1 / 25

TINJAUAN BANGUNAN TINGGI DALAM PERATURAN BANGUNAN GEDUNG INDONESIA

TINJAUAN BANGUNAN TINGGI DALAM PERATURAN BANGUNAN GEDUNG INDONESIA. Persyaratan bangunan tinggi ada dalam : - SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton utk Bangunan Gedung. - SNI 03-1726-2002/2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa utk Bangunan Gedung.

benjy
Download Presentation

TINJAUAN BANGUNAN TINGGI DALAM PERATURAN BANGUNAN GEDUNG INDONESIA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. TINJAUAN BANGUNAN TINGGI DALAM PERATURAN BANGUNAN GEDUNG INDONESIA

  2. Persyaratan bangunan tinggi ada dalam : - SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton utk Bangunan Gedung. - SNI 03-1726-2002/2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa utk Bangunan Gedung. - SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja utk Bangunan Gedung.

  3. KRITERIA DISAIN BETON TAHAN GEMPA 1 KONBINASI BEBAN BERFAKTOR (Pasal 11)

  4. 2 EKIVALENSI WILAYAH GEMPA (WG) DAN RESIKO GEMPA (RG)

  5. 3. SYARAT PENDETAILAN (Ps. 23.2.1) Penting untuk kemampuan daktilitas

  6. 4. JENIS TANAH SETEMPAT(SNI 1726 Tabel 4) Berpengaruh pada respons struktur

  7. 5. FAKTOR UTAMA I (SNI 1726 Tabel 1) I > 1.0 untuk bangunan penting

  8. Dibedakan teratur & tidak teratur Menentukan perilaku gedung Konfigurasi tak teratur perilaku unpredictable. 6. KONFIGURASI STRUKTUR GEDUNG

  9. SNI 1726 Pasal 4.2.1 mengatur tipe struktur beraturan. Konfigurasi teratur pakai anal. stat. ekivalen (Pasal 6) Tidak teratur : anal. dinamis (Pasal 7) 6. KONFIGURASI STRUKTUR GEDUNG

  10. DS DS Sistem Dinding Penumpu (SDP) Sistem Rangka Gedung (SRG) Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) Sistem Ganda (SG) 7. SISTEM STRUKTUR

  11. 8. SISTEM STRUKTUR PBL (Ps. 23.2 (1) * Harus memenuhi syarat kompatibilitas deformasi Sistem struktur terikat dengan nilai R

  12. 9. BEBAN GEMPA NOMINAL (Ps. 6.1.2) V = beban gempa pada rentang nonlinier dari respons struktur ybs. C1 = faktor memperhitungkan PGA dan A0 I = faktor utama (Tabel 1) Wt = total D + Lr bangunan R = Faktor reduksi gempa. Harus diambil dari Tabel 3

  13. PEMBAGIAN BEBAN GEMPA Wi.Hi Fi = ____________ . V ∑Wi.Hi

  14. 10. PENGARUH P- SNI 1726 Ps. 5.7 = struktur > 10 lantai atau > 40 m harus diperhitungkan terhadap pengaruh P-. UBC Sect. 1630.1.3 = dihitung pengaruh P- = bila tidak dihitung di Zone 3 & 4 bila

  15. 11. WAKTU GETAR T1 (Ps. 6.2.2) • Harus pakai rumus Empiris • Tak boleh >  x n(Tabel 8) • Tak boleh menyimpang > 20% Rumus Rayleigh. Rumus Empiris : Pakai Rumus UBC Sect. 1630.2.2 T = Ct (hn)

  16. 12. BATAS PENYIMPANGAN (Ps.8) • Kinerja batas layan (KBL) Mencegah pelelehan & retak berlebihan • Kinerja batas ultimate (KBU)  0,7R (KBL)  0,02 . hi mencegah struktur runtuh

  17. 13. PENGARUH ARAH PEMBEBANAN GEMPA (Ps. 5.8.2) Beban searah sumbu gedung harus dihitung terjadi bersama dengan 30 % beban arah  Note: UBC Sect. 1633.1 membebaskan ketentuan ini bila beban aksial < 20% kapasitas beban aksial kolom.

  18. 14. KOMPATIBILITAS DEFORMASI (Ps.5.2) Kelompok kolom menahan < 10% V boleh dianggap sebagai non SPBL namun kolom/balok harus kuat & daktail terhadap simpangan inelastis sebesar dari SPBL agar tetap stabil memikul beban gravitasi.

  19. 15. RANGKA NON SPBL (Pasal 23.9) • Syarat kompatibilitas deformasi pendetailan diatur SNI 2847 • Pendetailan balok & kolom tergantung pada besar M dan V yang timbul oleh simpangan di banding Mu dan Vu komponen ybs. Lihat lanjutan

  20. Lanjutan 15. • Ada 3 kemungkinan syarat pendetailan • Bila M & V < Mu & Vu • Bila M & V > Mu & Vu • Bila M & V tidak dihitung • Bentuk pendetailan pada balok & kolom: • Syarat tulangan (As, g) • Syarat confinement (Ash, s) • Syarat no brittle failure (Ve) • Syarat confinement HBK (Ash)

  21. 16. MOMEN PROBABILITAS MprPasal 23.3 (4(1)) dan 23.4(5(1)) • Mpr untuk menetapkan Ve balok dan kolom. • Tujuan : kuat geser > kuat lentur (mencegah kegagalan getas) • Mpr dihitung dengan fs = 1,25 fy pada tulangan terpasang ujung balok dan  = 1 • Mpr kolom  Mbal. kolom

  22. 17. KUAT LENTUR KOLOM (Pasal 23.4) • Tujuan : No Column side sway • Harus • Mc = jumlah Mn kolom dimuka HBK didapat melalui diagram interaksi Mu-Pu kolom pada Pu terkecil • Mg = jumlah Mn balok dimuka HBK, termasuk kontribusi tulangan lantai dimuka HBK.

  23. 18. EKSENTRISITAS RENCANA ed (Ps. 5.4.3) Seperti ketentuan SNI lama, berlaku : Untuk 0 < e  0,3 b  ed = 1,5e + 0,05 b atau ed = e-0.05b • Untuk e > 0,3 b  ed = 1,33e + 0,1b atau ed = 1,17 e-0.1b Berlaku pada analisa statik dan dinamik

  24. 19. DINDING STRUKTUR BETON KHUSUS (DSBK) (Pasal 23.6)mengandung banyak ketentuan baru a.l.; • Pembatasan Vu mencegah gagal oleh tegangan tekan dan tarik diagonal • Persyaratan ratio tulangan v dan n • Kekuatan lentur berdasarkan As diujung-ujung dan badan DS • Pedoman perlu diadakan BK (Balok Perangkai Khusus), dimensi dan penditailannya

  25. Lanjutan 19 • Persyaratan pendetailan bila perlu BK dan yang tidak, tapi  > 2,8/fy • Faktor reduksi kuat geser  = 0,55 • Pedoman disain BK dengan tulangan diag.

More Related