1 / 46

PENGANTAR FILSAFAT ILMU

PENGANTAR FILSAFAT ILMU. (LOEKISNO CH.W). 1. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU.

coen
Download Presentation

PENGANTAR FILSAFAT ILMU

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGANTAR FILSAFAT ILMU (LOEKISNO CH.W)

  2. 1. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau telah dibuktikan atau dalam kerangka kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.

  3. Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)

  4. A.Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)

  5. Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”.(Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)

  6. May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu

  7. Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan Kesalahan

  8. Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).

  9. 2. FOKUS KAJIAN FIL.ILMU • Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis) • Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis) • Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)

  10. 3. FUNGSI FILSAFAT ILMU a. Menurut Agraha Suhandi (1989) : • Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. • Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. • Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. • Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan • Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari

  11. b. Menurut Ismaun : • untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.

  12. c. Confirmatory dan Explanation Functions • Confirmatory function yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi • Explanation function yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

  13. 4. SUBSTANSI FILSAFAT ILMU • fakta atau kenyataan, • kebenaran (truth), • konfirmasi dan • logika inferensi

  14. 1). Fakta atau kenyataan Menurut : • Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya. • Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai. • Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan • Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif. • Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi

  15. 2). Kebenaran (truth) • 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982) • Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. • Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik

  16. 2).a. Kebenaran koherensi Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai.

  17. 2).b. Kebenaran korespondensi Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik

  18. 2).c. Kebenaran performatif Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.

  19. 2).d. Kebenaran pragmatik Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.

  20. 2).e. Kebenaran proposisi Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar

  21. 2).f. Kebenaran struktural paradigmatik Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.

  22. 3). Konfirmasi Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.

  23. 4). Logika inferensi Penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi. (Jujun Suriasumantri)

  24. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

  25. YUNANI - KUNO ABAD TENGAH ABAD MODERN ABAD KONTEMPORER 6SM 3SM - 6M 14M 14-15M 18M 19M 20M RASIONALISME EMPIRISME KRITISISME IDEALISME POSITIVISME FENOMENOLOGI STRUKTURALISME NEOPOSITIVISME ANCILLA THEOLOGIAE RENAISSANCE AUFKLARUNG LOGOS MITOS FILSAFAT THEOLOGI ILMU CABANG FAKTOR HEURISTIK BIOLOGI ASTRONOMI MATEMATIKA FISIKA KIMIA SOSIOLOGI KOMPUTER PARIWISATA DLL. AGAMA FILSAFAT FILSAFAT

  26. YUNANI KUNO MITOS ..... - 6SM LOGOS 3SM - 6M

  27. FILSAFAT Phylo = menyenangi Sophia = bijaksana MITOLOGI Dongeng, Takhayul Pertanyaan timbul (ingin tahu) DE-MITOLOGI Dipikirkan (secara kritis) LOGOS (ilmu)

  28. Apakah ARCHE dari segala sesuatu yang ada ? Thales (624 - 548 SM) AIR Anaximander (610 - 518 SM) APEIRON Anaximanes (590 - 518 SM) UDARA Phytagoras (580 - 500 SM) BILANGAN Demokritos (460 - 370 SM) ATOM

  29. SOCRATES (469 - 399SM) Dialektika PLATO (427 - 347 SM) Rasionalisme ARISTOTELES (384 - 322 SM) Metafisika Logika Biologi Empirisme

  30. ABAD PERTENGAHAN ANCILLA THEOLOGIAE DOGMA DOGMA DOGMA DOGMA DOGMA DOGMA DOGMA ABAD KEGELAPAN BAGI ILMU PENGETAHUAN DOGMA DOGMA

  31. PERMULAAN ABAD MODERN LEONARDO DA VINCI COPERNICUS KEPLER GALILEO GALILEI FRANCIS BACON RENAISSANCE 14 - 15 MASEHI AUFKLARUNG (PENCERAHAN) VOLTAIRE JJ. ROUSSEAU MONTESQUIEU IMMANUEL KANT 18 MASEHI

  32. AGAMA DAN FILSAFAT MULAI DI PISAHKAN AGAMA DI DASARI KEYAKINAN (KEIMANAN) FILSAFAT DI DASARI OLEH OLAH PIKIR (SEKULARISASI) RASIONALISME EMPIRISME KRITISISME IDEALISME POSITIVISME TUMBUH ILMU-ILMU CABANG (“MENINGGALKAN FILSAFAT”) BIOLOGI ASTRONOMI MATEMATIKA FISIKA KIMIA SOSIOLOGI

  33. SKEMA HUBUNGAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

  34. KONSEP DASAR ILMU

  35. 1. PENGERTIAN ILMU a. Pengertian ilmu dapat dirujukkan pada kata ‘ilm (Arab), science (Inggris), watenschap (Belanda), dan wissenschaf (Jerman). (Imam Syafi’ie, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam al-Qur’an (Yogyakarta: UII Press, 2000), hal. 26.) b. R. Harre menulis ilmu adalah a collection of well-attested theories which explain the patterns regularities and irregularities among carefully studied phenomena, atau kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang menjelaskan tentang pola-pola yang teratur atau pun tidak teratur di antara fenomena yang dipelajari secara hati-hati. (R. Harre, The Philosophies of Science, an Introductory Survey (London: The Oxford University Press, 1995), hal. 62.)

