun umumnyahanyapenyesuaian-penyesuaiankecilpadatingkatlokal; • Adaelemen patrimonial: persaingan elite negaradisatukanmelaluijejaring personal patron-klien.

  16. Harold Crouch* • Crouch menerapkan model patrimonial denganmenekankanpolitik intra-elite (semacampolitikistana), bukanpadapersainganantar-faksitentangsubstansikebijakan, melainkanpadapembagiankesempatan material danjabatan. Inherendalam model iniadaketegangandenganpembangunanekonomi yang akanmenghasilkanregularisasidanrasionalisasisistempolitik. *”Patrimonialism and Military Rule in Indonesia” World Politics, vol. 31 no. 4

  17. Harold Crouch* • Kemudian Crouch mempertanyakanpentingnyakalanganbisnisselakukekuatanpolitikdi Indonesia. Menurut Crouch, responsivitasnegaraterhadapkepentinganbisnisterjadidiataslandasan patrimonial, pejabat-pejabat senior secara individual menyediakankonsesikeklienorangbisnis. Sedikitkalanganbisnissecara individual menikmatikepuasan, bukankeseluruhankelasbisnis. Kalanganbisnis yang didominasietnis China dibatasipengaruhpolitiknya. *”The Missing Bourgeoisie: Approaches to Indonesia’s New Order” …

  18. Esensi bureaucratic polity-patrimonialism • Semuapenulismempertanyakanhubungannegaradanmasyarakatdanmonopolisasipengaruhataspembentukankebijakanolehpejabatnegara senior; • Kesimpulanmerekaserupa: hanyasedikitruangbagi yang diluarstrukturnegarauntukmemengaruhikebijakan; • Bedanyadenganpendekatan ‘state-qua-state” Anderson: merekatakmelihatnegarasebagaiaktorkorporat yang koheren, mengejarkepentinganobyektifmerekasendiri.

  19. Esensi bureaucratic polity-patrimonialism • Lebihdarisekadaraktor, negaralebihdipahamisebagaisebuah arena, dimanakelompok-kelompok elite salingbersaingsatusama lain; • Tetapi, keduanyamenekankaneksklusi (penyingkiran) kepentingan-kepentinganmasyarakatdariproses-prosespembentukankebijakannegara.

  20. Bureaucratic Pluralism • Istilah ‘bureaucratic pluralism’ diperkenalkanoleh Donald Emmerson.‡ Iaberusahamemberialternatifantara Ben Anderson yang menekankanwatakmonistiknegara, dangambaran bureaucratic-policy yang menekankanpersainganantarkelompok patrimonial semata-matademijabatan; • Politikpadatingkatnasionalsekaliguslebihteraturdanlebihpluralistik; • Dalambingkaikeamanan regime (bisa) terjadiperdebatanseriusantar-agen-agenbirokrasiuntukmemutuskankebijakanpembangunan industrial ‡”Understanding the New Order: Bureaucratic Pluralism in Indonesia” …

  21. Bureaucratic Pluralism • Jadi, pertama, negaraternyatalebihpluralistikdibanding yang digambarkan Ben Anderson. Dan, kedua, kompetisipolitikternyatabukansemata-mataberebutkeuntunganpribadiantar-kelompokklien, tetapijugaberdebattentangkebijakansubstantif yang penting; • FokusEmmersonpadakarakter internal dansifatnegaraitusendiri. Diatakmengklaimadanya input pluralistikdariluaraparaturnegara. Sementaranegaraterisolasidantakresponsif, ternyataadapluralitasbukansajakepentingan, tapijugaorientasikebijakandalamnegara.

  22. Bureaucratic-Authoritarianism • Menurut Dwight King, Indonesia lebihbaikdimengertisebagai ‘bureaucratic-authoritarian regime’.† KonsepinimunculdariAmerika Latin, 1960an-1970an, ketikademokrasikolapdigantikanpenguasamiliter; • Terjadipergeseran dramatis kearahrepresipolitikdankonsentrasikekuasaanketangan elite militerdanbirokrasi – untukmenyingkirkankelompok-kelompokmasyarakat, khususnyasektorpopuler †”Indonesia’s New Order as a Bureaucratic Polity, a Neopatrimonial Regime or Bureaucratic Authoritarian Regime: What Difference Does It Make?” …

  23. Bureaucratic-Authoritarianism • Regime birokratikotoritermunculterkaitkomitmenuntukreformasidanpembangunanekonomidenganparateknokratspesialissebagaipengarahkebijakanekonomi; • MenurutO’Donnel, adakaitankausalantaratransformasipolitikdanpergeseranekonomidariindustrialisasisubstitusi-imporkependalaman industrial; • OrdeBarubisadipahamidalamperspektifinidenganstrategikorporatisuntukmengelolaperwakilankepentingan

  24. NEO-LIBERALISME • Homo Economicus [ekonomi motif tunggal hubungan antarmanusia] • Free Capital Movement • Advertisment • Brand • Logo • Labeling • Newly-made • Rules • WTO • GATTS • TRIPs • TRIMs APA Praktik Bisnis Trans-nasional BAGAIMANA Konsumerisme/ Ideologi GLOBALISASI SIAPA Perusahaan Trans-nasional World Bank, IMF, IFIs, MDBs Market Power • Deregulasi • Liberalisasi • Privatisasi • Gaya Hidup Global • Identitas Global • Kultur Global Provision of Public Needs— Our Shared Life Kebijakan Publik Pilihan Individual State Power Community Power

More Related