  36. c. Pengetahuan yang dapat disepakati sehingga menjadi suatu “ilmu”, menurut Archie J. Bahm dapat diuji dengan enam komponen utama yang disebut dengan six kind of science, yang meliputi problems, attitude, method, activity, conclusions, dan effects. (Archie J. Bahm, What’s Science, (TTP: TP, TT), hal. l ) d. Seringkali ilmu diartikan sebagai pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan dapat dinamakan sebagai ilmu, melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu berdasarkan-kesepakatan para ilmuwan. (Dawam Raharjo, “Ilmu, Ensiklopedi al-Qur’an”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 4. Vol. 1, Jakarta, 1090, hal. 56.)

  37. e.Akhirnya Ilmu dapat didefinisikan : Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan. (The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty,Yogyakarta,1991,hal.90)

  38. 2. HAKEKAT ILMU AKTIFITAS (SEBAGAI PROSES) ILMU PENGETAHUAN (SEBAGAI PRODUK) METODE (SEBAGAI PROSEDUR)

  39. ILMU SBG AKTIFITAS (PROSES) Proses pemikiran yang berpegang pada kaidah-kaidah logika 1. Rasional Ilmu Sbg Aktifitas Proses mengetahuan dan memperoleh pengetahuan 2. Kognitif • Mencapai kebenaran • Memperoleh pemahaman • Memberikan penjelasan • Melakukan penerapan dengan melalui peramalan atau pengendalian 3. Teknologis

  40. ILMU SBG METODE ILMIAH (PROSEDUR) • Pengamatan - Percobaan • Pengukuran - Survey • Deduksi - Induksi • Analisis - Lainnya 1. Pola Prosedural • Menentuan Masalah • Perumusan Hipotesis (bila Perlu) • Pengumpulan Data • Penurunan Kesimpulan • Pengujian Hasil 2. Tata Langkah Ilmu Sbg Metode Ilmiah 3. Berbagai Teknik • Daftar pertanyaan • Wawancara • Perhitungan • Pemanasan • Lainnya 4. Aneka Alat • Timbangan • Meteran • Perapian • Komputer • Lainnya

  41. ILMU SBG PENGETAHUAN ILMIAH (PRODUK) Obyek Material 1. Segi Obyek Pengetahuan Obyek Formal Ilmu Sbg Pengetahuan Ilmiah • Empiris • Sistematis • Obyektif • Analitis • Verifikatif 2. Segi Sifat Pengetahuan

  42. 3. DIMENSI ILMU • Dimensi ekonomik • Dimensi linguistik • Dimensi matematis • Dimensi politik • Dimensi psikologis • Dimensi sosiologi 1. Cabang Ilmu Dimensi Ilmu • Dimensi filsafati • Dimensi logis 2. Pengetahuan reflektif-abstrak • Dimensi Kebudayaan • Dimensi sejarah • Dimensi kemanusiaan • Dimensi rekreasi • Dimensi sistem • Dimensi lainnya 3. Aspek realitas

  43. 5. PENGGOLONGAN PENGETAHUAN ILMIAH • Ilmu Teoritis • Ilmu Praktis 1. Ragam Ilmu Pembagian Sistematis Pengetahuan Ilmiah • Ilmu Matematis • Ilmu Fisis • Ilmu Biologis • Ilmu Psikologis • Ilmu Sosial • Ilmu Linguistik • Ilmu Interdipliner 2. Jenis Ilmu

  44. METODE ILMIAH

  45. SEJARAH PERKEMBANGAN METODE ILMIAH • JAMAN SEBELUM MASEHI Di dalam buku kedokteran Mesir kuno, yakni the Edwin Smith papyrus, (kira-2 1600 SM) disebutkan bahwa beberapa komponen dasar metode ilmiah telah dilakukan seperti pengujian (examination), diagnosa, treatment dan prognosis terhadap suatu penyakit; Di Babilonia, sebagaimana termaktub dalam buku The Ebers papyrus (kira-2 1550 SM) juga sudah terdapat upaya pembuktian secara empirik.

  46. 2. YUNANI KUNO (500 SM) BEBERAPA KOMPONEN DASAR METODE ILMIAH TELAH DILAKUKAN PADA MASA INI. BAHKAN GEOMETRI TELAH DIJADIKAN UKURAN UNTUK MEMBUAT SEPATU DI DI YUNANI PADA MASA ITU.

More Related